chp 3 - Fall

147 14 0
                                    

Sore ini terasa dingin sekali. Layaknya musim gugur yang menandakan awal datangnya musim dingin. Gadis di depan Luffy hanya menunjukkan tampang murung dan suram sepanjang waktu.

"Kau kenapa Nami?" Tanya Luffy bingung. Ini adalah hari ketujuh dia menerima hukuman didikan.

"Gak kenapa-napa. Udahlah! Cepat bilang, yang mana yang masih gak kamu mengerti?" Tanya Nami dingin.

"Aaah, malaslah belajar. Aku pingin pergi ke kantin dengan gangku!" Ucap Luffy protes. Namun, protesnya itu tak nampak seperti asli.

"Yaudah. Pergilah sana!" Ucap Nami dingin.

"Kok kau gitu sih Nami. Kenapa kau gak memarahiku?" Tanya Luffy kecewa.

Dia ingin melakukan kenakalan, dan dimarahi oleh Nami seperti biasa. Itu cukup seru menurutnya. Namun sekarang, Nami hanya tak acuh kepadanya.

Tak beberapa lama kemudian. Telepon yang Nami letakkan di atas meja berdering. Terpampang nama kontak penelponnya, dan luffy juga melihatnya.

Nami pergi mengangkatnya dengan menjauh dari Luffy. Setelah dia kembali dari menelpon, wajah Nami terlihat makin murung.

"Luffy, hari ini sampai sini aja ya. Aku ada urusan, jadi aku pulang duluan. Dadah!" Ucap Nami yang langsung mengambil tasnya dan pergi.

"Memang ada yang tak beres." Ucap Luffy menarik topinya lebih dalam menutupi wajahnya, lalu beranjak pergi dari perpustakaan.

Dia berjalan ke arah lab fisika sekolah. Tempat ini juga bisa dibilang sebuah bengkel serba bisa. Kalian punya barang elekronik yang rusak, bawa kesini. Langsung bagus lagi.

Ini juga bisa dibilang wilayah kekuasaan geng mugiwara. Luffy, dan teman-tamannya menetapkan wilayah ini sekitar 3 bulan yang lalu.

"Ooh Luffy ada apa?" Tanya seorang pria.

Di dalam sana terdapat dua orang pria yang terus stand bye untuk hobi mereka.

"Ada urusan apa..."

"Arlong." Ucap Luffy singkat.

Kedua orang tadi jadi bingung.

"Cari informasi tentang Arlong!" Perintah Luffy tegas.

...

Sinar jingga lenyap dari ufuk barat sepenuhnya. Malam yang dingin ini disambut ramai oleh sebuah bar.

"Nona! Birnya satu lagi!" Pinta seorang pelanggan.

"Baik." Ucap seorang wanita berambut orange.

Nami bekerja paruh waktu di bar ini. Walaupun dia tak mendapat uang sepeser pun. Karena terpaksa harus melunasi utang ibu angkatnya yang sudah meninggal.

Loh, bukannya ilegal memperkerjakan anak di bawah umur di sebuah bar? Bos Nami sama sekali tak mempedulikan itu. Asalkan dia mendapat karyawan gratis, itu sudah cukup.

"Nami. Kamu kerjanya rajin kali ya." Ucap seorang pria berbadan besar berambut putih.

"Eeh, Hachi? Iyalah, aku kan harus lunasin utang." Jawab Nami sambil mengelap sebuah gelas.

"Tapi kan Nami. Daripada kerja disini, mending kamu cari kerja di tempat lain lalu kumpulin duitnya. Di sini kamu tak  akan kunjung..."

"Jangan menghasutnya Hachi." Ucap seorang pria berhidung panjang.

"Arlong-san!" Ucap Hachi kaget.

"Kalau Nami kerja di tempat lain. Bunganya bakal bertambah. Kerja di sini merupakan pilihan terbaik walaupun dia harus kerja sampai kuliahnya selesai. Hahahaha."

Naughty BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang