7. Move On

241 40 3
                                    

"Dias tuh siapa? Pacarmu?"

Belum tuntas Banyu tertawa meledek, adiknya sudah mencak-mencak di seberang sambungan telepon. "BUKAN! Ih! Ngomong apa dia ke Mas Banyu?!"

Kuping Banyu panas kena semprot virtual. Tapi mana bisa Banyu mengelak, wireless earphone itu melekat erat di cuping telinganya. Meski begitu, Banyu tetap tergelak. Teringat bagaimana semalam Dias memodusinya dengan cium tangan, lalu reaksi Rinai yang begini, sepertinya ada latar belakang menarik di antara mereka.

"Cuma cium tangan terus minta restu jadi adik ipar," sahut Banyu sambil menurunkan kecepatan treadmill. Pagi ini ia hanya bisa lari pagi di atas treadmill di basecamp Arsiteja, tempat yang semalam menjadi venue after-party. Vendor dekorasi membereskan sisa pesta pagi ini. Banyu kebagian tugas menunggui mereka.

"Aneh banget tuh orang ...! Harusnya diterima dulu, baru minta restu ke keluarga!"

"Emang udah nembak? Kamu tolak?"

"Ya iyalah!"

Banyu tertawa lagi. Kali ini karena gemas sekaligus haru. Dalam benak Banyu, Rinai adalah adik bontot yang masih kecil. Sepertinya baru kemarin ia masih Banyu gendong-gendong kemana-mana, dipanggul di bahu untuk memetik jambu tetangga .... Sekarang Rinai sudah jadi gadis incaran lelaki. Siap dipinang, walau alotnya keterlaluan.

Ah .... Mendadak Banyu merasa sudah tua. Padahal usianya belum genap tiga puluh. Waktu cepat sekali berlalu.

"Emangnya kenapa?" tanya Banyu dengan nada meledek. "Dia lumayan, kok. Imut. Kayaknya juga pekerja keras."

"Umurmu berapa, sih, mas? Komentarmu kayak pakdhe-pakdhe."

"Kalau kamu atau Lanang nikah, ya aku jadi pakdhe anak-anakmu!" sembur Banyu.

"Ya tapi kan sekarang belum!" Rinai merajuk sebal. Telinganya suka ngilu kalau sudah dinasihati dengan nada terlalu serius oleh kakak sulungnya itu.

"Yaa kenapaaa kamu tolak diaaa ...? Jawab!" perintah Banyu.

"Orang aku nggak suka," keluh Rinai. "Aku kan sukanya sama orang lain ...."

"IH!" Banyu memekik antusias. Sepertinya baru kali ini Rinai mengakui kalau punya gebetan. "Siapa?!"

Rinai tak segera menjawab. Kontras dengan nada betenya tadi, kini gadis itu terdengar cengengesan. "Mas Banyu udah ketemu, kok .... Ehehehe."

"Anak Sandarsaka juga?" Banyu mengingat-ingat. Ada beberapa orang tim Sandarsaka yang ia temui semalam. Selain Dias, ada Tomi dan Saka yang turut membopong Sandar ke kamar. Selain itu, Banyu tak hafal namanya. Banyu tak sempat kenalan dengan tim yang sejak kemarin menghuni rumah kosong di sebelah rumahnya. Kehadiran Sandar sudah cukup menyita semua pikiran Banyu.

"Iya ...," jawab Rinai malu-malu. "Mas Saka. Ehehehe ...."

Banyu mau menjerit girang. Saka tak buruk. Bagus banget malah! Lelaki yang merupakan frontman Sandarsaka itu orang yang santun dan kelihatan bisa diandalkan. Ganteng, meski bagi Banyu tak seganteng dirinya, dan tentu saja propseknya bagus. Sandarsaka sedang jadi sorotan sekarang. Masa depannya jelas benderang.

Tapi sebagai fans Sandarsaka, Banyu jelas sudah mengetahui status leader Sandarsaka itu. Saka sudah punya pacar. Banyu bahkan tahu sejak masih pacaran dengan Sandar, pacar Saka adalah teman sekelas dari mantan Sandar waktu itu.

Sandar pernah cerita, awal perkenalannya dengan Saka juga karena salah paham. Sandar kira, Saka kencan diam-diam dengan mantannya. Padahal hanya memodusi mantan Sandar supaya jadi mak comblang baginya dan gadis incaran. Sampai sekarang, pacar Saka masih yang itu.

Biru Langit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang