Chapter 13

257 18 2
                                    

Malampun berganti pagi..
Aku membuka mataku perlahan, dan melihat ke sekelilingku, "dimana ini?". Saat ku melihat ke arah kiriku ada segelas teh hangat yang tersedia di atas meja, karena aku sangat haus akhirnya kuputuskan untuk langsung meminumnya, rupanya rasanya enak.

Selesai minum, akupun keluar dari kamar terdengar ada suara seseorang yang sedang memasak. Rupanya ada seorang gadis yang kira-kira umurnya diatasku, dia sedang membuat makanan.

"oh lu, udah enakan?", kata Chika dengan nada sedikit judes.

"sepertinya sudah, kau yang membuatkan ku teh ya? Terima kasih ya", ucalku lembut sambil tersenyum.

"haha kau bercanda, aku sudah cukup sibuk pagi ini di dapur jadi pastinya bukan aku ngerti...", cetus Chika.

"hah?", tanyaku heran

"siapa sebenarnya kau ini? Kenapa tiba-tiba bisa ada disini?", tanya Nenek.

"a..aku", jawabku tergagap bingung.

"kau lupa ingatan?", tanya seorang wanita yang tiba-tiba muncul bernama Sakura.

"eh?", gumamku heran.

"kalau kau lupa ingatan bagaimana kau bisa pulang? Dengar ya keluarga ini sudah cukup kesusahan jadi jangan buat kami lebih susah lagi", kata Chika yang mulai emosi.

"harusnya kau tidak bersikap seperti itu karena kita dulunya juga mengalami hal yang sama bukan?", kata Sakura lembut.

"terserah kau sajalah, aku cape memperdebatkan masalah ini", kata Chika.

"tak apa, akan ku rapihkan dulu kamar yang tadi ku pakai habis itu baru aku akan pergi", kataku sambil tersenyum untuk meyakinkan mereka bahwa aku akan baik-baik saja.

"kau akan pergi, baik. Kemana?", tanya Nenek mengetes.

"eh?emh a.. aku akan ke..", jawabku tergagap karena tak tau aku harus kemana.

"kau ini kan wanita, masih muda dan kau akan pergi ke luar sendiri bagaimana kalau ada orang yang menjahatimu?", nasihat Nenek.

"tenang saja aku tidak sendiri, tak pernah. Aku selalu bersama dengan.. eh", aku baru menyadari kalau Hiroku tidak ada.

"tadi malam kami menemukanmu di depan rumah kami tergeletak tak berdaya. Kau seorang, tak ada orang lain", kata Sakura dengan wajah yang meyakinkan.

"oh iya kecuali yang kau maksud adalah kucingmu", lanjutnya.

"ku..kucing?", gumamku yang semakin heran.

"Meouu", seekor kucing datang dan mengelus-elus kaki Chici.

"kucing siapa ini? Memang sejak kapan aku membawa kucing?", gumamku dalam hati.

"itu kucing mu, kau tau kucing itu lebih pantas di panggil anjing karena dia sangat setia menunggumu, selalu ada di dekatmu", puji Sakura.

"hah.. bagaimana bisa?", gumamku dalam hati.

"kalau kau mau, kau boleh tinggal disini sampai ingatanmu pulih, tapi aku takut aku tidak bisa memberi mu makan ataupun kucingmu makan, karena penghasilan kami yang sedikit", kata Nenek sedih.

"kalau aku boleh tau nenek kerja apa?", tanyaku.

"nenek biasanya membuat layangan dan Sakura yang menjualnya ke setiap sekolah dasar di dekat sini. Nenek juga yang menjaga kuburan ini, membersihkannya tapi gajinya kecil dan hanya digaji sebulan sekali, chika bekerja di toko swalayan dekat sini", jawab Nenek.

"makanan kami hanya oncom dan sambal terkadang makan enak, kalau kau disini kita makan apa nanti, batu?", cetus Chika.

"jaga mulutmu itu Chika!", kata Nenek.

"tak apa? Memang butuh waktu untuk dapat lebih akrab. Kalau memang aku diijinkan untuk tinggal, mungkin aku akan membantu nenek dan mencoba mencari nafkah juga. Bagaimana? ", usulku.

"memangnya kau bisa apa?", tanya Nenek.

"aku bisa membuat kerajinan tangan dari barang bekas, aku juga rajin dalam membereskan suatu ruangan", kataku.

"kalau gitu baiklah, kau boleh tinggal", kata Nenek sambil tersenyum.

"apa? Hah terserah", kata Chika kaget.

"yes bagus, kalau gitu kau harus makan dulu baru bisa bekerja", kata Sakura.

"terima kasih", kataku sambil tersenyum.

Kami semua akhirnya makan bersama, makanan yang kami makan hanyalah nasi, oncom, dan sambal. Saat makan aku berfikir keras "apa Hiroku suka oncom ya?". Selesai sarapan, Nenek menyuruhku untuk menyapu membersihkan kuburan. Chika disuruh membersihkan rumah saja karena sekitar jam 10:00 dia harus segera berangkat karena toko swalayannya akan buka, sedangkan Sakura dirusuh mencari barang bekas yang masih bisa dipakai.

Kami semua akhirnya makan bersama, makanan yang kami makan hanyalah nasi, oncom, dan sambal. Saat makan aku berfikir keras "apa Hiroku suka oncom ya?". Selesai sarapan, nenek menyuruhku untuk menyapu membersihkan kuburan. Chika disuruh membersihkan rumah saja karena sekitar jam 10:00 dia harus segera berangkat karena toko swalayannya akan buka, sedangkan sakura dirusuh mencari barang bekas yang masih bisa dipakai.

Selama menyapu, kucing yang berwarna hitam putih dengan bulu yang indah itu terus mengikutiku, sedangkan Hiroku belum datang juga. "hemh kau ini kucing siapa sih kenapa kau mengikutiku terus? Dan hemh dimana Hiroku? Aku takut dia pergi meninggalkanku", kataku sambil mengelus kepala kucing itu.

"aku yakin pasti Hiroku akan datang, tidak mungkin dia pergi meninggalkanku sendirian disini, hmm" kataku sambil mulai menyapu kembali.


"mulai merindukan aku? Hahh.. aku sudah tau kalau kau takkan kuat hidup tanpaku walau itu hanya beberapa menit saja.. haha. Atau mungkin sedetik ya..??" kata Hiroku sambil berpikir dan menggaruk-garuk kepalanya.


"hi.. Hiroku...", kataku kaget sambil melepas sapunya dan berlari ke arah Hiroku. Tanpa sadar Aku memeluk Hiroku kuat dan hangat.


"kau baik-baik saja?", tanya Hiroku heran.
"kau kemana saja? Tunggu pergi kemana kucing itu?", tanyaku bingung.
"aku takkan tinggalkan dirimu walau hanya sedetik kau mengerti, takkan pernah", kata Hiroku manis.
"apa kau kucing itu?", kataku menyimpulkan.
"Chici, kau menyapu dimana?", teriak Sakura.
"itu Sakura. Aku disini...!", jawabku setengah teriak.
"disini kau rupanya", kata Sakura.
"iya, eh...??" saat melihat ke belakang Hiroku sudah pergi dan hanya ada kucing itu sedang menjilati tangannya dengan manis.


"ada apa?", tanya Sakura.
"tidak apa..", kataku.

Sakura mengajakku ke halaman belakang disana sudah banyak sekali barang bekas. Rupanya selama aku menyapu kuburan, Sakura mencari barang bekas untukku daur ulang. Tapi berita buruknya, Nenek belum punya cukup modal untuk membeli bahan-bahan penghiasnya, karena ini sudah akhir bulan keuangan sudah tipis. Aku akhirnya nekad ingin bekerja di suatu tempat untuk nambah-nambah keungan disini. Sakura baik sekali mau menemaniku mencari lowongan kerja.

Aku dan Sakura kelelahan mencari lowongan kerja, akhirnya kami putuskan untuk pulang, kasian Nenek pasti di rumah sendirian. Sesampai di rumah, aku di marahi Chika karena pergi terlalu lama sehingga pekerjaan di rumah menumpuk.

Tak terasa sudah malam, diam-diam aku pergi keluar rumah dan duduk di atas batu berukuran besar. Tiba-tiba, aku melihat seperti ada yang sedang menatapku dari kejauhan. Di atas pohon juga ada yang sedang bersembunyi dan menatapku dengan tajamnya. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dalam, kucing itu tak menggeram sama sekali dia hanya duduk manis dan melihat ke arahku. Saat berbalik..

Hay guys sorry ya aku baru kirim lagi nih soalnya kemarin sekolah udah mulai aktif lagi *ko jadi curhat ya...
maaf maaf wkwk
oia gimana di chapter 12 nya lucu ga nih... kalau ga lucu maaf atuh ya *da aku mah apa atuh...
terus maaf ya kalau aku kebanyakan percakapannya soalnya aku suka hal-hal berbau drama. Kalau suka ditunggu comment dan votednya yah :)

The Love I Lost SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang