{06}

457 38 8
                                    

Joy berjalan lemas menuju tempat dimana ada teman-temannya, maksudnya kamar Jennie. Ia tidak tahu harus apa, moodnya benar-benar hancur setelah mendapati foto seperti itu.

Joy membuka kenop pintu, didapatinya wajah teman-temannya yang sedang menatap ke arahnya. Joy menunduk, tak mau  bercerita tentang masalah tadi.

Rose yang melihat ada yang aneh pun bertanya, "Kenapa, Kak?"

Joy tak menjawab. Joy duduk di kasurnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut, membuat yang lain kebingungan.

"Joy?" kali ini suara Jennie.

Wendy yang melihat itu segera mengkode kepada Adik-adiknya untuk keluar, dan diangguki oleh mereka. Omong-omong Irene sedang menjaga Seulgi, jadi dia tidak ada di sini.

Wendy mendekati Joy. "Joy, lihat gue," pintanya.

Joy masih diam tak bergeming. "Sini, cerita sama gue," ujar Wendy lagi.

Wendy menghela nafas kasar kala mendapati dirinya yang tidak ditanggapi. "Jangan dipendam sendiri, Joy. Nanti pas udah tenang, lo bisa cerita ke gue, Kak Irene atau yang lain." Wendy keluar dari sana, mencoba memberi waktu menyendiri untuk Joy.

Setelah kepergian Wendy, Joy pun menangis. Ia menangis sembari mengigit lengannya guna agar tidak bersuara, padahal ia sendiri tahu jika kamar itu kedap suara.

"Gimana, Kak?" tanya Jennie saat melihat Wendy keluar dari kamarnya. Jujur saja, ia khawatir dengan teman seumurannya itu.

Wendy menggeleng, "Dia masih pengen sendiri. Jadi, biarin aja dulu."

Wendy memang paling mengerti soal kami semua, pikir Jisoo. Kenapa Jisoo berkata seperti itu? karena dulu saat Taeyong berselingkuh darinya, Wendy juga berkata demikian.

Jennie mengehela nafas lega. "Kalo gitu gue ke atas dulu ya." Atas itu maksudnya adalah ruangan sang Ayah.

"Gue juga mau jenguk sepupu gue dulu," ujar Jisoo.

Rose dan Yeri memilih untuk ke kantin rumah sakit saja, mereka ingin meminum kopi dan begadang semalaman. Jujur saja, masalah akhir-akhir ini membuat mereka stress.

"Pengen ke Jeju," celetuk Yeri tiba-tiba.

"Ntar pas mood Kak Joy baik aja baru kesana," jawab Rose. Jeju adalah tempat dimana Joy lahir, jadi jika ingin kesana lebih baik mengajaknya.

Yeri mengangguk. "Kak, kok lo gak jadi pengacara aja sih?" tanya Yeri, tiba-tiba topiknya jadi kesini. Rose jadi deja vu dengan pembicaraannya dengan Seulgi beberapa hari yang lalu.

Rose terkekeh, "Gue debat sama kalian aja udah kewalahan, apalagi nanti kalo debat di pengadilan, bisa-bisa mati kutu gue."

Yeri tertawa, "Bener juga."

"Lo juga, kenapa lo gak jadi aktris atau idol aja? Lo kan cantik tuh, pasti bisa kalo mau jadi aktris atau idol, kayak Bunda lo." tanya balik Rose.

"Jadi publik figure gak seenak yang kita kira, kita harus punya 2 kepribadian dulu baru bisa terjun ke dunia itu. Susah pokoknya, mending gue ngamen aja dipinggiran kota," canda Yeri di akhir kalimat.

Rose mengerti apa yang dikatakan oleh Yeri. Dulu orang tuanya bercerai karena perkerjaan sang Ibu, yaitu aktris. Ibu Yeri yang dikekang oleh agensi untuk menjadi sempurna di hadapan penggemarnya, dan di haruskan menampilkan sifat buatan agensi. Di atur ini itu membuat Ayah Yeri geram dan memutuskan untuk berpisah, karena menurutnya sang Istri tidak memenuhi syarat sebagai Ibu dan juga Istri.

Yeri yang saat itu masih kecil dan tidak faham pun akhirnya membenci sang Ibu, dan mengikuti sang Ayah. Namun seiring berjalannya waktu Yeri akhirnya mengerti, dan membuka lagi hatinya untuk sang Ibu. Tetapi itu tidak membuat orang tuanya rujuk kembali, karena Ayah Yeri sudah menikah kembali dengan Ibu dari Krystal Jung dan juga Jessica Jung.

We are BLACKVELVETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang