Chapter 23

56 4 0
                                    

Hiroku dihadang oleh hantu berbadan besar, yang dulu pernah hampir menghancurkanku dan Chika. Tanganku menggempal dengan kuatnya, Belatiku terasa sangat ringan sekarang seolah-olah berkata aku siap berkelahi. "oh jelas tidak akan kubiarkan kau keluar dari sini Chici, walaupun memang benar dia malaikat pelindungmu", kata Pak Tua di sebelahku. Aku juga bingung harus berbuat apa, yang pasti bukan hanya berdiri di depan jendela melihat dia sampai berakhir.

"aku akan kalahkan dia, terutama sihirmu", kataku menatap tajam Pak Tua.

"itulah yang aku harapkan, hancurkan dia kelemahannya adalah kepala bagian belakangnya", jelas Pak Tua.

"itu akan menghancurkannya?", tanyaku senang karena itu sangat mudah.

"tidak itu hanya melemahkannya", lanjut Pak Tua.

"lalu bagaimana caranya?", tanyaku geram. "dengan menghancurkan batu cin-cin warna hitam, itu ada di kuburanku. Kemudian jerumuskan hantu itu ke dalamnya", kata Pak Tua.


Tanpa menunggu babibu lagi, aku langsung berlari menuju pintu keluar, menuruni tangga dan membuka pintu belakang. Ketika pintu belakang terbuka pertanyaan mulai merasuki kepalaku. Apakah kehancuran sihir ini akan menghilangkan Sang kakek, hantu kesayanganku? Apa aku tega melenyapkannya juga? Demi roh lelaki yang telah membiarkan aku dalam masalah besar sendirian? Sebodoh itukah aku? Apa yang harus aku lakukan? Tetes demi tetes air mata mulai berjatuhan di pipiku.

"a..apa yang harus aku lakukan kakek? A..aku takut...", kataku sambil menangis memegangi daun pintu belakang sangat erat.

"CHICI DIMANA KAU? A..AKU MENYUKAIMU.. A..AKU SAYANG DENGANMU BAGAIMANAPUN KEADAANMU SEKARANG", teriak Hiroku yang di akhiri dengan jeritan, mungkin Hiroku terkena pukulan. Aku hanya terdiam menatap kedepan dengan pikiran kosong.

"apa yang kau lakukan diam disitu dengan OTAK KOSONG HAH?", bentak Sang kakek dari atas tangga.

"apa berakhirnya semua ini akan melenyapkanmu? Aku tidak mau itu terjadi", kataku lantang sambil menengok ke atas tangga.


Kakek langsung terbang dengan cepat turun mendekat ke arahku, semua itu membuatku tersontak kaget.

"kalau bagitu kau yang kejam nak", kata kalek, ketika aku ingin bicara dia langsung memotong dengan berkata,

"jika aku pergi yang pasti aku harap itu adalah surga bukan neraka atau bumi ini", lanjutnya kemudian tersenyum.


Tubuhnya yang dingin memeluk tubuhku erat, tubuhku gemetar akan hawanya yang menyeramkan menyelimuti tubuhku. "sekarang pergi dan hancurkan batu itu!", tegasnya. Aku langsung berlari keluar lewat pintu belakang, ada tangga ke bawah di halaman belakang. Dari bawah memancarkan warna merahmenyala terang, hawanya yang kuat membuatku gentar. Akhirnya kuputuskan untuk masuk. Disana ada satu kuburan yang pasti di dalamnya ada mayat Sang kakek tercinta, di atas kuburan ada tiga batu yang menyala terang dan terbang memutar tepat di atas kuburan tersebut.


Di luar rumah makhluk bertubuh besar itu dapat merasakan ada kehadiran seorang manusia dekat batu yang dapat membuatnya bangkit bahkan hancur kembali. Dengan cepat makhluk itu berjalan menuju rumah, Hiroku yang tergeletak lemas memperhatikan tingkah si hantu besar itu aneh. "mau kemana dia? Hah tunggu Chici!", gumamnya dalam hati. Hiroku mencoba bangkit tapi sulit bahkan rasanya matanya ingin tertutup.


Terdengar suara pintu depan terbuka dengan kasarnya, aku diam mendengar apa yang terjadi di atas. "Chici tak ada waktu cepat hancurkan batu hitam aku akan bantu kamu agar hantu itu dapat masuk", kata kakek. Apa maksudnya masuk? Masuk kemana? Dan apa tidak apa kalau aku ambil batu itu dalam keadaan terbang seperti itu?

"lebih baik kau pergi dari sini sekarang, aku tau... bagaimana kalau ke neraka?", kata hantu raksasa itu tepat depan pintu ruang bawah tanah. "ya bagaimana kalau aku yang antar kau kesana?", bentakku sambil mengambil batu hitam itu, kemudian melemparnya ke sudut ruangan. Ada cahaya berwarna merah membuka seperti lubang.

"ah sekarang aku mengerti", kataku paham.


Hantu raksasa itu mulai mendekat ke arahku, sialnya aku hanya diam karena tak tau harus apa. Arwah kakek masuk ke ruangan dengan cepat mendorong tubuh raksasa itu menuju lubang, yang terlintas dan baru terfikir adalah tangan kakek dipegangnya. Ketika kaki besar itu sudah dekat lubang, dengan cepat kugoreskan kedua tangan hantu besar itu dengan belatiku. Akhirnya hantu besar itu masuk bersamaan dengan lubangnya yang tertutup dan menyisakan batu hitam. Sang kakek terdiam dengan perasaan yang lega bahkan hawa menyeramkan dari ruangan ini tak ada lagi. Tubuh arwah Sang kakek tak seseram dulu. Sekarang tubuhnya mirip seperti manusia pada dasarnya hanya tak napak lantai. Aku tersenyum lega sambil memeluk hantu Kakek tua ini dengan penuh rasa cinta seorang cucu terhadap kakeknya. "terimakasih... kakek", kataku pelan. Mendengar suaraku, Kakek langsung berdiri dengan cepat dan mengambil batu berwarna putih.


"a..apa yang ingin kau lakukan?", tanyaku.

Hay maaf ya aku baru post lagi... sekali lagi maaf.... banget.
Kemarin aku fokus UAS dan alhamdulillah sudah selesai...
Maaf jadi curhat hehe
Gimana nih ceritanya makin bagus atau garing nih comment nya dongg yang banyak...
Oh iya si Kakek mau apa ya dengan batu putih itu? Wah apa kakek sengaja nyuruh Chici buat bunuh hantu itu biar jadi yang terkuat dan membunuh Chici atau berniat baik pada Chici..? Hayo tebak...
Baca kelanjutannya kalian akan tau sendiri..
Makasih semuaaa yang sudah baca ^_^♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Love I Lost SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang