: Part 11

14 0 0
                                    

P E N G A K U A N
===

Setelah selesai mandi, Nata segera berganti pakaian dan menyiapkan barang-barang yang akan dia bawa.

Gadis itu kini mengenakan sweater tebal hitam dengan tekstur bulu-bulu disertai hotpants berwarna putih.

Setelah siap dengan pakaiannya, Nata segera memakaikan sepatu kets putihnya ke kedua kakinya.

Begitu semuanya sudah dia rasa siap, Nata segera turun ke bawah sembari memegang ponsel yang sedang menampilkan panggilan pada Kayla.

Saat gadis itu tiba di ruang keluarga lantai bawah, panggilannya terjawab dan terdengar suara Kayla dari sana.

"Hai Nat, lo udah siap?"

"Udah, Kay. Lo mau gue jemput sekarang atau gimana?"

Kayla terdengar berpikir sebentar. "Boleh, sih. Tapi nanti kita masih nunggu Shana di sini. Apa gapapa?"

"Gapapa. Gue ke situ sekarang, ya."

"Oke, Nat. Gue udah ada di teras depan. Gak usah masuk ke dalem, ntar kita langsung jalan aja."

"Oke."

Nata lalu memutus sambungan telepon itu. Melihat keberadaan keluarganya di ruang keluarga, Nata tersenyum kecil.

"Pah, Nata berangkat dulu ya?"

"Kamu yakin, gak mau dianter kakak kamu?" tanya Wira, ayah Nata, yang sedang membawa Nael—anak bungsunya yang berusia sepuluh bulan—di pangkuannya.

Nata menatap kakaknya, Niko, yang sedang asyik bermain ponsel tak jauh dari ayahnya terduduk.

"Gak usah deh, Pa. Nata gak mau ganggu orang sibuk." Sindir Nata pada lelaki berpenampilan acak-acakan itu.

Niko yang merasa disindir pun mencibir. "Kalo mau minta anter jangan dadakan makanya!"

"Gue juga gak minta anter lo."

Niko berdecih. "Tapi mau kan?"

"Ga."

"Nata, Niko.." sela Wira memperingatkan keduanya. Keduanya langsung diam tak bersuara.

"Kamu cuma bawa tas segitu, Nat?" sahut Yasmine yang tiba-tiba datang dari dapur membawa kotak yang biasa dibawa untuk piknik.

"Iya, Ma."

"Nih, mama siapin camilan aesthetic buat kamu sama temen-temen kamu."

Nata mengernyit menatap keranjang yang dibawa mamanya itu. "Ini buat apa, Ma?"

"Ya ampun, kamu anak muda kok gak tahu barang ginian, sih?"

Nata menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Nata bawa baju aja cukup, Ma."

Yasmine menggeleng. "Oh, gak boleh. Kamu harus bawa benda penting kayak gini sebagai anak perempuan."

"Dia kan bukan cewek, Ma." Sahut Niko yang masih fokus dengan aktivitasnya.

"Niko.." sela Wira sebelum Nata menimpali lagi.

SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang