28. setan baik

49 6 0
                                    

[Devan Dan Davina]
.
.
.
.

Davina marah, tentu saja sudah berapa kali Devan mngecewakannya lebih mementingkan Tiara dibandingkan dirinya klai ini Davina ingin menjaga jarak jika itu yang diinginkan Devan tanpa disadari.

Besok harinya Davina benar-benar menghindari Devan, mulai dari berangkat dan pulang sekolah diantar sopirnya di sekolah pun Davina mati-matian menghindari Devan.

Devan berusaha meminta maaf kepada Davina perihal semalam namun untuk menemuinya saja sangat susah, dihubungipun apalagi.

Akhirnya Devan menerobos masuk kerumah Davina rupanya gadis itu mengurung diri dikamar, kata bibi Davina sudah menguncinya dari pulang sekolah hingga malam niat banget mengindari Devan.

Devan sudah mengetok pintu beberapa kali namun Davina sengaja diam membisu tak membalas sama sekali bahkan Devan sudah membujuknya dengan nada lembut dan rasa bersalah namun sangat prustasi juga karena nyatanya semua sia-sia Davina benar-benar mengabaikannya.

Akhirnya ia pulang, mungkin Davina butuh waktu sendiri.

Davina sedang berada dikamar duduk dimeja belajarnya dari tadi sengaja tak bersuara mengabaaikan Devan, berkutat pada buku PR matematika yang dari tadi hanya ia pelototi saja padahal dirinya sudah duduk dimeja belajar hampir 30 menit, namun dari lima soal yang ada belum ada satupun yang terisi dibuku tulisnya.

Sial! Jadi begini jika Davina tanpa Devan?

Davina terus memukul kepalanya dengan pulpen kesal. Sesekali kulit jari jempolnya ia tusuk menggunakan ujung pulpen terus berlanjut sampai ujung pulpen tersebut menembus ke dalam kulitnya lalu Davina mencabutnya segera, seketika darah segar mengalir menetes ke area meja belajar untung tak mengotori bukunya.

"Shhhitt"

Davina meringis ngilu menahan perih namun ia menikmati rasa sakitnya karena nyatanya luka ini belum seberapa dibandingkan rasa sakit yang Devan torehkan kepadanya, tak ada niatan untuk ia mengobati biarkan saja luka ini sembuh dengan sendirinya bersama waktu yang terus berlalu walaupun kenyataannya semuanya tak tak akan kembali sama pasti akan meninggalkan bekas luka.

Semakin Davina mencoba memahami contoh soal yang serupa semakin pusing kepalanya karena tak ada satupun yang ia mengerti.

"Busett ini tiba-tiba ada angka dua dapet dari mana?" Monolog Davina bingung sendiri melihat penyelasaian contoh soal yang serupa dengan PR miliknya.

"Dapet dari rumah pak rt kali ya." Balas Davina random masih bermonolog sendiri.

"Heran deh ini otak ke bego banget, gara-gara Devan nih pas pembagian otak nggak ngajak Dav jadinya kebagian sisanya doang, seuprit ga guna lagi." Kesal Davina antara menyalahkan devan atau dirinya.

Davina capek, lelah, pusing akhirnya memutuskan untuk keluar kamarnya itupun karena sudah tak mendengar suara Devan dirumahnya ia memberanikan diri, untuk sekedar mengisi perut dengan camilan dan menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering.

Di dapur ia bertemu dengan bibi yang telah selesi mencuci piring, seketika menoleh ke arah Davina.

"Lohhh non kenapa baru keluar kamar."

" hehe... Dav ketiduran bi."

"Yaudah non makan dulu ya, bibi siapin."

"Ehh nggk usah Dav mau ngemil aja males makan tau bi."

"Nggak boleh gitu non nanti sakit." Ucap bibi lemah lembut

" tenang bi Dav strong women kayak Do Bong Soon tau."

Bestie [Devan Dan Davina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang