Trust Me | Jaeren X Noren

2.

Sepulang Jericho dari Bandung, bukan beristirahat, ia justru berniat ingin bertemu Rayi. Berkat informasi dari menguping pembicaraan Rayi dengan Miko, Jericho jadi tahu kemana malam ini mereka akan nongkrong.

Keluar dari kamar, Jericho masih mendapati sang adik di ruang tamu sendirian.

"Nggak keluar?" Tanya Jericho.

"Tumben nanya. Kenapa?"

"Ya nanya aja. Tumbenan keliatan dirumah jam segini," Jericho ikut duduk disamping Miko.

"Nggak jadi nongkrong,"
"Ada yang sakit,"

"Siapa?" Netra Jericho menjadi lebih fokus kepada Miko yang sedang memainkan handphonenya.

"Rayi,"

"Anak mana sih itu anak?"

"Bang,"

"Ha?"

"Kenal Rayi?" Pertanyaan Miko membuat Jericho kikuk.

"Haha kagak. Mana kenal gue sama temen-temen lo."

"Aneh lu." Ucap Miko seraya pergi meninggalkan abangnya.

Jericho yang awalnya sudah siap pergi nongkrong jadi pindah haluan ingin pergi jenguk Rayi. Ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Rayi.

Jericho dengan cepat melajukan mobilnya untuk menemui dambaan hatinya. Tak lupa ia mampir ke beberapa stan makanan di pinggir jalan. Memilih beberapa jajanan yang mungkin disukai Rayi. Setelah merasa cukup, ia melanjutkan perjalanannya.

...

Rumah Rayi nampak begitu asri dengan pekarangan yang penuh berbagai jenis bunga. Walau gelap, bunga-bunga itu nampak jelas terlihat karena lampu taman yang semakin membuat cantik taman. Ada satu motor terparkir di depan garasi yang Jericho yakini itu milik Jidan.

Jericho mengambil semua bawaannya lalu keluar dari mobilnya. Dengan perasaan yang siap, ia mengetuk pintu rumah Rayi.

"Permisi. Selamat malam."