chp 10 - Rival

103 9 1
                                    

Pertarungan terjadi semakin ganas di area pernikahan. Hampir semua properti hancur lebur, dan hanya menyisakan keluarga Germa yang masih kebingungan melihat kejadian itu.

"ADA APA INI SANJI. APA YANG KAU LAKUKAN. DASAR ANAK KURANG AJAR!" Ucap Judge marah melihat tingkah anak yang telah di buangnya itu.

"Haaah? Apa maksudmu? Aku bahkan gak mengenal siapa kau." Ucap Sanji sambil menghembuskan nafas terakhirnya.

"KENAPA KAU BISA SEKURANG AJAR ITU?" Tanya Judge marah tanpa menyadari tindakannya sendiri.

'Kau sendiri yang meninggalkaannya, dan tak mendidiknya kan, Ayah! Hanya karena dia tak memiliki bakat sains.' Ucap Reiju dalam hati sambil memandang kesal ayahnya.

Sementara Zoro sedang berhadapan dengan Seksi keamanan OSIS, Daz Bones. Zoro tampak sedikit kesulitan menghadapi lawan dengan tubuh besar itu. "Kau cukup merepotkan ya? Huff huff." Uca[ Zoro sambil mengambil nafas berat.

"Kau itu Roronoa Zoro kan? Anak klub kendo. Tak kusangkan kau menggunakan ilmu Kendo itu untuk hal ini. Sungguh malang." Ucap Daz Bones menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Setiap orang memiliki keyakinannya sendiri. Seseorang akan lebih kuat di pertandingan sebenarnya." Ucap Zoro kesal sambil menggigit pedang kayu di mulutnya dengan keras.

"Lebih kuat? Aku rasa kau ingin mengalahkan Mihawk itu kan? Apa kau mau mengalahkannya di saat tawuran?"

"Tidak. Aku akan mewakili sekolah di pertandingan resmi dengan mengalahkannya."

"Tapi, kau menggunakan tiga pedang. Itu hanya digunakan oleh preman kan? Kendo hanya memperbolehkan menggunakan satu pedang. Hahahah." Ucap Daz Bones tertawa sambil menunjuk pedang Zoro.

Zoro sesaat setuju dengan apa yang dikatakannya. Dia membuang dua buah pedangnya, lalu menggenggam pedang utamanya, wedo Ichimonji yang terbuat dari kayu jati tingkat tinggi itu erat-erat. "Kau benar juga." 

'Tch, dasar bodoh. Aku berhasil memancingnya. Melawannya denagn satu pedang lebih baik dari tiga pedang.' ucap Daz Bones dalam hati sambil mengeluarkan balok besi dari belakang pakaiannya.

"Aku bisa melihatnya." Ucap Zoro sambil menutup matanya.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Daz Bones bingung. Dia sedang menutup mata, yang dia lihat pasti hanya kegelapan kan(?)

"Nafas." Ucapnya lagi sambil menarik nafas berat.

"Pohon itu bernafas, batu itu bernafas, bahkan balok besi yang kau pegang di belakangmu juga bernafas." Ucap Zoro sambil menunjuk-nunjuk benda yang diucapkannya denagn pedang.

"MEMANG KENAPA? MATILAH RORONOA!" Ucap Daz Bones sambil menyerang Zoro membabi buta.

Zoro mengambil ancang-ancang dengan mengantongi pedangnya, dan mengambil nafas dalam. Lalu dia langsung menarik pedangnay secara cepat, dan mengenai Daz Bones hingga berdarah.

"Bagaimana pedang kayu bisa memotong..."

"Segala benda akan memiliki momentum besar saat dia bergerak dengan kecepatan cahaya. Tadi itu merupakan teknik berpedang iai yang ingin sekali aku kuasai. Untung aku bisa menguasainya sekarang, teriam kasih padamu." Ucap Zoro yang beranjak pergi daari sana meninggalkan Daz Bones dengan luka.

"Haduh, Momentum? Kecepatan cahaya? Sebaiknya aku mesuk Ipa aja ya? aku gak mau sekelas sama si alis keriting itu." Ucap Zoro sambil mengambil minuman di prasmanan yang masih selamat dari kehancuran.

Sementara itu, Luffy dan Crocodille masih saling beradu dengan sengit. Anehnya adalah, Luffy masih tersus saja menyiram air ke kepala Crocodille.

"Dasar bocah. Kau pikir apa yang kau lakukan?" Ucap Crocodille yang mulai menggertakkan giginya pada Luffy.

Naughty BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang