11. Burung Om Evan

7.7K 162 0
                                    


"OM EVAN"

Ana membelalakkan matanya melihat Evan yang sudah berdiri tegap di hadapannya. Bagaimana bisa dia tidak menyadari kedatangan Evan? Apa Evan mendengar gumamannya barusan ? Pikiran-pikiran itu seketika memenuhi otak Ana membuatnya mulas dan mual. Jangan sampai Evan mendengarnya.

"Iya saya emang kenapa ?" Evan mengernyitkan dahinya melihat tingkah Ana yang menurutnya aneh itu. Saat dirinya baru saja sampai ia melihat Ana yang sedang menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Kenapa kau terlihat terkejut sekali melihat kedatangan ku, apa kau sedang menunggu orang lain ?" Tanyanya pada Ana dengan sorot mata penuh intimidasi. Melihat keterkejutan di wajah Ana saat dirinya datang membuatnya berpikir jika Ana sedang menunggu orang lain. dan tiba-tiba saja hatinya memanas saat otaknya mulai menduga kalau yang telah ditunggu Ana adalah seorang pria. Jika itu benar maka ia tidak akan membiarkannya. Ana hanya miliknya.

"Ti.. tidak Om... Aku tid... tidak sedang menunggu o... orang lain ko" jawaban Ana yang terbata-bata dan tidak menatapnya membuatnya semakin berpikir bahwa apa yang di duganya itu benar. Evan mengetatkan rahangnya dan menggeram pelan, matanya semakin tajam menatap Ana membuat Ana semakin menciut.

"Lalu kenapa terkejut" nada dingin Evan membuat tubuh Ana terasa menggigil.

"Tidak ko, ayok Om aku sudah lapar" tak ingin membuat jantungnya semakin melemah, Ana berlari memasuki mobil Evan yang sudah bertengger di depan gerbang sekolahnya meninggalkan Evan yang masih berdiri dengan Geraman yang tertahan.

"Om di depan ada restauran, berhenti dulu yah ... Aku laper banget soalnya" Ana menunjuk sebuah restauran yang akan di lewatinya. Saat ini mereka sudah berada di dalam perjalanan.

Tanpa menghiraukan permintaan Ana, Evan tetap menjalankannya mobilnya tidak menuruti keinginan Ana yang memintanya untuk singgah ke sebuah restauran.

"Loh ko enggak berhenti sih Om, Aku lapar..."  Ana menatap kesal Evan yang tidak mengindahkan keinginannya.

"Makan di rumah saja, di situ banyak cowok, Panas." Ana membulatkan mulutnya mendengar alasan Evan menolak permintaannya. Hanya karena di restauran itu banyak lelaki ? Sungguh benar-benar alasan yang tidak masuk akal.

Evan sekuat tenaga menahan bibirnya untuk tidak tertarik membentuk senyuman walau hanya segaris tipis. Dia tetap mempertahankan wajah datar dan tatapan dinginnya. Sebenarnya Evan sangat senang saat tadi Ana merengek kepadanya. Dia sangat merindukan rengekan itu karena semenjak merekea menikah Ana tak pernah lagi bersikap manja padanya. yang ada justru Ana yang selalu sungkan pada dirinya membuatnya benar-benar merasa kehilangan sosok Ana yang dulu.

***

Evan melongo melihat cara makan Ana yang tidak seperti biasanya. Kali ini Ana makan seperti orang yang sudah tidak makan berhari-hari bahkan cenderung terlihat seperti orang yang sedang kesurupan.

uhuk uhuk

Evan terkejut melihat Ana terbatuk-batuk. Tangannya dengan segera mengambil air dan menyodorkannya pada Ana.

"Kau tidak apa-apa ? Makanya pelan-pelan saja. Tidak akan ada yang mencuri makanan mu" Ana menatap tajam Evan yang dengan santainya mengatakan itu. Tidak tahukah dia kalau semua ini terjadi karena dirinya yang tidak mau singgah di restauran.

"Ini semua karena Om dan alasan tak masuk akal mu itu" desis Ana. Dia masih sangat kesal pada Evan . Dia masih tak terima dengan alasan yang di berikan Evan.

"Maaf sudah membuatmu kelaparan. Tapi di sana banyak laki-laki. Aku tidak ingin mereka melihatmu seolah kau adalah makanan lezat bagi mereka. Aku sangat tidak menyukainya" ucap Evan sambil menggenggam tangannya dan menatapnya dengan lembut membuat Ana terpaku dengan sikap Evan yang masih terasa asing baginya.

My Old Husband RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang