: Part 4

17 0 0
                                    

S E M E S T A
---

Bagi Nayo, memikirkan seseorang merupakan hal yang sangat merepotkan. Karena hal itu, selama ini Nayo tidak pernah mau menempatkan posisi orang-orang secara khusus di pikirannya.

Selama ini, Nayo berusaha agar dirinya bersikap biasa saja.

Selama ini, Nayo berusaha untuk memosisikan semua orang di pikirannya dalam kesetaraan yang sama.

Alasannya tentu karena ia teguh dengan asumsinya. Asumsi bahwa memikirkan seseorang merupakan hal yang sangat merepotkan.

Begitu lama ia sudah tak merasakan bagaimana hal tersebut. Namun, semesta kini memberinya lagi perasaan itu dengan subjek: Nata.

Jujur, Nayo sendiri juga tidak paham. Ia sendiri tak mengerti mengapa Nata bisa dengan tiba-tiba menerobos masuk ke dalam dirinya.

Hal yang Nayo tahu hanyalah dia sudah berusaha.

Nayo sudah berusaha sebaik mungkin, semaksimal mungkin, untuk mengusir nama Nata dari kepalanya. Tapi kenapa ia tak diperbolehkan? Kenapa keinginannya tak terwujud?

Kenapa semua yang berjalan tidak sesuai dengan rencana dan kemauannya?

Nayo sedang tidak ingin memikirkan siapa saja, tapi bayangan wajah Nata justru secara lancang terus menghampirinya. Meskipun, berbagai cara sudah dia lalui untuk menghalau itu semua.

Nayo memutuskan untuk memberi solusi terbaik karena masalah terakhir kali. Namun, lima hari setelahnya ia justru dipertemukan lagi dengan Nata secara tak sengaja di sebuah kafe.

Beruntung,

Beruntung saja di sana tidak terjadi hal apa pun.

Namun, tetap saja itu merupakan wujud kebalikan dari kemauan yang Nayo harapkan.

Hanya saja, Nayo mungkin menyadari sesuatu dari sana. Ia menyadari bahwa ucapan Kenan maupun Bram mungkin ada benarnya.

Perasaan rindu?

Keinginan untuk meminta maaf?

Jika Nayo menelisik lebih dalam, sepertinya dua hal itu terdengar cukup masuk akal.

Nayo adalah tipikal orang yang akan mengakui apa pun yang menjadi fakta sebenarnya. Meski terkadang hal itu tidak sesuai yang dia perkirakan.

Jadi, jika memang apa yang dikatakan Kenan dan Bram benar, Nayo tidak akan menyangkal. Nayo tidak akan berusaha untuk bersikap denial. Nayo akan menerimanya, memahami, lalu mencari solusi atas itu.

Tapi apa kata Kenan? Rindu? HAHAHA

Anak itu bisa saja.

Bisa saja menebak sebagian hal yang terjadi saat Nayo sendiri tidak bisa menebak barang satu pun.

Apa katanya? Rindu?

Kenapa hal itu bisa menjadi bagian dari Nayo? Selama ini Nayo tidak bisa merindukan siapa pun selain seseorang yang sejak dulu ada di hatinya. Tapi apa? Nata? Ia merindukannya?

Nayo ingin sekali menolak pernyataan itu.

Namun, beberapa waktu setelahnya Nayo kemudian disadarkan oleh versi dirinya yang lain. Mungkin, apa yang dikatakan Kenan ada benarnya.

SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang