Keesokan harinya di kantor, Tedi menghampir Bila yang sedang menyeduh cokelat panas di pantry. Bila selalu datang lebih awal karena ia begitu menginginkan posisi pegawai tetap.
"Selamat pagi Bil." sapa Tedi sambil mengambil gelas untuk menyeduh kopi.
"Pagi bang Ted." balas Bila sambil menunduk, ia menghargai orangtua di sampingnya itu.
"Aku mau nanya Bil, menurutmu Raka gimana?" tanya Tedi, membuat Bila sedikit kebingungan.
"Ka Raka orangnya kompeten bang dan orangnya siap sedia membantu tim kerja." balas Bila, mencoba mengkonfirmasi maksud dari pertanyaan itu.
"Mmm.. menarik nggak?" tanya Tedi lagi penasaran.
"Untuk pekerjaan, orang yang cukup kompeten dan mengayomi teman kerja.. jadi kesimpulannya ka Raka cukup menarik. Karirnya kedepan pasti bagus." jawab Bila realistis.
"Kamu cukup jujur Bil. Trus... menurutmu bagian mana yang kurang?" tanya Tedi lagi.
"Apa ya bang? mmm.. di pekerjaan, aku bisa kasih rate 9/10. Kurangnya di pengalaman memimpin, jadi kadang ada komunikasi yang miss." jawab Bila dengan pemikiran yang serius.
"Nggak nyangka aku, kamu bisa menilai orang dengan baik. Tapi, menurutmu di luar pekerjaan Raka orangnya gimana?" tanya Tedi lagi, merasa belum menemukan jawaban yang ingin dicari.
"Overall orangnya cukup baik." jawab Bila singkat.
"Baiklah Bil, terimakasih udah menjawab Q&A di pagi ini." ucap Tedi mengakhiri sesi penasarannya yang tak kunjung menemukan jawaban yang dicari.
Bila mengangguk saja dan Tedi kembali ke meja kerjanya dengan membawa kopi yang tak panas lagi.
Bila memahami maksud atasannya itu. Ia cukup peka pada keadaan sekitar. Hanya saja, ia tak berniat menunjukkan ketertarikan pada hubungan asmara. Saat ini, ia hanya fokus memikirkan pekerjaan dan impiannya.
--- --- ---
Malam harinya, Hana mampir ke rumah Bila. Ia memang cukup sering berkunjung.
"Bil, tadi aku sekilas dengar obrolanmu sama bang Tedi. Aku penasaran. Ceritain dong." pintah Hana sambil merengek.
"Nggak penting Han." jawab Bila singkat. Ia memang tak senang membicarakan hal-hal semacam itu.
"Aku denger kok." balas Hana kesal, sambil mencoba mendekati kuping Bila.
"Itu udah tau. Selesai." balas Bila tersenyum menang.
"Heran, sekelas Raka ditolak." ucap Hana menatap tajam.
"Kalian salah paham. Aku dan ka Raka adalah teman baik. Bukan hubungan liar seperti imajinasi kalian." jawab Bila menjelaskan dengan singkat.
"Kurang apa sih Bil? fisik oke, kerjaan nggak ada masalah, attitude baik, ngobrol nyambung. Hampir sempurna." tanya Hana kebingungan.
"Aku sedang tidak ingin masuk dalam hubungan, Han. Aku juga tak tertarik membahasnya." jawab Bila memelas.
Hana berhenti penasaran. Lalu ia menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia berpamitan untuk kembali ke rumahnya.
"Bil.. I feel sorry udah bikin kamu bad mood hari ini. Aku balik ya, udah malem nih." ucap Hana berpamitan
"It's okay Han. Take care ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebilah
Roman pour Adolescents24 tahun, setahun menuju usia seperempat abad. Ini cerita Sebilah bertahan hidup untuk menemukan apa yang hilang dari dirinya. Dari Sebilah, kamu mungkin menemukan dirimu sendiri. Menemukan bagian dari dirimu yang hilang. Apa yang ingin kamu temukan...