00

8.1K 665 82
                                    


◤━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━◥

"Aku tidak mengerti..."


.


"Hei, aku terus melihatmu menatap ke arahku. Jujur saja, kawan, kau menyukaiku?"


.


"Cih. Apanya yang.. bertambah kuat."


.


"Aku malas. Biarkan aku beristirahat!"


.


"Kenapa aku? Memang apa yang mereka cari dari bocah sepertiku?"


.


"Jadi aku belum makan selama 4 hari?!"


.


"Lagi-lagi aku. Semuanya karena aku."


.


"Woahahaha! Kamu lihat itu? Tidak salah lagi, aku ini memang hebat!"


.


"Beban sepertiku memangnya dibutuhkan?"


.


"Apa wajahku kelihatan tertekan, teman?"


.


"Apa keberadaanku hanya mempersulit orang-orang?"


.


"Tujuan? Apa tujuanku?"


━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


"Oeeeek.. oeeeek..."

Suara tangisan bayi menggema hingga ke seluruh penjuru ruangan yang sebelumnya diselimuti keheningan.

Tepat pukul empat pagi, seorang bayi perempuan dengan surai secerah permata telah lahir ke dunia. Kedua orang tua bayi itu menangis haru, terutama sang ibu yang kini tengah mendekap putri pertamanya.

"Selamat ya, Bu, Pak. Anaknya manis, dan mirip sekali dengan ibunya, ya," ucap sang dokter yang membantu proses persalinan.

"Terimakasih, Dok."

"Iya ih, tidak adil. Masa wajahnya mirip sekali denganmu. Bagaimana denganku?" Sang suami yang baru saja menjadi ayah itu cemberut.

Istrinya terkekeh. "Mungkin sifatnya saat besar nanti akan mirip denganmu, dan kalau bisa, secerdas dirimu."

"Kalau sifatnya sepertiku, berarti sengklek dong?"

"Waduh, jangan sampai deh, amit-amit. Apalagi jika kepedean."

Mereka berdua pun tertawa sesudah percakapan singkat barusan.

𝐓𝐈𝐌𝐄  ||  𝐁𝐍𝐇𝐀 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang