sembilan belas

1.5K 205 30
                                    

















Jimin menatap tidak berminat minuman dingin yang di berikan oleh dokter Suho. Keduanya sedang berada di kantin rumah sakit saat ini, lima belas menit yang lalu Jimin mendatangi Suho untuk mengkonfirmasi tentang kondisi Taehyung. Mendengar langsung dari sang dokter dan memeriksa sendiri data kesehatan adiknya membuat Jimin tidak bisa berkata apa-apa.



Adiknya Taehyung, mendirita dan tidak ada satupun anggota keluarga yang mendampinginya untuk menguatkan anak itu. Dari berkas yang diberikan dokter Suho, Jimin mengetahui bahwa saraf motorik adiknya bermasalah, hal ini disebabkan oleh benturan keras pada punggung yang Taehyung alami saat kecil.




Awalnya Taehyung hanya menderita cidera punggung, namun karena penanganan yang lambat, cideranya merambat hingga merusak saraf tulang belakangnya secara perlahan. Dokter Suho juga mengatakan kondisi ini terjadi karena seringnya Taehyung mengalami kekerasan semasa kecil. Dokter Suho juga mengatakan walaupun Taehyung terlihat baik-baik saja selama ini, tapi anak itu bisa saja tiba-tiba tidak bisa menggerakkan tangannya, ataupun



Jimin dibuat semakin kacau saat dokter Suho mengatakan bahwa Taehyung adiknya saat ini hanya memiliki satu ginjal yang berfungsi dengan baik. Ginjal yang satunya sudah tertanam di tubuh adik bungsunya sejak Jungkook berusia kurang dari enam tahun.




Sekarang Jimin paham kenapa Taehyung tidak bisa mendonorkan ginjalnya pada Jungkook. Namun yang tak terbayangkan oleh Jimin adalah bagaimana perasaan Taehyung setelah mendapatkan perilaku tidak adil selama ini. Bagaimana cara adiknya menghadapi semua ini??



"Ada hal lain juga yang perlu kau tau sebagai keluarga dari Taehyung, Jim"


"Apa?"




"Taehyung juga menderita kanker otak"



Deg.



Apalagi ini? Apakah dunia sedang mempermainkannya sekarang. Jimin meremas kaleng minumnya dengan mata yang bergetar.



"Jimin, jangan terlalu berlarut dalam kesedihan. Taehyung memerlukan kita semua untuk kuat" ucap Dokter Suho.

Jimin hanya menoleh namun ia memilih bungkam.

"Taehyung anak yang kuat" kata dokter Suho. Setelah itu sang dokter pamit pergi karena panggilan tugas. Dan Jimin masih tetap dalam lamunan dan rasa bersalahnya.





Sementara di sisi lain. Taehyung sudah duduk di ranjang ruang rawatnya dengan Yoongi yang menemani, sementara Baekhyun harus pulang terlebih dahulu untuk berganti pakaian. Taehyung meremat selimut rumah sakit dengan gusar, dan Yoongi yang peka memahami kalau Taehyung sedang cemas bertanya.




"Apa yang sedang kau cemaskan??"


"Kak Jimin marah" ucap Taehyung dengan kepala menunduk.



"Jimin tidak marah dia hanya tidak tahu apapun, dia akan paham bila kau menjelaskannya"



"Tapi aku tidak mau kak Jimin tahu.. ka..kalau aku penyakitan dan beban" kata Taehyung.




"Tae.. kau tau kan kau itu bukan-"




"Tapi aku sakit Kak, aku sekarat, dan bahkan sekarang aku tidak bisa berjalan lagi hiks..."




"Apa?"






"Kakiku tidak bisa digerakkan sejak semalam. Aku pikir akan baik-baik saja sekarang tapi tidak ada perubahan. Itu artinya aku lumpuh dan menyusahkan kak.. hikss.. hikss..."









Anak tengah









Pagi itu untuk pertama Kalinga Taehyung mengunjungi Jungkook. Adiknya itu sudah sedikit membaik, setidaknya cukup baik untuk bisa terkikik saat menonton kartun melalui ponselnya. Tapi bagi Taehyung wajah pucat adiknya cukup membuat Taehyung cemas dan sedih, sebagai seorang kakak Taehyung ingin adiknya sembuh.

Dengan langkah pelan yang diseret Taehyung mendekati Jungkook yang duduk diatas ranjang.

Ketika Jungkook menangkap keberadaan Taehyung di dekat pintu. Raut wajahnya seketika berubah, raut wajah yang mengatakan bahwa Jungkook adiknya itu membenci nya.

"Kookie..."


"Kenapa kesini?  Senang melihatku sekarat?"


"Kenapa bicara begitu?"


"Kau sendiri tidak mau menjadi pendonor untukku, bukankah itu artinya kau senang melihatku sekarat!"


"Tidak. Itu tidak benar!"



"Kalau begitu buktikan! Jadilah pendonorku Maka aku akan percaya" Jungkook menatap Taehyung penuh tantangan, sementara sang kakak hanya berdiri di depan ranjang pesakitan jungkook, ia tidak berani mendekat. Matanya terasa berair setiap kali adik kesayangannya mengucapkan kalimat yang menusuk.



"Jika aku melakukannya, apakah kookie akan memaafkan kakak? Apakah Kookie akan percaya pada kakak?"


"Tentu saja" jawab Jungkook tegas.




"Apa menurutmu Ibu juga akan menyayangi kakak?"






Jungkook terdiam beberapa saat sebelum menjawab.



"Tentu saja. Kau menyelamatkan anak kesayangannya Tentu kau akan jadi anak kesayangannya juga" jawab Jungkook.



Kali ini Taehyung berbinar mendengar jawaban Jungkook. Senyumnya terbit begitu cerah.


"Baiklah. Kalau begitu kakak akan bicara dengan dokternya dulu!"


Jungkook tidak sempat menjawab sebelum Taehyung menghilang dibalik pintu. Jungkook tidak paham apa yang akan kakak keduanya itu lakukan.

Tapi entah kenapa Jungkook merasakan virasat buruk setelah Taehyung pergi dari kamarnya. Apa lagi ketika Jimin muncul dengan mata bengkak dan merah seperti habis menangis.


"Kak Jimin Kenapa?"



"Tidak apa-apa, apa kau sudah minum obat?" Jungkook mengangguk sebagai jawaban.



"Kalau begitu beristirahat lah"






Jungkook memutuskan untuk tidur, berharap dengan tidur kecemasan yang ia rasakan dapat menghilang. Namun ketika ia membuka mata kembali di sore hari. Ia mendengar suara ribut di luar ruangannya. Samar-samar Jungkook menangkap suara Ayahnya dan juga seseorang yang Jungkook yakini bernama Yoongi.




"Tidak ada Taehyung disini!" Itu suara ayahnya



"Lalu dimana dia sekarang?" Orang yang bernama Yoongi ini balik membentak ayahnya. Jungkook sama sekali tidak melihat apa yang terjadi, tapi suara teriakan mereka cukup keras untuk Jungkook dengar dari ruang rawatnya.


"Bukankah kau bilang akan menjaganya!"



'Jadi Taehyung hilang setelah dia bilang akan menjadi pendonor' pikir Jungkook.


















TBC







Sorry ya lama

Anak TengahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang