ix. coffee shop

501 118 1
                                    

Haeden sekarang lagi menikmati hidupnya, bikin minuman sendiri dan menyeruputnya sesekali sembari melihat jalanan yang ramai. Tapi coffee shop tempat ia bekerja sedang sepi, ini kesempatan bagi dirinya untuk bersantai sejenak.

"Hmmm... Baru tau bikinan gue seenak ini," Puji Haeden pada diri sendiri, alay sih. "Semoga sepi nya agak lamaan, biar gue bisa santai dikit." Gumam laki-laki berambut hitam itu. Kesempatan yang tidak boleh disia-siakan, ia kini menumpangkan tangannya di pantry.

"Den, bantuin dapur kek," Ujar salah satu teman kerjanya yang sepertinya lelah cuci piring. "Ogah, kerjaan lo itu, mau makan gaji buta hah?" Sarkas Haeden tapi ia menambahkan sedikit kekehan di akhir, kawannya tadi langsung melengos dan kembali pada posisinya.

"Tapi tumben deh ya Den, biasanya ni tempat gak pernah tuh sepi," Kata teman nya yang lain lagi, untuk kali ini Haeden setuju dengan pernyataan tersebut. "Iya, gak ketinggalan berita kan kita?" Tanya Haeden.

"Gatau ya, gue aja belum liat berita hari ini, lo?" Tanya balik Brian, nama pegawai itu. "Belum, nyalain gih tv-nya," Perintah Haeden, dengan segera Brian mengambil remote televisi yang letaknya tak jauh dari sana, kemudian menekan tombol merah.

'Terjadi insiden penembakan di salah satu apartemen mewah XXX, setidaknya ada 24 korban tewas ditempat. Sejauh ini pihak kepolisian belum dapat mengidentifikasi identitas para korban, dan sang pemilik unit di tetapkan sebagai tersangka. Sebelum menutup acara ini bagi yang melihat pemuda dengan ciri-ciri seperti foto disamping harap menghubungi kepolisian, dan siapapun yang mengenal seseorang bernama Keenan Cruz diharapkan juga segera melapor. Demikian berita sela hari ini, selamat beraktivitas kembali."

Prang!

"WOY DEN!? LO GAPAPA?!" Teriak Brian sontak ketika gelas yang ada di tangan Haeden terjatuh, dan berujung pecah. Dapat ia lihat kondisi Haeden yang mendadak membeku, bibirnya seakan ingin mengatakan sesuatu tapi terasa kelu. "K-Keenan..." Lirihnya.

Brian dan seluruh orang disana panik karena tak dapat menyadarkan Haeden dari lamunan nya, pemuda itu pun mengguncang-guncangkan badan Haeden, "HAEDEN! HAEDENNNN!! HAEDEN OSBORNE SADAR WOYYY!!!" Teriak Brian.

Bak tersadar dari semua hal, Haeden akhirnya dapat keluar dari pikirannya dan mendapati semua orang telah panik. "Lo kenapa anjirr? Liat nih pecah!" Marah Brian, Haeden mengerjap-ngerjap kan matanya beberapa kali berusaha memahami situasi.

Bodoh, dia baru sadar kalau memecahkan gelas. Tanpa banyak basa-basi ia langsung berjongkok dan memunguti serpihan tajam tersebut tanpa menggunakan pengaman apapun. "Haeden Osborne! Jangan bego tangan lo bisa luka—"

"Akh!" Rintih Haeden tiba-tiba.

"KAN GUE BILANG JUGA APA!! SIALAN LO!!" Umpat Brian yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi, melihat Haeden yang linglung dan sekarang tangannya itu terluka karena memungut serpihan kaca dengan cepat, tanpa sadar benda tersebut menggores telapak tangannya.

"Tolong ambilin P3K cepettt!!" Perintah Brian pada yang lainnya, ia pun membantu Haeden untuk berdiri dan mengajaknya untuk duduk di salah satu kursi disana. Tak lama seseorang yang diperintahkan Brian tadi datang membawa sekotak peralatan pertolongan berwarna merah.

Dengan telaten Brian mengobati tangan lelaki itu, dan yang diobati sibuk merintih sambil melihat televisi yang semua saluran sedang memberitahukan mengenai insiden penembakan tersebut. Yang dapat Haeden lihat, para korban memakai pakaian yang sama, dengan topeng. Kemudian ia berpikir lagi, dan menyadari sesuatu.

"Woy, NIA gak salah tuh? Jelas jelas korbannya pake pakaian yang sama dan kaca rumah nya pecah, bukannya penyusupan? Kenapa jadi Keenan yang jadi tersangka?" Ucap Haeden pada Brian yang sekarang sudah tahap memakaikan perban.

Paradox || EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang