: Part 10

11 0 0
                                    

K U N J U N G A N
===

Pagi harinya sebelum Nata dan kedua temannya berangkat ke puncak, mereka pergi ke pusat perbelanjaan kota untuk membeli barang yang mereka rencanakan.

Sesuai permintaan Shana, mereka membeli tiga baju senada yang akan dipakai di acara.

Mereka juga membeli piyama satu tema agar bisa dijadikan bahan foto dan diunggah ke sosial media.

Setidaknya begitulah keinginan Shana. Nata dan Kayla hanya menuruti teman mereka yang begitu antusias untuk tahu siapa kekasih Kayla itu.

Memang, Kayla sengaja belum memberi tahu nama pacarnya. Hal itu dia lakukan agar bisa membuat kesan kejutan pada Nata dan Shana.

Ia berkata bahwa pacarnya akan datang ke acara dan semuanya akan terbongkar di sana.

Hanya dengan membayangkan hal itu saja, Nata tersenyum sendiri.

Hal itu membuat perempuan paruh baya yang sedang menatapnya itu memincingkan mata curiga.

"Ada apa senyum-senyum sendiri begitu?"

Nata mendongak. Gadis itu sedang duduk di meja makan sendiri.

Ralat. Kini sudah ditemani sang mama.

"Gak apa, Ma. Mama gak lupa kalo nanti sore Nata pamit pergi kan?"

"Waduh!" Yasmine menepuk dahinya. "Mama lupa nih! Gimana dong?"

Nata menatap mamanya dengan tatapan sinis, mengundang tawa wanita paruh baya tersebut.

"Sebenernya kalo kamu pergi mama sedih, Nat."

"Kenapa, Ma?" tanya Nata sambil memasukkan sesuap nasi ke dalam mulut.

"Karena gak ada yang jagain Nael."

Nata menghela napasnya. "Ada Niko, Ma."

Yasmine mendesis. "Pake Kak, sayang.."

"Iya, maksud Nata ada Kak Niko yang bisa jagain Nael, kan?"

Yasmine manggut-manggut. "Ada, sih. Tapi kamu tahu sendiri dia kalo udah sama Nael kayak gimana."

"Sayang banget." Timpal Nata tanpa ragu.

"Betul. Saking sayangnya sampe gemes dan gak tahu kalo caranya bikin adek kamu nangis karena rewel mulu."

"Emang dia gitu." Balas Nata. "Besok Nata ajarin cara ngerawat Nael yang bener."

Yasmine tertawa. "Duh, anak gadis mama ini! Siapa yang ngajarin kamu ngomong begitu?"

Nata mengendikkan bahunya. "Mama kayanya."

"Udah, biarin kakakmu fokus sama skripsinya dulu. Dari kemarin ditolak terus judul skripsinya, kasihan mama sama dia."

"Salah siapa kerjaannya main pe-es mulu," cibir Nata.

"Nata.. Gak boleh gitu sama kakak sendiri.."

Nata tak menanggapi mamanya lagi.

"Eh, iya. Sebelum pergi, mama boleh minta tolong ke kamu?"

SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang