Lupa 'sesaat

25 4 0
                                    

"Bu, tolong Bila." pinta Bila, saat menemukan ibunya sudah kembali di rumah.

"Apa nak?" tanya ibunya Bila.

"Bilang ke teman-teman ibu. Jangan bertamu di hari sabtu dan minggu." pinta Bila, sembari duduk di sebelah ibunya.

Ibunya menggeleng kepala. Beliau cukup memahami karakter anaknya yang jarang menyukai kehadiran orang di rumah. Tetapi, permintaan ini tak masuk akal. Apakah perlu mengusir tamu?

"Tolong bu. Bila nggak senang ada orang asing di rumah. Masa Bila harus menjaga sikap dan berpakaian yang rapi di rumah sendiri? kehadiran orang asing di rumah, cukup merepotkan. Tolong bu." sambung Bila menjelaskan permintaannya.

"Tapi, nak.." jawab singkat ibunya, yang tak tahu harus bagaimana. Tak mungkin mengusir orang.

"Bila kembalikan ke ibu. Memenuhi keinginan sederhana Bila, atau Bila keluar dari rumah." ucap Bila. Meski tampak mengancam, tetapi kebenarannya ia harus demikian. Ia tak ingin bertoleransi.

"Baik, sebisanya nak." Ibunya mengabulkan, meskipun tahu, permintaan itu terdengar arogan. Beliau tak ingin berdebat dan membuat anak semata wayangnya pergi dengan kemarahan.

"Terimakasih bu." ucap Bila, beranjak dari kursi untuk kembali ke kamarnya.

Hal yang mungkin tidak akan mudah dipahami oleh orang lain adalah perihal luka di hati seseorang. Ada yang sudah mencoba berdamai, tapi masih sering terperangkap di dalamnya.

Kita mungkin ingin melupakan dan memaafkan apa yang sudah berlalu di belakang, tetapi ada rasa sakit yang masih membekas.

Apakah orang benar-benar berdamai dengan dirinya? tidak. Kita hanya berusaha melupakannya. Tidak ada luka yang benar-benar dilupakan. Kita hanya lupa mengingatnya sesaat. Sesaat: kita disibukkan oleh hal-hal lain.

Demikian, kita melihat orang-orang menyibukkan dirinya. Berusaha ingin melupakan seutuhnya, tetapi sebenarnya hanya 'sesaat, sesaat yang cukup untuk beristirahat dari rasa sakit.

Rasa sakit. Apakah sakit hati? Sesak di dada? lebih dari rasa kekecewaan yang mendalam.

Apakah orang bisa saling memahami? terlebih bisa saling memahami luka masing-masing?

Siapa yang berani untuk percaya diri? percaya bahwa dirinya mampu memahami orang lain. Apakah mungkin?

Sama halnya dengan Sebilah. Orang-orang akan mudah salah paham padanya, tetapi ia tak pernah berniat memberi penjelasan lebih. Ia tak mengelak pada pendapat orang lain terhadapnya. Ia mengakui dirinya sebagai orang yang arogan dan tak berperasaan. Silakan mencemoh.

SebilahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang