Chapter 6*start training

273 25 0
                                    

     Tak kusangka matahari cepat sekali pergi, dan lebih aku tak percaya lagi kalau aku berada di kamar selama satu tahun. "Hemh jangankan untuk melihat orang tuaku, ataupun melihat keluar rumah, berjalan di luar kamar saja rasanya sulit sekali, hm", kataku sambil menatap ke langit. Awan sedang tidak bersahabat, sangat mendung, angin juga bertiup begitu kencang sampai-sampai pintu kamar balkonku terhentak-hentak, seakan-akan angin itu sedang mencoba masuk ke dalam namun tak mampu. Sama seperti aku yang tak mampu keluar. Tanpa sadar aku merasa ada yang sedang memerhatikanku dari arah pintu kamarku. Seakan-akan orang itu sedang mengatakan sesuatu kepadaku hanya suaranya tidak jelas. Tebakan ku tepat sasaran, rupanya Hiromi yang kepergok memperhatikanku.
"Hiromi.. sedang apa disitu?", tanyaku pelan.
"Kenapa lampu kamarmu terang sekali, kamu harus berani terhadap gelap Chici", katanya sambil mematikan lampu kamarku. Dan yang tersisa hanyalah cahaya kilat dari luar jendela.
"Eh? Tapikan petirnya menyeramkan", jawabku polos.
"Kau mau Mamah dan Ayahmu pulangkan?", tanyanya sambil mendekat.
"I.. iya", jawabku lemas sambil tertunduk.
"Belajarlah berani itu tujuanku disini, bagaimana kau ingin berani dengan hantu kalau kau saja takut gelap", jelasnya lembut.
"hm benar juga", kataku dengan bahu yang mulai terkulai lemas.

     Tiba-tiba Hiromi mendekat ke arahku yang sedang berdiri di depan pintu balkon yang terbuat dari kaca. Hiromi sejak dulu sangatlah dingin, "bagaimana kalau kau belajar mengendalikan ilmu mu sekarang?!", tanya Hiromi.
"Be..belajar apa?", tanyaku bingung.
"Tadi kau mendengar ada suara dari dalam batinmu bukan?", tanyanya.
"Iya... itukan hanya suara saja, mungkin saja aku yang berlebihan", kataku tegas.
"Tadi kau tidak salah dengar, tadi itu suara batinku yang mencoba berkontak denganmu. Selain itu kau juga bisa mengetahui pikiran orang lain dengan mendengar suara hanya lewat wajahnya saja", jelasnya.
"Ya aku sering dengar, seperti membaca fikiran?", tanyaku meyakinkan.
"Tutup matamu dan dengarkan apa yang aku katakan di dalam hati", suruh Hiromi sambil mencoba menutup kedua mataku dengan jari jemarinya yang lembut, dan tangan satunya lagi memegang pundakku.
     Jantungku sangat berdebar antara takut dan senang karena dapat dekat lagi dengan Hiromi. Aku berkonsentrasi yang dapatku lihat hanyalah kegelapan, tapi entah kenapa aku terus menyusuri kegelapan itu sampai tiba-tiba mulai mendengar sesuatu tapi suaranya sangatlah jauh. "kau mulai mendengarnya, ikuti suara itu Chici!", suruhnya. "Terlalu jauh", kataku. Tapi suara itu tiba-tiba hilang saat petir dengan kerasnya bergemuruh seakan-akan aku tidak di ijinkan menelusur terlalu jauh. "Ada apa?", tanya Hiromi. Aku hanya melihat ke arah jendela, lalu menyuruh Hiromi untuk kembali ke kamarnya. Aku dapat merasakan ada sosok yang sedang marah selama aku bersama Hiromi tadi.

The Love I Lost SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang