9.

165 10 1
                                    

Pagi ini, Sessa bangun lebih awal karena menyadari dirumahnya ada tambahan manusia. Ia harus menyiapkan sarapan sehat hanya untuk Rayi. Tidak seperti biasanya.

Suara pisau yang menari diatas papan potong pun terdengar. Dengan segala sok taunya, Sessa ingin menghidangkan sarapan yang terbaik untuk sahabatnya.

"Pagiii..." Sapa Jidan.

"Hmm.. Pulang jam berapa lo?"

"Jam setengah satu malem keknya gue nyampe." Jidan menegak habis air yang sudah ia ambil. "Eum.. Gue mau protes! Kenapa Om Jovan tiba-tiba ada di kamar gue? Berakhir gue berbagi kamar lagi kan."

"Terus, gue gitu yang harus berbagi kasur? Atau Rayi?  Enggak kan?!"

"Kan dia bisa tidur di sofa!"

"Tega gitu lo?"

Jidan tak menjawab. Ia hanya duduk dan menghela nafas lelahnya.

"Kalau hari ini Om Yuko datang, lo siap sama jawaban dari semua pertanyaan dia kan?" Tanya Jidan serius.

"Oon! Ya lo dulu yang cerita. Semalem lo izinnya gimana? Biar gue bisa nyambungin," Jawab Sessa kesal.

"Oh.. Gue izinnya Rayi mabok semalem terus harus nginep dirumah ini dan gue bilang juga kalau Rayi nanti bakal izin tinggal disini selama kalian belajar bareng buat ujian. Kayaknya sih ya, nggak bisa langsung kalian ambil sembilan bulan. Kan ini perut Rayi juga belom keliatan, ya nanti kalau udah enam bulan, baru Rayi tinggal disini aja nggak sih?"

"Aku setuju sama pernyataan Jidan." Jovan tiba-tiba datang dan mengambil duduk disamping Jidan. "Karena kalau sembilan bulan full Rayi disini, ayahnya bakal curiga,"

"Ya kan, Om? Jadinya, kita harus rencanain ulang gimana caranya Rayi nggak ketahuan sampai Jericho tanggung jawab," Ucap Jidan.

"Ok. Ntar gue ngobrol sama Rayi. Makan nih. Terus berangkat kerja," Sessa langsung menyediakan sarapan untuk Jovan dan Jidan. Untuk mereka dua ini, Sessa membuat nasi goreng telur biasa ia masak untuk dirinya sendiri. Sedangkan untuk Rayi, Sessa menyiapkan sandwich yang mungkin Rayi suka dan segelas susu. Tak lupa juga buah-buahan yang sudah Sessa potong. "Gue keatas dulu,"

"Gue langsung berangkat ya Sa abis makan." Pamit Jidan.

"Om pake kamar kamu lagi ya. Om masih ngantuk." Jovan memang berniat bolos kerja hari ini. Tak peduli jika nanti seorang Jericho mencarinya. Ia hanya ingin beristirahat.

"Ok, Om." Jawab Jidan.

Siang ini, Sessa dan Rayi berkuliah seperti biasa. Sanggup tak sanggup, Rayi harus menjalani statusnya sebagai mahasiswa dengan benar. Keadaan memang tak baik. Namun, dia harus terlihat baik-baik saja.

"Saya harap, kalian mengerjakan tugas kali ini dengan baik. Ini tugas individu. Tidak boleh ada judul yang sama dan isi yang sama. Hanya tema saja yang sama. Ingat itu. Bapak akhiri kelas hari ini. Selamat siang dan terimakasih." Pak Edi mengakhiri kelasnya dengan memberikan tugas yang cukup rumit untuk seorang Sessa dan Rayi.

Sessa membereskan tasnya. Begitupun dengan Rayi.

"Lo ada kelas lagi?" Tanya Sessa.

"Enggak sih. Hari ini cuma ini aja terus gue mau pulang," Jawab Rayi.

"Ray, gue bakalan sering ke rumah lo. Lo nggak sendirian, oke?"

"Gue takut sebenernya. Gue takut banget kalau ayah sama kakak peka pas gue lagi mual atau nggak enak badan. Takut dipaksa ke dokter,"

"Jangan takut. Gue kan bilang tadi pagi. Gue, Mas Jovan, Jidan dan Miko bakal bantuin lo supaya hal ini nggak ketauan sebelum Mas Jericho mau tanggung jawab. Jangan lepas sama hp pokoknya. Cuma ini yang bisa buat kita terhubung tiap menitnya kalau kita nggak ketemu,"

Trust Me | Jaeren X NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang