Omong kosong

21 2 0
                                    

Pada malam harinya, Bila masih memikirkan pembicaraannya dengan Raka. Baru selang beberapa jam. Ia kembali menyelami pikirannya. Sambil menghela nafas berulang kali dan menggeleng kepala. Ia menertawai diri sendiri.

Apakah ada hal yang menggelikan?

Ia menjadi pendengar hubungan asmara orang lain dan juga telah berani memberi saran. Penjelasan mengenai ketulusan? Bila tertawa geli sendirian. Ia tak percaya dirinya telah cukup berani. Berani omong kosong.

Untuk seseroang yang mengaku tidak ingin terlibat jauh dalam hubungan. Yang hendak membatasi diri dari hubungan interpersonal. Ingin berjarak. Lalu berkomentar tentang ketulusan seseorang, apakah tidak cukup menggelikan?

Darimana datangnya segala pemikirian berani itu? bukankah sel-sel cinta dalam tubuhnya sudah terlepas? bukankah ia sudah tidak merasakan apa-apa lagi?

Bukankah cinta adalah urusan yang telah usai setelah seseorang sudah demikian menderita hingga tak lagi bisa menangis?

Bila sudah berhenti memikirkannya sejak dua tahun terakhir. Tentang hubungan. Apakah ia sangat sakit hati sebelumnya, sehingga berlaku demikian?

Ia mengaku demikian. Tak perlu membahas tentang hubungan asmara, tetapi hari ini ia berani bicara omong kosong.

Hal denikian terus berputar di kepala Bila. Ia merasa telah benar-benar menjadi orang yang arogan. Ia berpikir untuk bersepakat dengan dirinya sendiri. Tidak perlu sok tahu dan berkomentar apapun. Cukup dengarkan dan tersenyum saat orang lain mulai membicarakan. Tekadnya.

"Bil.. mikirin apa sih?" bisik Hana di telinga Bila. Cukup mengagetkan.

"Aduh.. Han, bikin jantungan. Kamu dari kapan disini?" tanya Bila dengan nada kesal.

"Maaf. Aku dari tadi ngintip kamu lagi bengong tapi wajahnya serius banget." jawab Hana menjelaskan.

"Aku tadi siang udah bicara omong kosong sama ka Raka. Aku merasa bersalah."

"Kamu nih pikirannya berat banget ya Bil, selow dikit. Aku yakin ka Raka orang yang berjiwa besar kalau emang kamu melakukan kesalahan. Nah kamu nih, yang perlu belajar untuk berhenti mengkhawatirkan segalanya. Jangan semua emosi kamu bawa kemana kamu pergi, berat loh nenteng-nentengnya kesana-kemari." ucap Hana menyadarkan.

Bila menjadi tersadarkan. Bahwa tidak hanya berjuang untuk hidup, bahkan untuk berhenti dan menyerah pada hidup.. ia tetap diajarkan untuk belajar.

Belajar melepaskan kait-kait di hatinya. Merelakan apa yang berlalu dan tak sampai. Termasuk berhenti untuk mencintai. Apakah orang benar-benar bisa berhenti untuk tidak jatuh cinta lagi?

Hari ini, ia pun mendapati nasihat temannya. Belajar untuk berhenti mengkhawatirkan segalanya. Apakah mungkin?

SebilahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang