01. The Beginning

50 5 0
                                    

Happy reading ~

LARASATI

Kania

|Ras, dimana? Udah selesai kelas?
|Kalo udah kabarin yaaw
|Lo gak lupa kita pada mau ke grand opening cafe nya Gio kan?

Chat dari Kania aku buka, ketika kelas ketiga hari ini berakhir. Menutup serangkaian hari yang panjang dan melelahkan sejak pagi di hari Jum'at ini. Pesan itu masuk 10 menit yang lalu. Dan sekarang, waktu menunjukkan pukul 3 lewat 4 menit. Mataku secara refleks menatap langit ketika kakiku sampai di luar gedung kuliah. Menyadari awan mendung lebih mendominasi sekarang.

Aku tidak pernah menyukai kegiatan-kegiatan semacam nongkrong dan segala hal yang mirip dengan hal itu. Datang ke grand opening cafe sudah tentu akan duduk dan berbincang banyak hal disana. Tidak ada yang salah, otakku hanya sudah men-setting bahwa aku tidak akan pernah betah berlama-lama berada pada situasi itu. Juga, tidak cocok bergaul dengan anak tongkrongan. Namun, ajakan kali ini sulit kutolak.

Sergio--atau yang lebih sering disapa Gio, adalah satu dari tiga temannya Keenan, kekasih Kania. Keenan dan Kania sendiri adalah teman satu SMA ku, dan aku sudah lama akrab dengan Kania karena kami juga satu SMP, walau dulu kami belum terlalu dekat.

Sebenarnya, hanya karena itu. Hanya karena aku adalah teman Kania, dan Kania adalah pacar Keenan, dan kami sering diajak bergabung di kantin FSRD yang bersebelahan dengan gedung jurusanku. Maka aku 'secara tidak langsung' terklaim dalam lingkaran pertemanan itu.

Dan karena alasan itu juga aku tidak enak untuk menolak ajakan Kania yang mungkin lebih cocok disebut perintah itu. Setelah mengetik balasan untuk menyusul, aku lalu pergi menuju alamat yang tak lama Kania kirimkan padaku.






"Laras!"

Aku menoleh, mendapati Gio yang tengah berdiri di belakang meja pemesanan. Bersama seseorang disampingnya yang kalau boleh kutebak, adalah kakaknya. Kedua laki-laki itu tersenyum hangat kepadaku.

"Pesen apa? Oh iya, anak-anak udah pada di atas, ya. Lo langsung kesana aja nyamperin. Kania juga disana kok."

Ah, perhatianku akhirnya teralihkan sejenak pada design cafe ini. Private, dan tetap cozy. Dan yang terpenting adalah, instagramable. Catnya didominasi berwarna coklat cream dan bernuansa vintage. Interiornya sendiri lebih ke arah gaya modern, dan jarak antara satu meja dengan meja yang lain cukup lengang. Aku pribadi amat menyukai dekorasi pada lantai satu cafe ini.

"Iced latte, ya, Gi."

"Okay, nanti gue anter. Have fun, Ras! Would be happy if you give some review of this NEW cafe, haha." Ucapnya menekankan kata new disana.

Aku tersenyum mendengarnya, "I believe this would be good kok. Congrats for your cafe, ya. Gue ke atas dulu."

"Sip."

Aku langsung menuju ke lantai atas yang kalau kata Gio dulu, adalah poin utama yang mau dia tonjolkan dari cafenya ini.

Aku sendiri tahu betul bagaimana semangatnya Gio berbicara mengenai rancangannya bersama kakaknya untuk membuka bisnis cafe di daerah sekitar kampus. Ia membicarakan hal ini dengan yang lain sudah berbulan-bulan yang lalu. Kolaborasi antara kakaknya yang merupakan fresh graduate jurusan bisnis, juga dirinya sebagai mahasiswa design interior. Ya, walaupun masih semester 4.

"Oi, Laras! Sini-sini!"

Haris memanggilku, yang tepat ketika aku kebingungan ternyata rooftop cafe seluas dan seramai ini. Menurutku, ini cukup ramai untuk ukuran cafe yang baru buka. Aku lalu menghampirinya, yang ternyata sudah ada lebih banyak orang yang dari yang kuduga, dan tentu saja aku tidak mengenalnya.

ABRUPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang