HAII HALOO MAAF BARU UPDATE😭😭😭
"Gue capeeekkkk..." Keluh salah seseorang dengan rambut warna merah terangnya, ia duduk di sofa coklat diruangan tersebut yang biasa ia tempati. Dia tak sendiri, ada dua orang lainnya disana. Omong-omong mereka sedang ada di basecamp, kata kerennya sih seperti itu. Tapi membernya cuman 4, ya salahin aja si Edgar yang uangnya gatau mau di buat apa dan berakhir jadi tempat ini.
"Disuruh ngapain lagi emang?" Tanya yang lebih tua, "Bayangin deh disuruh ngeriset tentang lubang cacing?" Ucapnya dengan nada kesal. "Lagian siapa suruh masuk ilmu fisika, Kak Julian?" Balas lelaki berambut hitam bergelombang di sebelah pemuda bernama Julian tadi.
"Nyokap gue, kenapa?" Sarkas Julian yang jatuhnya malah imut. Sementara yang lebih tua sebut saja Edgar, ia tertawa menyaksikan adik tingkatnya—beda fakultas— yang sudah lelah dengan dunia perkuliahan.
"Kenapa ngeriset lubang cacing dah? Masa lo nyari bolongan di tanah gitu?" Balas Reaver, si rambut hitam bergelombang tadi. "Bego, lo lulus SMA nyogok ya?" Kata Julian kesal, kemudian menyeruput minuman dinginnya.
"Lah gue kan nanya? Bener kan?" Kata Reaver dengan nada tak terima nya. "Bukan lubang cacing itu cil, yang dimaksud sama panjul—"
"JULIAN WOYY PANJUL ANAK SIAPAA???" Marah yang punya nama, bukannya takut Edgar sama Reaver malah tertawa keras. Dari dulu kalau Julian digodain dengan manggil namanya pakai panjul, bisa marah kayak barusan. Dan menurut temannya, itu asik.
Belum menyelesaikan tawanya, Reaver pun langsung melanjutkan perbincangan mereka, "HAHAHA! Jadi jadi gimana bang? Lubang cacing yang gimana?"
"Itu tuh kayak apa ya, jalan pintas buat ngelewatin ruang dan waktu." Ucap pemuda bernama belakang Myers itu, ya bukannya mendapat jawaban Reaver selaku anak arsitektur makin bingung.
"Yaelah, gampangnya itu tuh kayak pintu kemana saja, misal lo ada di sisi atas bumi dan lo pengen ke sisi bawah nya bumi, lubang cacing ini berperan jadi terowongan buat bantu lo ke sisi lainnya. Paham kaga? Kalo ga paham yaudah gue males jelasin." Ucap Julian pada akhirnya.
"Nah itu maksud gue," Sahut Edgar yang sepertinya sok tau aja... Kalau kata Reaver sih gitu. "Btw, Kak Sean kok gak kesini?" Tanya yang paling muda.
"Lah iya biasanya gak pernah absen, sibuk ngerjain tugas kali." Balas Julian santai, ia mengambil ponsel miliknya dan berusaha menghubungi temannya itu menggunakan aplikasi bertukar pesan—gak sebut merk soalnya gak di-endorse—
"Centang satu cuy, samperin gak?" Tanya Julian, masalahnya si Sean itu jarang menghilang seperti ini. Ya, pernah juga tak bisa dihubungi tapi itu cuman 1 jam. Disela-sela kesibukan nya pun ia masih bisa memberi kabar pada kawan-kawannya.
"Ayo, kemaren juga gue gak liat dia di kampus, takutnya ada apa-apa," Ajak Edgar, ia pun berdiri kemudian mengambil jaket dan kunci motor miliknya. "Nebeng, males nyetir sendiri." Kata Reaver, ia kini memohon kepada Julian setelah tidak diperbolehkan oleh Edgar.
"Yaelah bilang aja mau hemat bensin, yaudah ayo ikut gue aja," Ajak Julian pasrah, Reaver agak tercengang seakan terciduk karena yang lebih tua tau alasan sebenarnya. Kalo bisa nebeng kenapa harus sendiri? Katanya sih gitu.
Ketiganya pun langsung ke luar dan menuju sepeda motor masing-masing untuk pergi ke rumah Sean, mereka berharap kawannya yang satu itu tidak apa-apa.
"Eh Edgar? Sama siapa aja kesini?" Sambut sang wanita paruh baya itu dengan ramah, tentu saja ia adalah sang ibunda dari Sean. Tak lupa membalas senyum yang lebih tua Edgar pun berbicara dengan sopan pula, "Ada Julian sama Reaver tante, Sean-nya ada?" Tanya Edgar langsung pada intinya.
Tapi sebelum menjawab itu ibu Sean terlebih dahulu melemparkan senyum kepada Julian dan Reaver, mereka pun membalasnya. "Sean? Bukannya sama kalian? Dari kemarin belum pulang sepertinya..." Setelah mengingat hal itu, sang ibunda mendadak merubah raut wajah nya menjadi khawatir.
Ketiga yang lain saling bertatap-tatapan, nampaknya firasat mereka benar. Ada sesuatu dengan Sean, "Terakhir dia bilang gak kalau lagi sama siapa, tante?" Tanya Julian.
"Eeumm, katanya mau ketemu kakak tingkatnya, kalo gak salah namanya Keenan, tolong ya nak, kalau ketemu dia langsung disuruh pulang takut nya ada apa-apa," Ucap ibu itu, tatapannya sendu dan air mata sepertinya mulai membendung disana.
"Tenang aja tante, mungkin Sean lagi ngerjain projeknya, nanti kalo ketemu kita sampaikan pesan tante," Kata Reaver dengan senyum yang tak hilang di wajahnya, ia pun kemudian memeluk perempuan tersebut sebagai perpisahan.
"Kami pergi dulu ya tante," Pamit ketiganya, mereka pun segera naik ke kendaraan roda dua tersebut. Tapi Reaver langsung memukul pundak Julian, jelas dong pemuda itu gak terima.
"Ngapa sih anjing?!" Marahnya dengan tatapan tajam ia berikan, "Kak Keenan itu yang mana? Lo tau emang rumahnya?" Tanya Reaver. Iya juga, Edgar baru kepikiran.
"Tau, kakak tingkat gue itu," Jawab Julian, tapi entah menurut Reaver ada yang janggal jadi ia pun langsung bertanya. "Loh katanya kakak tingkatnya Kak Sean? Lo sama dia kan beda fakultas cuy," Kata Reaver.
"Makanya itu, ada yang aneh jadi langsung aja deh kesana, gue juga bingung gimana mereka bisa kenal. Soalnya Kak Keenan ini terkenal gak punya temen, yakali temenan sama Sean." Ucap Julian sedikit menjelaskan.
Setelah diskusi kecil itu, semuanya langsung memakai helm dan menuju rumah si pemuda bernama Keenan itu, dan berharap menemukan Sean disana.
Jadi itu ceritanya habis aku sakit 3 minggu langsung sibuk sekolahh hiks LUPA KALO PARADOX BELUM UPDATE😭😭😭 YA SEMOGA AKU DIMAAFIN YAA MAAF BANGETT ((nangis))😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradox || Enhypen
Science Fiction𝘮𝘶𝘭𝘵𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. - .... . -- 𝗘𝗻𝗵𝘆𝗽𝗲𝗻.