48

1.5K 192 69
                                    

Sebenernya chapter ini udah siap dari semalem, tapi Sunny malah ketiduran, hehe.

◤━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━◥


"Maaf nggak bisa bantu lagi. Andai kelasnya cuma satu mata pelajaran, aku mungkin bisa pulang cepat."

Raut menyesal yang dibuat-buat melekat pada wajah (Name) bersamaan dengan tangannya yang memegang bahu sang sobat. Kali ini (Name) sungguh tidak bisa kabur dari kelas tambahan, sebab Aizawa takkan memberi ampun untuk kedua kalinya.

"Huhu, gapapa kok, (Name)! Kami ngerti kalau kamu memang bagusnya belajar di kelas neraka itu saja daripada ikut rapat dengan kami. Opinimu juga nggak dibutuhkan, kok."

Kata-kata yang sedikit kejam. Namun, begitulah pertemanan mereka.

Ashido membiarkan (Name) diseret oleh Midoriya. Memasang muka sedih, tapi tertawa dalam hati. Ekspresi (Name) sama persis dengan dirinya kala dipaksa mengikuti kelas tambahan sewaktu yang lain melakukan uji nyali di Kamp Pelatihan.

"Tunggu aku ya, minna! Aku akan kembali lima jam lagi! Byee!"

"Bye. Kalau bisa jangan kembali~!"

Bakugo memutar bola matanya malas menyaksikan (Name) yang masih berdadah-dadah ria pada Ashido dan Jiro di depannya. Apa para gadis memang seperti itu? Nanti juga bertemu lagi, tidak perlu berpisah dengan lebay seolah akan merantau ke negeri tetangga.

Saat sosok Tadashi tiba-tiba melintas, (Name) pun melambaikan tangan padanya juga. "Oi, teman baru! Bye-bye!"

Pemuda berambut merah muda itu mendengar jelas panggilan (Name), tapi tak memberikan respons apa-apa selain lanjut berjalan dengan wajah tanpa ekspresinya. Interaksi tak terduga tersebut sontak saja membuat benak Ashido dan Jiro dipenuhi tanda tanya.

"(Name) sekarang punya teman baru, ya. Ganteng plus dingin pula!" lontar Ashido sedikit syok.

"Tidak heran, sih. (Name) friendly ke semua orang, walau kesan pertamanya mungkin agak canggung. Kalian berdua kan mirip, sama-sama sok akrab ke orang baru sampai jadi akrab beneran." Jiro terkekeh sarkas saat menekan kata 'sok akrab' pada Ashido.

"Itu harus! Dalam pertemanan, khususnya dengan orang pendiam, harus ada yang memulai duluan dalam rangka pendekatan. Nah, aku biasanya lebih sering mulai duluan. Kalau (Name) kayaknya tergantung sikon dan lawan bicaranya, deh."

Kedua gadis itu bersama Kaminari, Bakugo, dan Shoji–yang nyasar di circle Bakusquad–melanjutkan perjalanan meninggalkan gedung utama UA untuk pulang ke asrama.

"Beberapa hari lalu aku juga lihat (Name) ngobrol bareng cewek jamur di Kelas B. Siapa namanya? Komori Kinoko?" kata Kaminari, ikut masuk ke dalam percakapan.

"Oh, enggak. Mereka nggak dekat," bantah Ashido. "Setahuku mereka cuma pernah tukaran resep waktu di Kamp Pelatihan. Kemungkinan besar mereka cuma ngobrolin soal makanan."

Selagi temannya asyik mengobrol, Bakugo hanya mendengarkan tanpa minat. Sesekali menendang batu kerikil di tengah jalan saat Kaminari mulai mengganti topik menjadi membahas lagu yang akan mereka pakai di konser nanti. Banyak yang harus mereka tentukan. Iida memutuskan untuk mengadakan rapat lagi pada malam harinya.

𝐓𝐈𝐌𝐄  ||  𝐁𝐍𝐇𝐀 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang