bab 8

4.4K 66 2
                                    

Sembari menunggu Merry yang tengah berbelanja diminimarket, kunyalakan ponsel yang biasa kugunakan untuk bisnis sampinganku tersebut.

Sebuah pesanan dari seorang wanita muda yang beberapa bulan lalu sempat kulayani. Kuberikan janji untuk menemuinya malam nanti seusai menghadiri meeting hari ini.

"Sudah?" Tanyaku pada Merry yang dia jawab dengan anggukan. Mungkin bila aku tak bisa mengontrol diri bisa dipastikan gadis ini sudah kuterkam habis.

"Saya tidak tau kesukaan anda, jadi kubelikan asal saja."

"Tak masalah." Aku mengambil sebuah botol air mineral dalam kantong kresek. "Besok jangan Memakai baju seperti ini. Jangan biarkan laki-laki lain menikmati tubuhmu walau hanya secara kasat mata secara gratis." Merry sebenarnya anak sangat cekatan, dia sudah bekerja bersamaku cukup lama dan tidak pernah ada masalah selama ini.

"Anda terganggu dengan penampilan saya ini?" Kali ini aku kembali menoleh.

"Kamu berdandan untuk menarik perhatianku?" Dia menggigit bibirnya yang dipolesi lipstick warna nude. Sialan sekali, siapa yang akan tahan melihatnya. "Siapa yang tak tertarik denganmu, tapi fikirkan bagaimana kalau akhirnya setelah saya menikmatimu lalu mencapakanmu?"

Gadis itu menunduk, mungkin hari ini aku memang sangat keterlaluan dengannya. Lalu tanganku kuarahkan untuk menegelus kepalanya.

*
Seharusnya meeting kali ini sedikit telat karena sang klien yang belum juga datang. Berkali-kali ku tengok arloji mewah pemberian tante Lola.

Cukup lama sekali hingga seorang pria berbaju setelan kerja  menghampiri meja kami.

"Bapak Mario, maafkan keterlambatan bu Amanda. Beliau masih harus ke toilet dahulu. Akupun mengangguk sesopan mungkin. Padahal sangat menjenuhkan menunggu klien penting itu datang.

Aku pun mempersilakannya untuk duduk tapi dia menolak secara sopan pula dengan alasan menunggu bosnya.

"Maafkan saya mas Mario." Ucap wanita yang baru saja datang dibelakangku, segera mungkin aku berdiri dan berbalik arah menghadapnya.

"Tidak masalah bu Amanda." Berusaha seramah mungkin menyapanya. Menurut informasi usianya lebih dari 50 tahun tapi wajahnya masih sangat segar.

Akhirnya obrolan ini berlanjut membahas tentang bisnis. "Minggu depan yang datang ke Thailand mas Mario bukan?" Aku mengangguk, sebuah penawaran yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Kemudian pria disebelah bu Amanda menyodorkan sebuah formulir untuk mengisi pendaftaran, acara yang akan kukunjungi itu adalah sebuah acara fashion yang di salah satu foundernya adalah wanita dihadapanku kini.

"Hanya untuk dua orang." Aku melirik kearah Merry, mungkin siapa pendampingku nanti bisa kubahas lagi. Kuterima formulir tersebut untuk nantinya kuisi seraya memilih teman untuk diajak kesana.

"Nanti akan saya kirim setelah selesai mengisinya." Begitu ucapku yang dijawab dengan senyuman. Mereka akhirnya berpamitan untuk mengakhiri pertemuan kali ini.

"Merr, bisa pulang sendiri?" Aku bertanya, dia yang masih melanjutkan makannya seusai tamu pentingku itu pergi. "Akan aku pesankan taxi online." Merry hanya mengangguk paham. Lalu kukeluarkan beberapa lembaran uang warna merah.

"Buat apak pak?" Begitu tanyanya yang sangat polos. Matanya membelalak seolah tak percaya.

"Pakailah untuk beli makanan yang kamu mau. Dan untuk ke Thailand nanti aku aja Verry saja ya. Takut khilaf kalo berduaan sama kamu." Merry tertawa menanggapi ucapanku barusan.

"Sesekali khilaf tidak apa-apa" kupukul kepalanya menggunakan ujung sendok bekas makanku. Dia belum tau saja kekhilafanku ini bisa membuat kecanduan. Tapi boleh juga sih.

Setelahnya aku segera pergi menuju parkiran tapi sebelumnya aku harus menunggu Robbi dahulu, kita sudah membuat janji untuk bertemu disini.

Aku berganti tempat hingga Robbi tiba membawa kantong besar yang entah isinya.

"Hallo suamiku" seperti biasa dia akan mencium keningku, melupakan bagaimana persepsi orang-orang aku hanya akan tersenyum kala dia memperlakukanku begitu.

"Cantik banget anak gadis." Rambutya yang tak panjang itu dia mainkan layaknya seorang model iklan shampo. "Belanja mewah kayaknya ya." Aku sempat mengintip isi kantongnya.

"Titipan tante Wina untuk brondong tersayangnya. Hari ini kan dia berangkat keluar negeri. Katanya kalau kamu main kesana bolehlah ngabarin biar bisa celup-celup bentar." Robby memindahkan kantong itu disebelahku. Kebiasaan wanita genit itu selalu tak berubah.

"Oh ya, minggu depan aku ada tugas di Thailand, batalkan dulu semua bookingku sampai aku kembali kesini." Dia yang sempat menyedot minuman yang sudah kupesankan tadi langsung tersedak.

"Ke Thailand? Boleh ikut dong?" Dia menarik lenganku dan digoyangkannya merayuku.

"Janjiku hanya untuk berlibur didalam negeri saja. Itupun kalau kamu bisa mendapatkan info yang kubutuhkan." Dan seperti biasanya pula dia tersenyum begitu lebar.

"Gantilah kesana, kalau kamu kedinginan ntar bisa kuangetin." Aku masih lelaki normal dan Robbipun tau walau sedekali menggodaku dan hanya berakhir dengan senyum yang kutorehkan.

"Tergantung."
_________________________________________________

Maaf gaess sebagian cerita sengaja kuhapus disini ya. Kalian bisa membacanya secara full di karya karsa

Aku drop linknya di profil ya

Terpikat Istri OrangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang