Lelaki yang Kutemui Pagi Itu

14 2 0
                                    

Dengan susah payah aku membawa bertumpuk-tumpuk buku yang harus aku berikan pada pak Bara. Sekitar tiga puluh buku lebih dan aku harus membawanya sendiri. Bisa kau bayangkan betapa repotnya aku,bukan ? Jam di pergelangan tangan kiriku masih menunjukan jam sepuluh pagi.

Sial. Tak ada kah seorang pun yang bisa menolongku membawa buku-buku ini ?

Diantara kerepotanku, aku terusik dengan suara gaduh yang berasal dari halaman belakang sekolah yang baru saja aku lewati dan tertutupi oleh deretan kelas. Tertarik. Aku pun pergi untuk melihat siapa yang sedang berbuat onar di saat koridor begitu sepi.

"Tangkep tas gue !" suara berat seseorang panik. Aku menatapnya lekat. Okeh baiklah rupanya sedang ada seseorang yang mulai merasa bosan di sekolah dan memilih hengkang sebelum jam pelajaran berakhir.

Kutarik tali tas yang hendak ia lemparkan, sebelumnya aku meletakan buku-buku menyebalkan yang kubawa terlebih dahulu di lantai.

"Siapa lo? Lepas! berani banget lo?!"

"Lo mau bolos,ya ? coba gue liat name tag loe!" aku menantang tatapannya, aku tak takut. Sedikit pun. Bukannya aku sok jagoan, hanya saja aku tak suka jika ada seseorang yang membolos, itu sama saja dengan dia membohongi orang tuanya, mungkin dia tak tahu bagaimana susahnya orang tua hanya agar dia bersekolah. Tapi yang diharapkan malah begini kelakuannya.

"Fadil... Fadil.... Oke, gue inget. Dan loe tinggal tunggu surat panggilan buat orang tua wali aja,ya?"

Aku sengaja tersenyum mengejek padanya. Dia terdiam, aku saja heran melihat tingkahnya. Bergegas aku membereskan dan membawa buku-buku yang tadi sempat aku letakkan, dan dengan segera pula aku pergi meninggalkannya. Tapi baru beberapa langkah, kurasakan sebuah tangan mencekal pergelangan tangan kiriku erat, menimbulkan rasa sakit yang tiba-tiba menjalar seketika.

"Awas aja kalo loe berani laporin kejadian ini sama BK!"

Kutatap ia lekat, dari nada bicaranya jelas sekali jika dia sedang mengancamku.

Dia membalikkan tubuhku dan membuat ku kembali berhadapan dengannya, menggeser tanganku yang membawa tumpukan buku, dan dengan lebih tajam dia berkata "Devlin ! Devlin Natasha Feriawan. Ingat itu!" setelah melakukan itu dia pergi memanjat dinding belakang sekolah dan menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu pergi. Aku hanya mengangkatkan bahu. Tanda bahwa aku tak terlalu peduli pada ucapannya.

***

"Lo kemana aja, Dev ?" tanyanya ketika aku mengampirinya, yang membuat tatapan Sarah dan benny mengikuti ekor mata Satria. Aku hanya mengangkat bahu sama sekali tak menanngapi ucapannya.

"Kalian tahu engga cowok yang namanya Fadil?"

"Fadil ? jelas dong kita tahu. Emang kenapa sama Fadil ?" Dengan suara cemprengnya, Sarah begitu antusias menanyakan perihal Fadil.

"Tadi gue lihat dia bolos, terus gue laporin dia ke BK ."

Seketika itu juga mereka bertiga lantas menatap ku, tatapan yang tak bisa kuartikan. Dan detik berikutnya, dengan Heboh benny berkata "wah loe gila, dia tuh bahaya, banyak yang udah kena korbannya dia."

Benny masih menatapku instens dan kasihan kah ? aku sungguh tak tahu, karena aku tak pandai membaca mimik wajah seseorang. Namun wajah khawatir sangat jelas diperlihatkan oleh satria ketika menatapku.

"Emang Fadil itu siapa ? gue enggak kenal." 

Dengan tampang polos aku bertanya, dan mereka hanya mampu menggeleng pasrah kepadaku. Oke baiklah, tak perlu begitu. Dan kau! Tak perlu menganggap ku gadis paling cupu di sekolah.

Asal kalian tahu saja aku baru pindah ke sekolah ini selama 2 bulan lalu. Dan rasanya tak perlu lah aku menceritakan alasan kenapa aku pindah ke sekolah ini. Dan satu lagi, temanku di sekolah ini hanyalah Satria, Sarah, dan Benny. Sarah dan Benny merupakan teman satria, dan aku hanya ikut bergabung dengan mereka.

NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang