aku lagi rajin update hehehe, happy reading🫶🏻
"Jadi gitu mi..." Ucap Haeden setelah menjelaskan berbagai macam hal yang terjadi kemarin malam, yang sangat tidak masuk akal.
"Anjingg, panggil Ian please, ma mi ma mi. Tapi gue gak percaya, lo kan tukang ngibul." Balas Ian atau panjangnya Damian, satu-satunya teman Haeden. Lelaki itu menyeruput minuman pesanannya seakan tak peduli dengan perkataan Haeden.
"Sumpah mi? Setelah 3 tahun kita temenan? Gue kecewa sih," Damian yang mendengar itu memasang ekspresi jijik. "Percaya sama gue pleaseee, temen gue cuman lo, walaupun gak pinter-pinter amat tapi kepinteran lo diatas gue, dikit." Rayu Haeden.
"Gue gak percaya Haeden. Yang ada lo tuh cuman halu, yakali lo ngomong sama diri sendiri tapi namanya siapa? Hersel? Ransel?"
"Hansel, mi," Tegas Haeden, "Gue gak tau mau minta tolong ke siapa, gue cuman kenal sama lo." Ucap Haeden sembari menatap pria dengan rambut biru gelapnya itu.
"Haaahh..." Damian seakan sengaja mengeraskan suara helaan nafasnya, tanda ia pasrah dengan keinginan temannya. Mendapat jawaban, Haeden bersorak sedikit dan menyunggingkan senyumannya.
"Nginep di apart gue aja ya, walaupun kecil gitu lo masih bisa tidur di sofa kan?"
"Guguk."
"Dik Ian tidak boleh kasar ya dik, hahaha!" Haeden tuh ngeselin, cuman ke orang terdekatnya, contohnya Damian yang jadi korban.
"Tapi ya, gue bukan anak fisika atau apalah itu, kenapa lo gak nyari anak fakultas fisika aja? Mereka lebih ngerti kan?" Kata Damian sembari makan kentang goreng.
Omong-omong mereka berdua lagi di cafe dimana Haeden bekerja, mumpung lagi sepi Haeden menitipkan pekerjaannya pada karyawan lain.
"Gue bukan mahasiswa seleb yang kenal semua orang dari fakultas lain, kayak lo." Sarkas Haeden. "Ya juga, lo kan nolep." Jawab Damian seadanya, membuat lelaki di depannya itu jengkel.
"Minta tolong dia coba," Lanjut Damian, dengan dagu yang seakan-akan menunjukkan sesuatu. "Dia anak ilmu fisika pas banget pinter dibidang astrofisika, yang katanya sih terkenal ambis sama tau rahasia dunia, ahahaha ngibul banget anak-anak."
Haeden tak membalas perkataan Damian, ia menatap lekat pemuda yang ditunjuk tadi. "Keenan?" Tanya Haeden untuk memastikan.
"Kok tau? Kalo tau minta tolong dia aja sih,"
"Mungkin aja dia beneran tau rahasia dunia mi!" Haeden dengan semangat beranjak dari duduknya membuat Damian panik dan mencegahnya.
"Wow wow santai bro, emang boleh kasih tau orang lain?" Damian berhasil mendudukan Haeden pada tempatnya lagi.
"Lah emang lo bukan orang lain?"
"Anjrit bener juga, tapi yakin lo mau minta tolong dia?" Tanya Damian untuk memastikan sekali lagi.
"Beneran buset, gue mau mastiin aja kalau ternyata universe kita bener-bener mau hancur gimana? Mau tanggung jawab lo?"
Okay, kali ini Damian mengalah, dan ia pun beranjak dari kursinya terlebih dahulu. Mengundang pertanyaan dari benak Haeden, padahal yang butuh Haeden, "Tungguin elah!"
"Halo? Ken?" Merasa namanya terpanggil pemuda berambut abu-abu itu menoleh dan sedikit terkejut. "Haii! Lo... Damian bukan sihhh, yang kemaren ngeband pas ada event di fakultas gue!"
Hmmm yah, Haeden agak takjub, soalnya baru tau Damian temennya sendiri seterkenal itu ternyata. Ya walaupun dia tau Damian terkenal, tapi terkenalnya gak gini. Paham maksudnya? Kalo gak yaudah gapapa T_T
"Betul! Hahaha!" Baiklah ini kenapa jadi Damian yang ngomong sama Keenan?
"Hai juga kak Haeden! Kalian saling kenal?" Tanya Keenan, tapi sebelum Damian menjawab pemuda yang ceria itu mempersilahkan keduanya untuk duduk terlebih dahulu. "Eh duduk duluu, gak enak masa gue doang yang duduk."
Damian serta Haeden pun duduk, "Iya kita udah temenan 3 tahun, Ken." Jawab Damian, jujur saja Haeden canggung karena jarang berbicara dengan orang kalau tidak ada perlunya.
"Btw, ada apa nih? Niat nyapa gue doang atau ada sesuatu?" Keenan seakan tau isi pikiran keduanya,
"Mau minta tolong boleh Ken?" Tanya Damian, lantas pemuda didepannya kini menatap dengan bingung. "Minta tolong apa?"
"Sorry ya apart gue kecil," Ujar Haeden sedikit malu. "Santai aja kak, niat gue kan mau bantuin lo." Balas Keenan.
"Duduk dulu gih, gue ambilin minum—"
"Gak usah kak, udah kenyang tadi minum di cafe." Potong Keenan cepat, Damian sepertinya sudah lelah, ia diam saja dari tadi.
"Eh? Oke deh, kalo haus ambil aja di dapur ya, gue mau mandi dulu." Keenan hanya mengangguk dan duduk di sofa bersama Damian.
"Mi—"
"Ketularan Haeden ya lo manggil gue Mi?" Kata Damian sedikit kesal, bukannya takut Keenan malah tertawa. Gak nyangka aja dia bisa temenan sama primadona kampus, sedangkan dia cuman mahasiswa kutu buku.
"Mi, lo katanya gak percaya, ngapain ikut?" Tanya Keenan. "Justru karena gue gak percaya gue ikut, biar gue percaya. Lo sendiri? Kok langsung percaya sama omongannya Haeden?" Tanya balik Damian.
"Karena, gue tertarik sama hal kek gini, dari dulu sih soalnya gue suka nonton film yang ada unsur sciene fiction nya gituuu!" Seru Keenan, ia tampak antusias, tapi entah bagaimana reaksi nya kalau saja Haeden bohong.
Jadi, apakah kembaran Haeden alias Hansel itu akan datang ke apart ini? Melalui kaca? Damian tidak percaya, tapi Keenan sangat yakin. Semoga saja Haeden tidak menghancurkan kepercayaan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradox || Enhypen
Science Fiction𝘮𝘶𝘭𝘵𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. - .... . -- 𝗘𝗻𝗵𝘆𝗽𝗲𝗻.