Chapter 12 * I will protect you

323 20 5
                                    

Aku dan Hiroku berlari terus berlari entah kemana kita berjalan, sedangkan Hiromi sudah tertinggal jauh. Kami sudah berlari cukup jauh rumah-rumah yang kami lewati juga sudah jarang-jarang. Sampai akhirnya kami menemukan jalan buntu yang dipageri dengan tembok tinggi. "lewat sini", kata Hiroku sambil menarikku ke sebelah kiri. Rupanya di sebelah rumah kosong ada bagian tembok yang bolong. Akhirnya kami memutuskan untuk melewati tembok yang bolong itu. "sial! Kuburan", geram Hiroku. Kuburan itu sangat berantakan, usianya seperti sudah beratus-ratus tahun. Aku merasa sedikit takut, mungkin karena tempatnya sedikit menyeramkan. Dari kejauhan ada pohon beringin yang besar, rupanya di baliknya ada anak kecil yang sedang mengintip aku dan Hiroku. Akupun berlari mendekat, baru setengah jalan aku sudah jatuh karena tidak sengaja menyandung papan nama dari salah satu kuburan disitu. Hujan sudah mulai reda tapi awan masih sangan gelap. Akupun akhirnya mencoba membaca papan nama yang tertera adalah "Fandi Satrio", kataku sambil mencoba membaca karena namanya sudah mulai menghilang. "apa yang kau lakukan pada papan namaku!!", kata seseorang lelaki. Suaranya sangat dekat tapi entah dari mana, saat ku lihat ke bawah rupanya ada lubang seperti ada ruangan di bawah kuburan itu. "kembalikan papan nama itu seperti semula!", bentak pocong yang ada di bawah tanah kuburan itu. Akupun tersentak kanget, dan segera bangun. Hiroku juga berlari mendekat ke arahku.

"ahh pocong!", teriakku.

"kau ini kenapa tiba-tiba lari sih?", tanya Hiroku sambil terengah-engah.

Pocong itupun marah, karena papan namanya lepas membuat lubang di bagian atas kuburannya.
"sial siapa tuh orang? Belum liat kalau gue marah! Eh tapi iya juga sih gimana dia tahu gua marahnya kaya gimana, orang kenal juga kagak. Dasar pe-a!", kata Pony sambil ngedumel sendiri di bawah.
"nih gua banjur aja kali ya pake air kecing yang udah gua tampung satu minggu. Emang enak? Biar tahu rasa tuh orang.", kata Pony sambil membawa ember yang berisi air kencingnya selama satu minggu ke atas tanah.

Saat Pony keluar dari tanah, akupun kaget hingga terjatuh ke tanah. Hiroku juga sedikit tersentak ke belakang karena kaget ada yang keluar dari tanah. Pony pun siap membanjur aku dan Hroku. "Dasar manusia pengganggu! Rasakan ini.. eh", kata Pony namun terhenti karena kaget melihat rupanya wanita yang membuat rumahnya rusak itu adalah Wanita cantik seperti bidadari yang jatuh dari tangkal rambutan. Maksudnya surga.

"i..ini beneran peri?", sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"coba cuci mukamu agar bisa melihat lebih jelas!", kata anak kecil di sebelahnya.
"wah bener juga tuh", sambil membanjur mukanya dengan air kencingnya sendiri.

"hihihi", aku tertawa kecil.

"wah gak salah cil peri!", kata Pony.

"dasar bodoh!", kata kuntilanak yang sedang memerhatikan kami sejak tadi dari atas pohon. "itu hanya manusia, dasar pe-a", lanjut kuntilanak, sambil mendekat ke arah ku dan Hiroku.

"kalau mereka manusia lalu kenapa mereka bisa melihat kita?", tanya Pony.

"emh, mungkin mereka punya kelebihan", kata Bocil.

"ekhem.. maaf mengganggu. Boleh ku tahu ini dimana ya?", tanya Hiroku.

"selamat datang di tempat kami, ini adalah kuburan tua. Perkenalkan, namaku Pony, anak ingusan ini namanya Bocil, sedangkan wanita itu namanya Kutil", salam Pony.

"hah? Nama apa itu?", tanyaku heran.

"pony adalah kepanjangan dari Pocong funny, Bocil kepanjangan dari Botak Kecil, sedangkan Kutil itu emhh apa ya ahh itu sejenis penyakit", jelas Pony.

"heyyy bocil itu bukan botak kecil tapi bocah kecil", sergah Bocil.

"ya lagi pula sama saja intinya kau dipanggil bocil kan?!", kata Pony saat melihat ke arah kunti dia kelihatan marah dengan Pony. "apa loe liat-liat?! Mau protes juga?", lanjut Pony.

The Love I Lost SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang