29. Love Language

1.1K 239 23
                                    

Author POV

"Kok sepi?" tanya Ali tepat di belakang teman satu kelasnya begitu memasuki kelasnya yang kosong. Padahal di jadwal perkuliahan, pagi ini ada mata kuliah.

"Astaga, Gana! Kaget! Hampir lo gue tampar pake makalah," kesal perempuan yang sejak tadi sibuk dengan tumpukan makalahnya.

"Lo gak baca grup kelas? Dosennya cuma nitip tugas doang, deadline-nya minggu depan. Ada di grup tugas semuanya," ujarnya memberitahu.

Oh, jelas Ali tidak tahu soal info kelas. Falcon-nya bahkan ada di mansion, sedangkan semalam itu... sudahlah, tidak perlu dibahas dua kali.

"Itu makalah apa?" tanya Ali pada makalah yang nyaris melayang ke wajahnya itu.

"Makalah kelompok matkul-nya pak Guntur. Deadline-nya hari ini. Lo kelompok berapa? Udah ngumpulin belum? Gue lagi nungguin 2 kelompok lagi nih," katanya.

"Gak tau," jawab Ali, seraya duduk di kursi terdekat untuk membenarkan simpul tali sepatunya yang lepas. Antara kebanyakan kelompok atau memang Ali tak ikut kerja kelompok. Sepertinya yang kedua itu penyebabnya.

"Ih, untung cakep," cibir perempuan itu pelan. Ia mencari tahu secara mandiri melalui nama-nama anggota kelompok yang ada di sampul depan, berangkali nama cowok yang digilai mahasiswi hampir satu kampus itu ada.

"Ih, kita sekelompok, ya? Kok gue lupa!" pekiknya terkejut.

"Sama-sama numpang nama lo berdua. PJ sesat lo," sela seseorang yang tiba-tiba datang, menyerahkan sebuah makalah. "Nih, kelompok 1. Di chat ditungguin di kantin juga."

"Kelompok 1 kok lelet. Hp gue silent di tas," balasnya ketus.

"Gana, lo udah sehat?" tanya teman perempuannya yang baru datang itu. Ali hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Yang lain pada kumpul di kantin, sambil nunggu info kelas ke-2. Gabung di sana yuk. Fitra juga di sana sama Wira Delta," ajaknya sekaligus pada Ali.

"Ntar gue nyusul deh, masih nunggu 1 kelompok lagi belum kumpul."

"Kelompok 6, kan? Pada di sana, masih ngerjain bab 3," beritahunya.

"Duluan," ucap Ali sebelum berlalu keluar.

"Ke mana?" tanya kedua perempuan itu kompak.

"Balik."

"Grupnya sering-sering dicek, Gan!" pesan sang PJ mata kuliah itu. Tidak ada sahutan dari Ali yang sudah berlalu ke luar. Kedua perempuan itu saling berpandangan sepeninggal Ali.

"Menurut lo kenapa bisa ada dewa Yunani yang dilahirkan di sini?" tanya salah satunya.

Yang satunya hanya menghela napas. "Kita nggak pernah tau kan soal takdir hidup kita, termasuk jodoh. Siapa tau ada plot twist dimana kelak gue yang jadi jodohnya Gana."

"Ish, yuk deh gue anter ke tempat fotokopi lo ngeprint makalah, kayaknya otak lo ketinggalan di sana, sambil baliknya gue anterin ke toilet buat ngaca!"

***

Balik?

Balik ke mana? Susah payah ia menghindari semuanya. Pulang cuma-cuma adalah kebodohan untuk saat ini.

"Bang Botak sama Bang Gondrong udah berangkat kerja ya?" tanyanya pada Bang Samsul saat baru menginjakkan kaki di warkop. Di beranda warkop ia hanya melihat Bang Samsul tengah menurunkan terpal untuk menutup sebagian warkop karena matahari mulai terik.

"Heem. Lo kagak kuliah?" tanya pria berbadan besar itu.

"Dosennya gak masuk," jawab Ali.

"Ya udeh, sini bantuin gue bikin layangan." Ia menepuk bangku rotan beralaskan bekas spanduk pemilu tahun 2014 agar Ali duduk di sana.

Powerpoint in Love 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang