44. First Credit

686 179 14
                                    

Author POV

Wira beranjak dari sofa mendengar bel apartemen berbunyi. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi, tapi belum ada aktifitas apapun di apartemen yang dihuni oleh empat orang laki-laki sejak kemarin malam itu. Tirai-tirai jendela masih tertutup. Artinya Wira yang paling pertama bangun pagi ini setelah semalam bergantian berjaga.

"Aduh, sakit!" pekik seseorang di bawah sofa membuat Wira berjengkit kaget. Ia tidak sengaja menginjak kaki Delta yang tidur di karpet di bawah sofa. Otomatis membangunkannya yang sedang tidur. Dia tidur di situ karena kalah suit memperebutkan dua sofa yang ada di apartemen ini.

"Makanya jangan sembarang naro kaki!" seru Wira, seraya berjalan menuju pintu melihat siapa gerangan yang datang.

"Lo monyet jangan sembarangan nurunin kaki!" maki Delta bersungut-sungut.

Wira tidak menggubris lagi. Kalau meladeni Delta keburu seseorang yang terus menekan bel menghilang.

"Langsung masuk aja, Ra," kata Wira begitu menemui Prilly di depan pintu apartemen.

"Kalian baru bangun?" Prilly hanya balik bertanya.

"Heem, jaga malem takut Ali kenapa-napa," jawab Wira. Ia menutup pintu setelah membiarkan Prilly masuk ke dalam unit apartemen Ali. Rencana mengantarkan Ali pulang ke mansion gagal berkat Delta yang mendadak begitu kritis mengemukakan pertimbangan-pertimbangan yang ada di otaknya.

"Aman, kan semalem?" tanya Prilly.

"Am—"

"Wir, sini dulu! Anaknya kemana woy!"

Wira dan Prilly saling bertatapan sesaat, sama-sama mengerutkan kening.

"Apaan, De?!" balas Wira menjawab dengan setengah berteriak. Prilly mengikuti Wira yang masuk ke dalam, menghampiri Delta yang baru saja berteriak dari kamar Ali.

"Apa?" tanya Wira saat sudah menghampiri Delta. Wira membuka pintu kamar Ali setelah mendapat kode dari sahabatnya itu.

"Lah? Jam 4 subuh gue cek masih ada."

Kamar Ali kosong. Tirainya masih tertutup dan tidak ada tanda-tanda si empunya kamar berada di balkon atau di kamar mandi. Wira dan Delta juga menyingkap semua selimut, namun nihil.

"Masih gak mau ngangkat telepon lagi," gumam Delta dengan ponsel di telinganya. Wira sudah yakin Ali kabur, tapi tetap memeriksa penjuru kamar hingga balkon sekalian melihat ke luar barangkali kaburnya sahabatnya itu masih belum lama. Tapi tetap saja nihil.

"Mau cek CCTV?" tawar Delta.

"Lo over dari kemaren kenapa, De? Kayak yang abis kemalingan," sahut Wira.

"Ya biar tau tu anak belut pergi dari kapan," balas Delta.

***

"Selamat buat first credit lo!"

"Ini serius?"

Belum sepenuhnya masuk ke studio, Omi sudah berseru heboh membuat Ali membeo di ambang pintu.

"Sukses!" jelas laki-laki itu, seraya menghampiri Ali menjabat tangannya.

"Serius?"

Omi mengangguk dengan sumringah. "Tuh, agenda recording-nya baru gue kirim ke lo."

"Thanks." Ali tidak bisa mengatakan apapun selain terima kasih. Kabar yang membuat Ali punya banyak energi pagi ini hingga begitu saja beranjak dari ranjangnya. Kabar projek training-nya yang berhasil.

Kedua orang itu berbincang sebentar di sofa studio tentang beberapa progres yang akan ditempuh beberapa waktu ke depan.

"Tapi lo nggak punya nama," kata Omi.

Powerpoint in Love 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang