16. Glimpse of Us

260 38 8
                                    

"Kamu kenapa-" Yere menepis tangan Lea, ia berucap lirih enggan menatap Lea.

"Pergi" Lea bingung, ia menatap Yeremia.

"Kamu kenapa Yere?" Dan ya, Yere kelepasan membentak Lea.

"Gue bilang pergi ya pergi!" Lea mundur, ia meneteskan air matanya.

"Kamu kenapa sih Yere?" Tanya Lea lagi, Yere terkekeh ia berbalik menatap Lea yang sudah menangis.

"Gue kenapa? Lo yang kenapa?!" Yere terpancing emosinya, mengingat Lea yang lagi dan lagi menyakiti hatinya karena masa lalunya yang belum selesai juga.

"Kenapa lo ga berubah, lo masih sama Lea! Kenapa lo masih ngikat gue diantara cinta sialan lo itu?! Kenapa Caleana?! Apa kurangnya gue hah?! Gue mati-matian usaha buat ngeyakinin lo, berusaha ngasih semua rasa cinta dan sayang gue ke lo tapi apa balasan lo ke gue? Lo malah semakin hari semakin ngebunuh hati gue, lo hancurin segala usaha gue karena lo selalu aja lagi dan lagi balik ke masa lalu sialan lo itu. Lo ga pernah natap gue dengan tulus kayak lo natap Leo! Gue masih punya hati dan GUE CAPEK!" Lea terdiam, Yere tertawa miris sambil mengusap air matanya yang menetes.

"Gue sakit Lea! DEMI TUHAN INI SAKIT BANGET BUAT GUE LEA!" Yere menangis, ia mengusap kasar air matanya, mengingat segala upayanya untuk memberikan cinta pada Lea berakhir sia-sia.

"Senjata lo cuma nangis dan nangis dihadapan gue, selalu kayak gitu! Lo ngerasa lo paling hancur di muka bumi, lo ngerasa paling terluka tapi lo ga sadar kalo lo itu, manusia paling jahat, lo orang yang pertama nyakitin gue segini hebatnya, lo tau ga itu?!" Lea masih diam, ia menatap Yere dengan sinar luka di mata Yere.

"Gue capek dan gue milih berhenti, silahkan balik ke Leo dan cari bahagia yang ga pernah lo temuin di gue, gue berhenti, dan mulai hari ini.."

"Ga akan ada lagi KITA diantara lo dan gue" Yere memilih pergi dari hadapan Lea, mendengar kalimat tersebut Lea terduduk lemas di hamparan pasir.

"Semuanya hancur Caleana, ga ada lagi yang mau bertahan sama lo.." Lea terisak menangis, ia menatap langit dengan rasa sesak yang hebat di dadanya.

Adiva melihat semuanya, ada rasa iba ketika ia menatap Lea yang terduduk lemas dihadapannya, namun melihat Yere menangis membuat Adiva sadar bahwa Lea salah dalam hal ini.

Mencintai dua hati adalah hal teregois yang pernah dilakukan oleh Lea, yang berakhir menyakiti dirinya dan juga orang lain, itu pikir Adiva dalam benaknya.

Adiva mendekat ke arah Lea, ingin membantu gadis itu namun satu tangan menahan dirinya, Adiva menoleh kebelakang, Daniel.

"Jangan. Lea akan nyakitin lo kalo lo deketin dia dalam keadaan kayak gitu, biarin dia sendiri" Adiva menatap bingung ke arah Daniel.

"Tapi-" Daniel menatap Adiva sambil menggeleng.

"Jangan ngebantah Adiva, lo orang baru disini" Adiva mengalah, ia diam dan mengangguk melepas tangan Daniel dan memilih pergi.

"Adiva, ikut gue yuk" Ajak Leo yang sudah berada di atas jetski menunggu Adiva.

Adiva tersenyum tipis dan mengangguk, ia duduk dibelakang Leo dan berpegangan di pundak Leo.

Keduanya mengitari lautan dengan jetski yang dibawa cepat oleh Leo. Leo seakan meluapkan segala rasa sakitnya, ia bahkan berteriak dan menambah kecepatan jetski, Adiva yang berada dibelakangnya akhirnya memeluk Leo erat, refleks Leo berhenti.

"Maaf buat lo takut" Leo mengelus tangan Adiva yang melingkar di perutnya.

"Gapapa. Kalo itu buat kamu lega aku gapapa kok" Balas Adiva, Leo menggeleng.

"Udah cukup Adiva, semuanya udah selesai" Ucap Leo sambil menoleh ke arah Adiva.

Adiva menopangkan dagunya di pundak Leo menatap wajah Leo yang sangat dekat dengannya bingung.

"Apanya yang selesai?" Tanya Adiva, Leo tersenyum tipis.

"Semua masa lalu gue" Senyum Leo mengembang melihat wajah bingung Adiva.

"Melepas Lea adalah keputusan terberat buat gue Adiva, karena dia cinta pertama gue, tapi gue harus ngelepas dia karena gue tau kalo gue maksa untuk terus sama dia, ga akan ada bahagia yang gue temui, gue cuma akan menemui yang namanya rasa sakit-" Leo menunduk sejenak, ia melirik ke arah Adiva dan mengelus tangan Adiva.

"Awalnya sulit karena gue terpaksa, dan akhirnya gue terikat terus menerus sama rasa sakit itu selama setahun belakangan ini, itu yang ngebuat gue jadi pribadi yang tertutup bahkan jauh dari temen-temen gue termasuk Yere" Leo menatap lurus ke arah depan.

"Karena ketidakikhlasan gue, semua hubungan pertemanan yang gue bangun selama ini hancur gitu aja, dan gue ga mau semuanya berlarut-larut, itu lah kenapa gue mau ini semua selesai cukup sampai hari ini" Leo menoleh lagi menatap Adiva, senyumnya terbit.

"Gue mau bahagia Adiva, gue mau bangkit untuk menang lagi. Gue mau memperbaiki semua hubungan pertemanan gue, gue mau semuanya membaik" Adiva melepas salah satu tangannya, ia mengelus pundak Leo.

"Kamu pasti bisa kok, aku yakin kamu bisa menyembuhkan semua rasa sakit kamu, dan pasti kamu bisa perbaiki semua hubungan pertemanan kamu yang sempat rusak kemarin" Leo mengangguk, ia kemudian membawa jetski itu mendekat ke arah boat.

Leo kemudian berbalik menatap Adiva lekat, ia memeluk Adiva dan menopangkan dagunya di puncak kepala Adiva.

"Gue butuh lo untuk bantu gue keluar dari semua rasa sakit gue Adiva, tolong tetap disini dan bantu gue ya?" Lirih Leo, Adiva membalas pelukan Leo dan mengelus punggung pria itu sambil mengangguk.

"Semoga aku bisa ya Leo, semoga.." Bisik Adiva dalam hatinya.

Haii maaf baru up lg ya♡
Terima kasih sdh mau baca dan vote heheh❤

Philotimo || Leo Rolly Carnando & Yeremia RambitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang