Hari itu, di kantor. Bila dan Raka sedang membahas beberapa kerjaan. Bila memang sosok yang antusias dalam pekerjaan.
"Bil.. aku boleh nanya pendapat kamu nggak? ini di luar kerjaan yang barusan kita bahas." tanya Raka.
"Iya boleh, silakan kak." balas Bila berusaha menyimak.
"Aku cuma bisa cerita ini ke kamu aja. Aku mengenali karaktermu berbeda dengan rekan kerja lain. Selama kita ngobrol, kamu orang yang cukup berpikiran terbuka. Jadi, aku izin cerita dan tanya pendapat kamu Bil.." ucap Raka menjelaskan situasinya.
"Santai sama aku kak. Silakan cerita." pinta Bila menjadi penasaran.
"Tolong jangan hakimi aku Bil. Sebenarnya aku sedang dekat dengan dua teman perempuan. Perempuan pertama adalah teman kuliahku, yang kedua adalah kenalanku sejak dua tahun terakhir. Keduanya menarik. Aku perlihatkan foto mereka." curhat Raka sambil mencari foto kedua gadis itu untuk diperlihatkan ke Bila.
"Mirip ya kak. Aku jadi tahu tipe ka Raka." ucap Bila saat melihat foto yang ditunjukkan.
Raka hanya tersenyum kecil.
"Lalu kenapa kak? apakah ka Raka sedang dilema?" tanya Bila meledek.
"Aku nggak tahu Bil. Menurutmu, bagaiamana meihat ketulusan seseorang?" tanya Raka, berusaha menjaskan kebimbangannya.
Bila cukup kaget. Ia tak pernah berpikir, Raka akan begitu terbuka dan menceritakan kisah asmaranya. Terlebih, sosok Raka yang terkenal tampan dan disukai beberapa teman perempuan di kantor. Terlebih, pertanyaannya - perihal ketulusan?
Bila tak langsung menjawab. Ia sedang berpikir dan mencoba melihat kembali karakter teman kerjanya itu. Raka. Ia teringat kembali - bagaimana orang-orang sempat berusaha menjodohkan mereka berdua. Tapi, tak berhasil. Bila yang tak pernah berpikir menjalin hubungan asmara, dan Raka yang tampak manis ke semua perempuan.
Selang beberapa saat, Bila mencoba menarik kesimpulannya sendiri tentang Raka. Ia mencoba menempatkan diri. Bagi pria tampan, orang asing akan mudah tertarik pada visualnya. Apakah karakter pria itu baik? bagi kebanyakan perempuan, hal itu berada pada pertimbangan nomor sekian- 'yang penting tampan.'
Benar. Jika melihat dari sisi Raka, ia pasti merasa demikian. Apakah perempuan yang dikencani tulus menyukainya? bagaimana melihat ketulusan seseorang? jangan-jangan mereka hanya menyukai visualku? ketika aku bertambah tua dan menjadi jelek, perutku buncit seperti om-om 40 tahun.. lalu bagaimana mereka melihatku lagi?
Hal ini berputar di kepala Bila.
"Bil, kok diam?" tanya Raka, menyadarkan Bila bahwa ia telah banyak berpikir.
"Aku nggak punya jawaban kak. Maaf. Aku hanya berpikir bahwa ketulusan itu cukup sederhana. Apakah ka Raka nggak bisa merasakannya? maksud aku - kita mungkin berpikir bahwa ketulusan adalah hal besar yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar benar tulus. Apakah benar demikian? apa ka Raka sedang menunggu hal besar itu untuk meyakinkan diri?" jawab Bila memberi penjelasan.
Sejujurnya, Bila baru saja memikirkannya dan berbicara asal. Ia terbawa suasana.
"Terimakasih ya Bil. Aku benar. Kamu adalah teman yang tepat untuk diajak berbicara masalah hati." ucap Raka berterimakasih banyak. Ia mungkin sudah memahami perkataan Bila.
"Terimakasih kembali. Aku selalu ada untuk mendengarkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebilah
Genç Kurgu24 tahun, setahun menuju usia seperempat abad. Ini cerita Sebilah bertahan hidup untuk menemukan apa yang hilang dari dirinya. Dari Sebilah, kamu mungkin menemukan dirimu sendiri. Menemukan bagian dari dirimu yang hilang. Apa yang ingin kamu temukan...