"Rhatan. handphone lu dari tadi bunyi tu"
Tegur Zefan saat melihat dari tadi handphone sahabatnya itu terus berbunyi tanda ada panggilan masuk
"Biarin aja. Sengaja"
Kata Rhatan acuh sambil meneguk whisky yang ada di depannya dengan tidak selo. seperti sedang memendam masalah. pasalnya Rhatan sudah habis beberapa gelas padahal mereka terbilang baru saja beberapa menit sampai dan duduk disana.
"Lu ada masalah? Apa gimana?"
Kini Alex yang bertanya sambil menepuk bahu Rhatan
Rhatan tidak menjawab. Ia hanya menggeleng dan meneguk whisky nya lagi
Hampir habis satu botol whisky di waktu yang terbilang singkat
Alex dan Zefan tau betul bahwa sahabatnya itu pasti sedang memendam masalah. Dan bar bukanlah solusinya
"Kita ke cafe aja kuy"
Kini Zefan bangkit dari duduknya
"Hm"
Alex ikut berdiri dengan tangannya merangkul Rhatan, cowo itu sudah mulai akan kehilangan kesadarannya
"Argh katanya mau party? ngapain ke cafe?!"
Rhatan menepis tangan Alex dan menatap bergantian Zefan dan Alex dengan mata yang hampir sayu pengaruh dari whisky yang ia minum.
Rhatan sejujurnya tidak kuat dengan alkohol, dia bisa mabuk hanya dengan meminum satu botol ukuran sedang berisi whisky
"Ya kaga mungkin party kalo lu lagi ada masalah gini. Udah ah ayok"
Zefan menarik paksa Rhatan keluar dari bar itu, dan mengekor Alex di belakang mereka
***
"Coba ceritain deh lu kenapa sat"
Tanya Alex sambil menyeruput kopi pesenannya yang sudah datang beberapa menit yang lalu.
Sekarang mereka sudah ada di halaman luar sebuah cafe besar di kota itu
"Hooh. Party sih party tapi ga gitu juga"
Kata Zefan menimpali
"Gua.. dipaksa pindah ke Kanada"
Kata Rhatan sambil memijat pelipisnya.
Berusaha menghilangnkan rasa berat di matanya
"Loh tapi katanya orang tua lo udah toleran, maksudnya bukannya mereka udah ga mau maksa lo lagi ya?" -Zefan
"Yah itu kan karena dengan syarat gua disini sama mbok wati. Dan lu pada tau kan gua udah berhentiin mbok wati dari 2 tahun yang lalu. Mereka tiba-tiba tau itu, dan gua gatau mereka tau dari mana."
"Mbok wati.. art yang ngurusin lu dari lu kecil itu? yang di percaya ortu lu buat nemenin lu itu kan?"
"Iyaa, kan selama ini mereka ngira gua tinggal sama dia. Tapi ternyata kaga. Makanya mereka marah banget tadi"
"Tapi gua harusnya juga berhak marah sih sama mereka. Lagian punya anak bukannya di urusin malah dikasih ke art."
Sambungnya lagi lalu meneguk air mineral kemasan botol yang tinggal tersisa sedikit itu.
"Yah mereka kerja kan juga buat lo bro.. liat baju yang lo pake, mobil, rumah, handphone bahkan uang yang lo pake buat nraktir kita kan semuanya dari orang tua lo, jadi ya turutin aja deh kemauannya, selagi itu baik buat lo"
Kata Zefan panjang lebar.
"Males. Ngapain juga gua di Kanada. Gabut. Cuman sok care aja ntar juga pasti ujung-ujungnya gua ditelantarkan"
"Busettt yaudah ajak gua aja biar lu kaga gabut, mayan ke luar negeri"
Sambung Alex dan mendapat toyoran dari Zefan.
"Gua benci sama mereka. Gua males ngeliat muka orang-orang itu. Argh kenapa di dalem diri gua harus ada darah mereka sih anjing?!"
"Heh sabar Rhat, lu ga boleh gitu"
Ucap Alex mencoba menenangkan Rhatan.
Memang menjadi topik yang sensitif jika membahas tentang orang tua.
Rhatan sangat membenci kedua orang tuanya. Selain faktor karena tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, itu juga karena suatu kejadian yang terjadi di Kanada.
Kejadian dimana membuat dunianya benar-benar hancur. Hancur sehancur-hancurnya. Namun orang tuanya masih bisa bersikap seolah-olah hal tersebut tidak pernah terjadi.
Rhatan membuang napasnya kasar lalu memandang sendu kearah langit malam yang terlihat mendung saat itu
"Damn, i fuckin' miss you.. bisa-bisanya mereka ga merasa bersalah dan lebih memilih ngurusin bisnis brengsek itu, bahkan setelah kepergian lo"
Keluh Rhatan di dalam hatinya.
Tak terasa setetes air jatuh dari sudut matanya
"Lah hujan? pindah ke dalem yok gua masih mau minum"
Ucap Alex menadahkan tangan nya saat menyadari beberapa tetesan air hujan sudah mulai turun
"Tears and rain are the same"
Balas Rhatan sambil menghapus tetesan air yang kini sudah menyentuh pipinya
"Lah bocah malah ngelantur, buru lah ntar deres"
Cerocos Alex mendahului Zefan dan Rhatan untuk masuk ke dalam cafe tersebut.
Dan perlahan-lahan hujan mulai turun dengan deras.
***
"Anjir itu Aldrian?"
Tanya Zefan saat menyadari sosok yang berada di meja ujung itu adalah guru mereka
"Mana? Lah hooh sat. Kenapa gua ketemu dia mulu dah?"
Kata Alex sambil menyeruput minuman rasa redvelvet nya.
Kopi yang sebelumnya tadi ia minum sudah habis, dan memesan minuman baru lagi
"Jodoh lu kali lex"
Kata Rhatan santai sambil menggigit lagi sisa cupcakes rasa coklat yang ada di tangannya
"Mata lo! Kalo cewe yang lagi sama dia jodoh gua gapapa sih, cakep juga woy"
Balas Alex lagi. Kini ia memperhatikan wanita berambut sebahu yang sedang berbicara santai dengan gurunya itu
"Manis juga tu cewe"
Zefan ikut menimpali
Rhatan yang sedari tadi tidak tertarik dengan topik percakapan kedua sohibnya kini akhirnya ikut melihat kearah wanita yang dimaksud itu
Wanita itu tampak seperantara dengan Aldrian. Penampilan nya sangat sederhana, hanya mengenakan kaos hitam polos dengan luaran sweater berwarna putih dan rok plisket berwarna peach selutut.
Tunggu.. sepertinya Rhatan pernah melihat wanita itu, tapi dimana?
Ia terus memperhatikan wanita itu dengan lekat-lekat, untuk mengorek ingatannya yang bisa dibilang agak dangkal.
Tapi tidak sengaja hal itu malah membuatnya melakukan eye contact dengan Aldrian. Dan wanita yang tadinya sedang berbicara dengan Aldrian mengikuti arah pandangnya dan membuat Rhatan juga berkontak mata dengan si wanita tersebut
"Bangsat"
Umpat Rhatan pelan lalu segera membuang muka
"Heh ngape lu?"
Tanya Zefan heran
"Kaga. Masih kesel aja sama yang tadi"
Bohong Rhatan dan mendapat tepuk-tepukan halus di bahunya dari Alex
"Sabar ya Rhat, terkadang dunia emang gitu"
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
THE TROUBLE MAKER
FantasiAldrian yang merasa bersalah karena kejadian di masa sekolah nya berjanji kepada dirinya sendiri untuk mengubah dan menertibkan murid nakal disekolah dengan menjadi guru killer di SMA Harapan Bangsa. Hal itu membuatnya selalu berurusan dengan Derhat...