chapter 20

68 7 0
                                    

Matahari sudah mulai berganti malam, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Chici tak juga pulang, semua orang yang ada di rumah hanya dapat duduk dan berharap Chici cepat pulang. "kita tak bisa begini terus, waktu sudah malam dan tidak ada tanda-tanda kedatangan Chici? kalaupun dia mati pasti ada mayatnya dong!", bentak Chika yang mulai gelisah. "hm.. benar juga", gumam Hiroku dalam hati, yang masih berwujud kucing. Sakura hanya bisa menunduk menyesal, seharusnya ia pulang lebih awal atau mengingatkan sesuatu hal penting kepada Chici sebelum pergi. Sakura pergi meninggalkan Chika dan Nenek yang masih membicarakan masalah hilangnya Chici. Sakura menatap ke sekeliling kuburan, berharap bertemu dengan hantu teman-teman Chici, tapi Sakura berbeda dengan Chici dia tak mampu melihat makhluk halus itu. "percuma kau menyesal atau apalah itu, dia sudah hilang", kata Hiroku sambil berubah menjadi manusia. "kenapa kau bicara seperti itu hah? kemana kau kemarin? tega kau tinggalkan dia sen...", ucapan Sakura terhenti karena bentakkan Hiroku. "CUKUP, aku mohon berhenti. Ini semua kesalahanku kau puas! aku juga punya urusan, bukan hanya kau ataupun manusia lainnya. Kau tidak mengerti permasalahan yang aku alami. Chici akan aku temui itu pasti, jadi berhentilah menyalahkan dirimu sendiri atau orang lain mengerti!", kata Hiroku sambil berpaling dari hadapan Sakura. Tubuhnya mulai memudar dan menghilang. Awalnya terlihat menyeramkan tapi apa daya ya, itulah Hiroku yang asli.

Hiroku memandangi rumah si tuan, atau satu-satunya kuburan yang kuburannya di fasilitasi rumah disini.
"apa yang ingin kau lakukan?", kata seseorang dari belakangnya. Hiroku membalikkan badannya, rupanya itu Pony dan Kunti.

"apalagi, aku curiga dengan rumah ini? apa dari sini sumber kekuatannya?", tanya Hiroku sambil menghirup udara di sekeliling rumah tuan.

"ya, karena kekuatan besar orang pemilik rumah ini, setiap sebulan sekali kami menjadi monster", jawab kunti menjelaskan.

"kami? hah itu sih lo aja!", jawab Pony acuh. "tunggu apa? jadi kau tidak terpengaruh?", tanya Hiroku bingung.

"kekuatan itu berasal saat si tuan rumah mati. sedangkan aku sudah dikubur dari sebelum dia mati, lagi pula aku mati secara tidak wajar", jelas Pony. Hiroku memandanginya serius, seolah-olah sangat membutuhkan sebuah informasi.

"aku mati karena mandi di sungai dekat dengan sebuah gua. Saat itu aku tidak tau kalau di dalam gua itu ada orang yang sedang betapa, karena kebisingan ku dan teman-temanku, dia keluar dari gua dengan amarah yang membara. Teman-temanku berhasil lolos, aku tersandung akar pohon dan mati karena kutukannya. kutukan orang yang mengutukku saat itu lebih besar ilmunya dibandingkan si tuan rumah ini", lanjutnya.

"aku yakin Chici ada disini", gumam Hiroku.

"ya aku juga berfikiran begitu, karena sejak malam itu aku menunggunya keluar dari rumah itu. Namun dia tak keluar juga sampai Chika datang menghampiri rumah ini sendirian", jawab Pony yang rupanya membaca pikiran Hiroku dengan baik.

"kalau begitu kau tau kapan lampu rumah ini mati? karena ada yang mematikan lampu rumah ini. Nenek sangat yakin kemarin siang ia telah menyalakan seluruh lampu rumah ini, dan saat kami masuk lampunya sudah dimatika. apa itu Chici yang mematikan?", tanya Hiroku dengan nada yang semakin lemah.

"ya aku tau, tak lama sejak Chici masuk lampu rumah ini menjadi mati, hujan juga turun dengan derasnya di tambah dengan petir yang begitu mengerikan. Tapi aku tidak mendengar suara jeritan dari dalam rumah ini", jawab Pony.

"aku tidak mau tau pokoknya kau tidak boleh masuk, ini berbahaya!", perintah Kunti.

"haihh, kan aku ini hantu bukan manusia", jawab Hiroku jengkel.

Akhirnya Hiroku lebih memilih untuk kembali ke rumah, karena percuma kedua hantu itu tetap menghalangiku masuk. Tapi tekadku untuk masuk ke dalam rumah itu sudah bulat, aku akan masuk saat sudah sepi dan tetap berjaga-jaga agar tak ada satu hantupun yang melihat kepergianku. Waktu menunjukkan pukul 22:00 WIB. Semua orang sudah kembali ke kamarnya masing-masing, tapi mereka semua belum tidur. Hiroku mulai bergegas pergi dalam wujud kucing, hal positif dari warna bulunya yang hitam dan putih itu rupanya menguntungkan juga karena warnanya akan samar-samar dengan kondisi malam. "hah lampunya rumah itu nyala? padahal aku yakin tidak ada satu orangpun yang keluar rumah sejak pagi", gumam Hiroku (kucing). Hiroku mendekat sambil berubah wujud menjadi manusia. Pintu utama terbuka dengan mudahnya, Hiroku memandang sekeliling dengan perlahan walaupun itu semua memang percuma. Hiroku melangkah dengan perlahan, tak lama ada hawa yang begitu kuat di dalam sini. Rupanya ada yang memerhatikan Hiroku dari kejauhan, ada sekelebat-sekelebat bayangan namun tak jelas. Hiroku geram merasa dipermainkan. "SIAPA KAU? KELUAR DAN HADAPI AKU!", teriak Hiroku tapi tak ada respon. Hiroku kini benar-benar marah, dirinya seolah-olah dianggap remeh dan terlalu kecil untuk dihadapi. "CHICI DIMANA KAU? KELUARLAH KAU MONSTER, KEMBALIKAN CHICI...", teriak Hiroku sekali lagi, rupanya ada respon sekarang angin di dalam rumah ini lebih kencang dari pada di luar, benda-benda mulai bergetar, dan lampu berkedap-kedip, menurut Hiroku ini sudah biasa tapi yang membuat menakutkan adalah ada hawa yang menyeramkan disini, pasti kekuatan itu.

Pintu belakang rumah ini terbuka, ada sesosok makhluk berdiri tegak dengan gagahnya, kalau dilihat-lihat dia sudah tua. Rupanya tak menakutkan tapi hawa yang ia pancarkan sungguh hebat, sampai-sampai bulu kuduk Hiroku naik dan tanpa disadari kedua kakinya rupanya gemetar. "ahh, rupanya nama gadis itu Chici ya...", kata makluk itu sambil menatap Hiroku tajam. "kembalikan dia!", kata Hiroku pelan. "sayangnya dia itu, milikku", kata makhluk tua itu. Pintu dari kamar Tuan Rumah terbuka, kamar itu terletak di lantai dua paling dekat dengan tangga. "chici?", Hiroku tersentak kaget melihat Chici yang sudah dalam keadaan seperti hantu. kadua kakinya ada, tapi tak napak lantai, ia memakai baju dress putih selutut, pakaian itu seperti pakaian dari eropa kuno, rambutnya terurai menggelombang menggeliut-liut dengan bebasnya, dia memakai bondu warna putih yang cantik dihiasi dengan pita kecil disana. Namun bagian yang paling menyeramkan adalah tangannya menggenggam belati, warna belati itu hitam lekat kebiruan, memancarkan kekuatan yang cukup kuat untuk membasmi hantu. kenapa dia membawa belati itu? apa terakhir kali ia sedang memegang belati..

"chici? ka..kau baik-baik saja? tubuhmu...?", kata Hiroku tersentak kaget, itu artinya Chici sudah mati. "SIAL... beraninya kau membunuh Chici, kau juga harus mati tapi mati disini adalah mati yang takkan kembali lagi. Bersiaplah untuk ke neraka...!", ancam Hiroku. Hiroku mengambil ancang-ancang menyerang tubuhnya bercahaya putih kebiruan bersiap untuk melawan makhluk tua itu. Hiroku menyerang sambil berlari ke arah hantu tua yang ada di depannya, hantu itu tak melawan bahkan wajahnya begitu tenang.

BRUUKKK...

Chici turun dengan cara melayang gerakan tubuhnya begitu menakutkan, bajunya mengembang bebas, rambutnya seolah-olah semakin tebal, matanya berwarna hitam lekat sampai-sampai warna putihnya sudah hilang, urat-urat nadinya mulai terlihat berwarna hitam kebiruan. Apa benar ini Chiciku?

Hiroku terdorong dengan keras oleh Chici, tubuhnya terlempar lumayan jauh mengenai lemari hias. "Chici... ini aku Hiroku...!", jelas Hiroku sambil mencoba bangkit, walau punggung dan bahunya masih sangat sakit. "ah jadi lelaki ini orang yang selalu bersama denganmu dan hari ini meninggalkanmu sendirian di tempat berkumpulnya para monster ya..", kata hantu tua itu. Chici tidak menjawab, dia hanya melihat Hiroku dengan mata yang penuh dengan kebencian. "Jadi kau bersikap seperti ini karena kau marah padaku..? oke aku minta maaf, aku benar-benar menyesal telah meninggalkanmu... tapi aku pergi bukan untuk bersenang-senang sungguh", jelas Hiroku. Namun Chici tetap tidak menjawab, dia malah memegang belatinya lebih kuat. Saat Hiroku ingin berbicara lagi, "CUKUP, aku bilang cukup PERGI DARI SINI!", usir Chici. akhirnya Hiroku memilih untuk pergi, tapi ini semua belum berakhir.

ayo mana voted ma commentnya... jangan baca aja dundss yang ganteng yang baik tong hilapnya vommentnya makasih ^_^
maaf ya kalau ada typo atau cerita yang aneh maaf banget semoga kalian suka ya...

The Love I Lost SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang