ii. when it's 00.30

1K 251 81
                                    

Bisa dibilang Haeden melakukan hal bodoh sekarang, ia percaya dengan surat yang entah asalnya dari mana. "Gue bego gak sih? Ngapain nurut? Tapi kalo beneran dia butuh bantuan gue gimana? Tapi yakali dia muncul di cermin kek setan?" Berbagai pertanyaan yang tidak akan pernah ada jawabannya ia lontarkan, tapi inisial H di surat itu pasti tau jawabannya.

00.28

Ya, kurang dua menit lagi dan Haeden masih belum memutuskan untuk melakukan hal tidak masuk akal itu atau memilih tidur. Dan pada detik-detik terakhir pemuda itu memutuskan untuk melakukannya, "Coba aja deh, kalo gak ada apa-apa yaudah." Ucapnya final.

Ia pun duduk di tepi kasurnya, menghadap cermin kemudian perlahan memejamkan matanya. Sunyi, ini saatnya ia fokus supaya hanya suara detik jam yang dapat ia dengar, dan memusatkan pikirannya dengan berkata 'Avernus' di dalam hati.

2 detik... 3 detik... dan 5 detik kemudian

Bola mata Haeden bergerak gelisah, dibalik kelopak matanya sangat terlihat bola mata pemuda itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Nafasnya mendadak menjadi cepat, seakan udara disana sudah habis ia konsumsi sendiri.

Disela kegiatan itu cahaya muncul dari kaca kamar miliknya, dan cermin tersebut perlahan mulai retak sedikit demi sedikit. Cahaya putih bercampur biru safir memenuhi ruangan tersebut dan tepat setelah Haeden membuka matanya, cahaya tersebut mulai redup. Yang awalnya pemuda berambut hitam itu hanya membuka mata sedikit kini terbelalak, panik karena melihat kaca nya retak. Rusak sama dengan membeli lagi, Haeden harus hemat.

"Yah! Kok pecah? Yakali gue beli lagi!?" Marahnya, juga bingung kenapa disela-sela retakan itu ada cahaya putih tapi tidak menyilaukan. Ia pun perlahan mendekati cermin yang tak lebih dari 2 meter itu, ia ingin sekali menyentuhnya. Haeden dengan hati-hati mendekatkan jarinya pada kaca itu dan

"ANJIR!!" Haeden berteriak.

"WAA!!" Seseorang dari dalam cermin keluar dan ikut berteriak karena kaget.

"HAH?" Haeden lagi yang takut.

"HAEDEN?" Orang satunya yang ikut takut.

"LO APAAN? SETAN? ALIEN? KOK TAU NAMA GUE?" Pertanyaan beruntun dilontarkan oleh Haeden saking paniknya.

"KENAPA LO MIRIP GUEEE!? Please kalo lo alien jangan culik gueee, gue belum skripsian!!" Benar-benar panik bukan main, bayangkan saja ada seseorang yang keluar dari cermin dengan wajah, postur yang mirip dengannya. Hanya saja rambut orang ini berwarna merah muda.

"Haeden tenang duluuu, ini aku yang ngirim surat ke kamu," Bukan hanya Haeden disini yang panik, tapi sosok itu juga, bingung kenapa Haeden bisa histeris seperti itu.

"Jadi lo apa? setan?" Jujur saja posisi Haeden sekarang agak memalukan, padahal citranya di kampus terkenal ramah, tampan, tidak banyak omong, berwibawa dan tentu saja tidak seperti ini.

Teriakannya seperti menggunakan nada ke-delapan, dan ia memeluk guling. Sangat jauh berbeda dengan citra dinginnya.

"Bukan Haedennn, kamu tenang dulu, mau aku ambilkan minum? Aku ambilin dulu deh ya, kamu diem!" Perintahnya, Haeden mengerjap-ngerjapkan matanya.

Ini mimpi kah?

Tak lama orang tadi kembali ke kamar Haeden membawa segelas air putih, dan memberikannya kepada tuan rumah, agak aneh ya sepertinya. Dimana-mana kalau tamu pasti dijamu sama tuan rumah, ini kenapa terbalik...

Tapi tanpa basa-basi Haeden meneguk segelas air putih itu dengan cepat. Setelah selesai ia meletakkan gelas tersebut di nakas, dan kemudian menghela nafas panjang.

Orang tadi yang sangat amat mirip dengan Haeden tidak berani mendekat, takut Haeden histeris lagi.

"Bukan mimpi kan ini..." Gumam Haeden.

Paradox || EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang