00.25
Ketiga pemuda itu kini sudah ada di dalam kamar Haeden, sang tuan rumah ada di lantai, sedangkan dua orang lainnya ada di atas kasur. Mereka menghadap ke cermin dengan lekat, ralat, kecuali Damian yang sepertinya kurang percaya.
"Nanti jam 00.29 tutup mata kalian dan fokusin, usahain fokus ke suara jam dan bilang dalem pikiran kalian yaitu kata Avernus. Paham?" Jelas Haeden sekali lagi.
"Boleh buka mata nya kapan?" Tanya Keenan. "Kalo kalian udah ngerasa ada cahaya biru di cermin, itu tandanya doi udah dateng," Balasan Haeden pun diangguki oleh Keenan.
Entah mengapa Damian merasa ini konyol, mempercayai dua orang yang sepertinya agak gila. Haeden yang terkenal gak banyak tingkah ditambah Keenan yang terkenal ambisius dari lahir.
Tentang Keenan, itu bener kok.
"30 detik, siap-siap tutup mata." Peringat Haeden, ia menegakkan badannya dan kemudian menghela nafas sedikit untuk merilekskan diri. "Sekarang." Ucap Haeden ketika waktu sudah dirasa tepat.
Ketiganya tanpa banyak basa-basi langsung menutup mata, tak ada suara, hanya suara detik jam yang bergerak secara berkala. Mereka kini hanya fokus pada itu dan pikiran, untuk mencapai tujuan bertemu Hansel.
Seperti kejadian Haeden kemarin, mata mereka bergerak gelisah, ke kiri dan ke kanan. Penasaran mengapa mereka seperti itu? Karena yang mereka lihat di dalam sana bukanlah gelap, tapi perjalanan waktu yang terlihat membentang dan bercabang.
Mereka seakan diajak terjun dari luar angkasa ke permukaan bumi, tapi dengan kecepatan yang lebih tinggi, melebihi orang yang pertama kali melakukan terjun bebas tanpa parasut dengan kecepatan 193 km/jam.
Yah, kalimat hiperbola tersebut bahkan sepertinya tidak bisa menguraikan apa yang mereka rasakan saat itu juga. Lalu, kini apa yang terjadi pada mereka?
30 detik mereka mengalami hal itu, hingga akhirnya merasakan ada cahaya yang sepertinya muncul di depan ketiga pemuda tersebur.
Kalau boleh jujur, Damian takut. "Please, please, please, gue gak mau mati dulu, gue belum punya pacar, please gue gak mau mati." Ya kira-kira seperti itu perkataan Damian, sempat membuat Keenan disebelahnya tidak bisa fokus.
Tanpa menunggu perintah Haeden, Keenan langsung membuka matanya lebar, bukan perlahan layaknya seseorang lakukan bila merasa dirinya dalam bahaya. Ia sudah penasaran apa yang terjadi.
Keenan melihat, ia melihat kaca milik Haeden retak perlahan dan menghasilkan cahaya putih bercampur biru, bukannya silau, tapi malah kagum karena cantik.
"Woah..." Seperti anak kecil yang diberi sebuah lolipop besar, itulah ekspresi Keenan sekarang, seakan mendapatkan jackpot.
Mendengar Keenan yang sudah berseru, Damian dan Haeden pun membuka matanya, Lelaki berambut biru tua yang tadinya takut itu kini ikut takjub. Dan Haeden yang sebelumnya sudah melihat masih saja merasa kagum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradox || Enhypen
Science Fiction𝘮𝘶𝘭𝘵𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. - .... . -- 𝗘𝗻𝗵𝘆𝗽𝗲𝗻.