𝟘𝟠

1.1K 221 38
                                    

G O N E 

[Name] menatap datar pada Manjirou dan seorang perempuan yang mengenakan pakaian terbuka di hadapannya. Sepertinya sehari tanpa bertemu dengan Manjirou merupakan hal yang mustahil.

Melihat wajah tengilnya saat ini sudah membuat suasana hatinya buruk, ditambah melihat tatapan merendahkan yang ditunjukkan oleh perempuan yang dibawa oleh Manjirou itu.

Darahnya mendidih.

"Are? Bukankah kau perempuan yang kulihat di sekolah waktu itu?" tanya Manjirou padanya. "Aniki, kau pacaran dengan gadis SMA? Pedofil..."

"Tidak sopan! Aku masih muda, bodoh!"

"Dan kau!" tunjuk Manjirou di hadapan wajah [Name]. "Mengapa kau mau menjadi kekasih pria tua ini? Bukankah aku jauh lebih baik~"

[Name] menaikkan sebelah alisnya, terkekeh dan tersenyum remeh sembari memeluk lengan Shinchiro. "Setidaknya pria tua ini memiliki selera yang jauh lebih bagus, dibanding dirimu, bocah!" ejeknya.

Manjirou tidak tersulut emosi, dia justru terkekeh mendengar ejekan dari [Name]. Tangannya terulur untuk mencubit pelan pipi gadis itu. Kemudian, dia menunjukkan seringaian remehnya.

"Ya... aku memang lebih menyukai yang berdada besar, dibandingkan perempuan rata."

"Pfft..."

[Name] melirik pada perempuan yang tengah menahan tawanya itu. Tentu saja dia ingin tertawa kencang saat Manjirou membandingkan tubuhnya dan tubuh perempuan itu.

Namun, gadis itu memilih untuk tidak ambil pusing. Mau memiliki dada ukuran besar, ataupun sedang, ataupun rata, tidak ada bedanya. 

"Mikey, itu kasar," tegur Shinchiro, memukul pelan bahu adik laki-lakinya itu. "Kau tidak boleh mengatakan hal itu pada perempuan, itu tidak sopan."

"Biarkan saja, Sano-san. Aku tidak peduli dengan itu."

"Tentu saja! Kau tidak perlu mendengar ucapan Mikey!" [Name] menatap datar perempuan yang mulai membuka suara itu. "Ukuran dada perempuan pasti akan berubah, jika mereka sudah memiliki suami ataupun anak. Atau... jika kau mau, kau bisa meminta kekasihmu itu untuk memijitnya."

[Name] tersenyum, matanya juga ikut tersenyum. "Jadi... apakah itu caramu untuk membesarkan dadamu itu, bitch?" tanyanya.

"Kau!"

"Lemme tell you something, bicth," ujar gadis itu, mengusap rambut perempuan itu. "Jangan terlalu bangga dengan hal berlebihan yang kamu miliki. Karena, hal itu mungkin saja akan hilang malam ini juga..."

"Ayo, Sano-san."



[Name] menarik tangan Shinchiro untuk segera meninggalkan kedua pasangan yang membuatnya merasa marah itu. Dia sudah puas melihat wajah perempuan itu yang memerah padam.

Sementara itu, Manjirou terkekeh sembari mengusap rambut perempuan yang menjadi teman kencannya hari ini.

Dia tidak menyangka jika gadis yang dia yakini sebagai kekasih Shinchiro itu berani menjawab hinaan yang dia terima. Padahal, seingatnya saat mereka bertemu di sekolah, gadis itu tampak malu dan penakut.

"Hmh... dia memang sangat mirip dengan [Name]... apakah dia kembarannya?" gumam Manjirou menebak-nebak.

"Tidak, tidak, Takeomi mengatakan jika [Name] itu anak tunggal kaya raya. Ya... gadis itu pasti hanya mirip saja dengannya."

Mask ; Sano ManjirouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang