14. Keindahan Cinta

91.4K 11.9K 785
                                    

"Dia adalah hidupku, seburuk apapun dia di matamu. Itu tidak akan bisa merubah apapun."

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Motor besar milik Gus Rahsya mulai memasuki pekarangan pesantren, pemandangan yang sangat langka bagi para santriwati. Melihat Gus Rahsya yang berpenampilan seperti anak muda kekinian, benar-benar jauh berbeda ketika ia sedang mengenakan baju Koko dan sarung.

Anak-anak Restava memarkirkan motor mereka, di pinggir lapangan yang begitu luas. Satu hal yang Gus Rahsya tangkap, sosok Hawa. Gadis itu berdiri di tengah lapangan, memegang Al-Qur'an. Tanpa sadar Gus Rahsya tersenyum, penampilan Hawa hari ini jauh lebih berbeda.

Gamis pink, di padukan Khimar yang senada. Sungguh, Hawa terlihat berkali-kali lipat sangat cantik. Melihat pemandangan istrinya yang begitu cantik, sukses membuat para sahabatnya merasa penasaran. Mereka semua mengikuti arah pandang Gus Rahsya.

"Sya, gue tebak pasti istri lo ada di barisan mereka." Perkataan Saga, membuat Gus Rahsya tersadar. Kecantikan Hawa, membuat imannya sedikit goyah.

Gus Rahsya melepas helm, lalu turun dari motor. "Hm, istri saya ada di jajaran sana." Ia hanya memberikan kode lewat mata.

Serentak mereka menatap kelima gadis yang sedang di jemur di tengah lapangan, mereka hanya kenal dengan Hawa. Abdillah menggeleng, jika istri Gus Rahsya adalah Hawa. Itu sangat tidak mungkin, walaupun tidak bisa di pungkiri Hawa memang cantik.

Tatapan Saga terkunci, kepada Azrina yang sedang fokus menghafal. Gadis ber Khimar abu muda itu terlihat sangat cantik, anggun. Sedang diam saja auranya sungguh terpancar.

"Pasti istri Rahsya yang pake hijab abu." Kali ini Saga yang menebak.

Gus Rahsya terkekeh ringan, pemandangan yang begitu langka bagi para santriwati. Sebentar lagi Adzan Dzuhur berkumandang, itulah sebabnya para santriwati berkeliaran. Untuk menuju masjid, melaksanakan shalat berjamaah.

"Kenapa kamu nebak dia?" Tanya Gus Rahsya.

"Soalnya cuman dia yang keliatan anggun, yang lain keliatan bobrok. Liat aja gak bisa diem, nah kalau Hawa yang hampir gue tabrak ya cakep sih...tapi gak mungkin kan kalau dia, sangat tidak cocok dengan seorang Rahsya." Timpal Abdillah, mata pemuda itu tetap menatap ke arah tengah lapangan.

Kedua sudut bibir Gus Rahsya makin tertarik. "Yang kamu sayangkan, dia lah istri saya. Al-hawa Maysara Jauharah, lebih tepatnya Hawa. Gadis itu adalah kekasih hati saya, hidup saya, cinta saya, dan juga perempuan yang paling berharga di dalam hidup saya."

"Hah?!" Semua sahabat Gus Rahsya terlihat syok, terkhusus Abdillah.

Saga menyentuh bahu Gus Rahsya. "Selamat ya bro, gue dukung." Katanya dengan begitu hangat.

Garis Takdir Untuk Hawa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang