M O T H E R
•
•
•
"Mikey, apakah kau tidak bosan melihatnya sejak tadi?"
Manjirou mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan oleh Takeomi. Matanya masih setia melihat [Name] yang tengah belajar dengan teropong.
Karena masih berada dalam masa hukuman, remaja yang sedang dimabuk cinta (?) itu hanya dapat melihat dan mengagumi doi dari jauh saja. Seperti saat ini, dia melihatnya dari gedung yang berada di seberang sekolah itu.
Bisa saja Manjirou memilih untuk menelefon [Name], namun dia tidak ingin membuat [Name] sampai membencinya, karena mengganggu konsentrasi belajarnya.
"Seandainya saja kami bisa sekelas..."
"Ya, itu sangat mustahil," Takeomi memberi respon. "Dia anak beasiswa, dan kau berandalan. Kalian hidup di dunia yang berbeda, jangan berharap hal yang aneh."
"Kenapa dia harus sepintar itu? Memangnya dia tidak merasa sepi tanpa kehadiranku?"
"Pertanyaan yang tepat harusnya: Mengapa aku sebodoh itu? Bukannya aku yang selalu merasa sepi jika tidak mengganggu dia setiap hari?"
Manjirou memberikan tatapan sinis dan tajam pada Takeomi. Teman kakaknya itu selalu berhasil membuat emosinya tersulut, namun dia malas meladeni kakak dari Sanzu tersebut.
Matanya kembali tertuju pada [Name], tampak kegiatan belajar sudah selesai dan waktu istirahat tiba.
Melihat [Name] yang didekati oleh banyak perempuan, terlebih dia yang tidak menolak pemberian perempuan-perempuan itu membuat Manjirou marah, hingga tanpa sengaja dia menghancurkan teropong yang sedang dia gunakan.
"Murahan sekali. Memangnya dia tidak bisa menolak pemberian mereka?"
"Ya... ada hal yang namanya bersikap sopan," ujar Takeomi, melihat hal yang membuat Manjirou kesal dari teropongnya. "Kau tahu sendiri bagaimana sopannya [Surname], bukan? Lagipula teman-temannya menawarkan makanan, tidak mungkin dia menolaknya jika perempuan-perempuan itu menatapnya dengan memelas."
"Kau cemburu?" yang sejak tadi diam akhirnya buka suara. "Kau cemburu padanya, atau kau cemburu dengan sampah-sampah itu?" tanya Sanzu pada Manjirou.
"Entahlah... aku tidak tahu."
Semenjak dekat (sok dekat) dengan [Name], Manjirou merasakan hal aneh yang bahkan dia tidak mengerti apa itu.
Setiap dekat dengan [Name], dia merasa sangat nyaman, dan ketika melihat [Name] bersama dengan perempuan atau laki-laki lain, dia akan merasa sangat cemburu. Perasaan itu sama saja seperti saat dia merasakan jatuh cinta.
Karena perasaan itu pula, Manjirou sering meragukan orientasi seksualnya.
Terkadang dia melihat [Name] itu sangat tampan sebagai seorang laki-laki, namun terkadang juga dia terlihat sangat cantik untuk seorang laki-laki. Sifatnya yang sangat sopan dan gentle pada semua perempuan, seakan mengatakan jika dia laki-laki tulen. Namun, saat dia bersama dengan Keisuke, [Name] tampak seperti seorang perempuan sama seperti siswi lainnya.
"Sebenarnya dia itu perempuan atau laki-laki sih?"
"Jika kau mau, aku bisa membuktikannya."
"Jangan lakukan apapun," perintahnya, memberi tatapan tajam nan dingin pada Sanzu. "Jangan pernah cemburu padanya, dan menyentuhnya. Ini perintah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask ; Sano Manjirou
Fanfiction[COMPLETED] ❝Kau itu laki-laki atau perempuan?! Jangan membuatku merasa krisis dengan seksualku!❞ Tokyo Revengers © Ken Wakui Picture © Pinterest Story © whosgalaxy