part6

2.5K 223 8
                                    

Selamat membaca~~~

🌻🌻🌻

Jam dinding diatas lemari telah menunjukan pukul 3 sore.

Sunoo, seperti biasa tengah melakukan pekerjaan rumah menyapu, membersihkan kamar, dll.
Akhir akhir ini ia sangat suka melakukan kebersihan, seperti ada rasa kepuasan tersendiri ketika selesai mengerjakannya.
Meskipun dengan membawa beban di perut, tidak sekalipun menghambat kegiatannya.

Bibir kecilnya menggumamkan beberapa lagu yang ia tahu dengan random, sebagai upaya memecah keheningan disana.

Selesai dengan urusannya, Sunoo berjalan memasuki kamar.
Mencoret tanggal, lalu memberi catatan bahwa hari ini adalah minggu ke 24 kehamilannya.
Ia tidak tahu pasti mengenai hal itu, ia hanya menggunakan patokan tanggal ketika dirinya mengalami mual untuk pertama kali.

Di elusnya sayang perut buncitnya.
Mengajak berbicara banyak hal bentuk pendakatan pada bayinya.

Kira kira 1 bulan lagi Sunoo akan melahirkan, namun ia bahkan belum memiliki satu pakaianpun untuk anaknya nanti.
Menyadari hal itu membuatnya sedih, naluri keibuannya muncul.

Sunoo sudah meminta pada Sunghoon beberapa kali, dan 'lain kali' adalah kata yang selalu Sunoo dapatkan.
Entah apa yang membuat Sunghoon seakan sulit mengabulkan permintaannya itu.

Ia menjadi ragu, apakah Sunghoon benar benar menerima bayi ini? Atau hanya karena merasa kasihan terhadap dirinya?
Perasaan khawatir tiba tiba menghampiri.
Wajah Sunoo menjadi gelisah dalam sesaat, di gigitinya ujung kuku jari kelingkingnya.

Larut dalam ketakutannya, Sunoo menjadi sangat resah.
Ia bangkit, berjalan mondar mandir dengan terus mengigiti jarinya yang sedikit bergetar.
Sepasang netra rubahnya membola dengan tatapan kosong.

Beberapa saat kemudian ia mulai tidak bisa mengontrol hal tersebut, bahkan suara jam yang berdetak terasa berdengung keras di kepalanya.
Sunoo kalut, nafasnya naik turun tidak karuan.
Dengan tiba tiba ia berjongkok sembari menutup kedua telinganya, menggelengkan kepalanya ribut lalu berteriak cukup keras.

Wajar bagi orang yang tengah hamil memiliki emosi yang tidak stabil.
Namun tidak bagi Sunoo, karna tidak ada seorangpun disisinya. Yang mana bisa saja berakibat buruk bagi dirinya juga bayinya.

Sunoo sangat membutuhkan seseorang sebagai suport systemnya. Tapi siapa? Sunghoon?
Sejauh ini Sunghoon hanya melakukan tugasnya dalam memenuhi gizi mereka. Tidak dalam menemani Sunoo melewati masa masa kehamilannya. Apalagi dalam memberikan dukungan mental yang begitu berguna untuk Sunoo.

Semakin memikirkannya semakin membuat Sunoo kalimpungan.
Dirinya menyenderkan punggung pada tembok kamar, mencoba menetralkan kembali emosinya.

Dikepalnya kedua tangan berkeringatnya erat erat, memejamkan mata rapat sembari menormalkan nafas engahnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Where are you going?"

Sunghoon dengan raut kebingungannya berjalan cepat menghampiri istrinya.
Sedangkan nyonya Park tampak repot dengan sebuah koper cukup besar di tangan kiri serta handbag di tangan kanan.

Menghiraukan Sunghoon, nyonya Park tetap melangkah melewati suaminya.
Langkahnya terhenti kala Sunghoon mencekal salah satu tanganya.

Sunghoon terlihat marah, cekalan pada tangan Jiwoon semakin kuat membuat wanita paruh baya tersebut merintih kesakitan.

Man in the basemant [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang