01

1.1K 236 57
                                    

Hari Senin itu hari paling nyebelin!

Apalagi buat mahasiswa kupu-kupu seperti Anne. Soalnya kelas dia itu padat kalau hari Senin. Capek, lesu, letoy intinya! Belum lagi dosen hari ini killer semua. Mampus deh setiap habis kelas ada kuis. Anne itu dulu tidak mau kuliah sebenarnya, tetapi bunda maksa banget harus kuliah  Anne! Padahal Anne itu udah capek mikir. Eh tapi sekarang justru dianya jadi anak psikologi.

Sebenarnya pilihan pertamanya itu hukum–biar kece gitu. Namun kala pengumuman SBMPTN Anne malah masuk pilihan kedua. Psikologi. Huh tetapi tidak masalah. Seandaninya dahulu dia nyangkut ke hukum, dia tak bisa bertemu pangeran Veenan tiap hari.

"Hm menurut lo bagusan yang mana buat Veenan?" Anne kini menimbang nimbang pilihan cake. Dia berencana membelikan cake untuk Vinan, maka dari itu sebelum ke kampus, Anne ke toko kue sebentar. Dia ditemani oleh Leona, besti dia.

Leona satu kompleks sama Anne, teman sedari bontot, dari SD sampai Kuliah satu instansi terus. "Astaga Ne, sampai kapan lo ngejar es batu itu terus ckck."

Anne mendengus. "Veenan bakalan takluk ke gue kok! Ihh lo kan pacar Jinan. Nah Jinan besti Veenan. Tuh cocokkan. Cepet WA in Jinan, ayang Veenan sukanya cake apa?"

Kepala Leoan menggeleng ke kanan dan ke kiri. Anne bagai terkena pelet. Setiap hari otaknya cuma si Veenan. Belum lagi sering ngrecokin pacar dia tanya-tanya soal Veenan. Jinan saja sampai geram kadang-kadang.

"Ya masa gue chat pacar gue tanya kesukaan Veenan. Bisa-bisa guenya kena huru-hara." Protes Leona. "Nih gue telfonin tanya sendiri."

Manik Anne berputar, dia spontan mengambil ponsel Leona yang kini tersambung dengan Jinan.

"Hallo, Nan Jinan, Veenan suka cake apa yah?"

"Hah ini Anne? Cake? Veenan?" Kata Jinan dibalik sambungan.

Ya ampun! Anne mendengus lagi. Dia berkata, "Iya! Gue mau beliin dia Cake. Kasih tahu buruan!" Anne pun memaksa.

Jinan akhirnya menjawab, " Dia su—

Sayangnya, suara lain yang sabotase ponsel Jinan, telak mengudara.

"Gaperlu beliin gue cake, gue nggak suka!"

Iris Anne membelalak, Anne jauhkan ponsel Leona. Dia menoleh ke besti yang menaikkan alis bingung. "Jinan udah dikampus?" Tanya Anne bisik bisik.

Leona mengangguk. "Iya kelas Jinan yang pertama jam 7."

Anne menggigit bibir dia kembali ke ponsel Leona. Berdehem sebentar.

"Hai Veenan, coklat atau strawberyy atau"

Tut...Tut... sambungan terputus dan Anne berdecak sebal. Ya ampun, ini bisa-bisa ketahuan kalau dia sering minta info dari Jinan. "Veenan ada di sebelah Jinan." Dia memasang raut sedih. Mengembalikan ponsel Leona ke sang pemilik.

Akhirnya, Anne mengambil cake keju dan coklat. Walaupun Veenan bilang tidak usah, dia akan tetap membeli.

"Udah yuk Len. Dua puluh menit lagi kelas." Anne lalu menggeret Leona menuju kasir.

Selama diperjalanan ke kampusnya, Anne cuma diam. Leona di yang kini menyetir sampai kebingungan sama Anne yang biasanya cerewet minta ampun. Mungkinkah galau karena pangeran kesayangan? Kasihan ya besti. Sayang Leona juga tidak bisa bantu apa-apa. Leona pernah  bilang sama Jinan yang barangkali dia bisa mencomblangkan Anne dan Veenan. Namun Jinan menolak tegas karena  itu urusan pribadi Veenan.

Jadi yaa mau bagaimana? Palingan Leona siap-siap kuping aja dengerin curhatan Anne.

"Ne, kenapa gak coba pdkt aja sama Jendra atau James? Eh atau Devan, Miko? Elgar bisa tuh. Mereka semua bubuk emas psikologi loh!" Ucapnya Leona membuka percakapan.

Enigma[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang