Bagi Anne, mencintai Veenan itu hal yang paling indah untuk dia. Walau seribu satu kali ditolak dan diminta menjauh;Anne akan tetap mendekat karena pusat rotasinya seakan akan sudah menjadi milik pemuda itu.
Selama ini, Anne belum pernah ada dalam hubungan percintaan dengan siapapun karena hakikatnya dirinya sudah terlanjur putus harapan guna mencintai lelaki. Lagi pula kematian selalu membayangi Anne dan dirinya pikir untuk apa jatuh cinta? Sayang, pertemuannya dengan Veenan saat itu seperti sebuah sihir yang berikan Anne percikan rasa begitu kuat. Dia dibuat mengukir rasa dalam benak terdalamnya, mengisi setiap rubrik hatinya. Mungkin terdengar konyol, tetapi Anne sudah begitu tergila gila pada Veenan.
Anne merasa memiliki destinasi di dalam hidupnya. Keinginan supaya lebih lama menghidu udara, intensi agar bisa memperjuangkan cintanya ke Veenan. Barangkali, orang-orang akan mengatakan hidup itu bukan hanya tentang cinta. Namun, bagi seorang Anne Ralisya yang selalu diambang sekarat ditiap detik nafas dan detak jantungnya, Anne hanya ingin menggegam cinta setidaknya untuk terakhir kali. Dia sudah punya begitu banyak cinta dari keluarganya dan Leona, sahabatnya. Dan bentuk cinta lain yang ingin dia gapai adalah Veenan Dominic.
"Anne, lo nangis?" Veenan berjalan pelan sembari masih menggendong Anne dipunggungnya.
Veenan merasa leher belakangnya basah. Dia melihat ke langit sangat cerah, tidak hujan.
"Huh? Apa?" Anne menarik tangan kanan ke wajahnya untuk mengusap linangan air mata.
"Nggak, aku kelilipan debu." Imbuh Anne beberapa detik kemudian.
Sang lawan bicara tidak merespon, memilih terus memacu langkahnya agar segera sampai di halte. Namun vokal Anne kembali mengudara.
"Halte bus kampus itu favorit aku, di sana aku pertama kali ketemu kamu, aku kepoin kamu dan mutusin buat pindah kelas dari C ke B, ngeret eret Leona. Aku masih inget, karena kami berdua pindah kelas, Leona kenalan sama Jinan sampai mereka berdua jadian cuma dalam waktu pdkt yang kira-kira dua minggu." Anne terkekeh mengingat lagi momen itu.
Padahal dulu dia dan Leona ada di kelas C, sekelas dengan Daven, Miko dan Elgar. Namun mulai semester ke tiga, Anne memohon agar Leona isi IRS mengambil kelas B. Saat itu dia marah sekali karena kebucinannya Anne sangat over. Pindah kelas itu berarti kembali beradaptasi dengan suasana baru. Hanya saja, siapa sih yang bisa menolak kemauan Anne? Leona akhirnya takhluk malah Leona dapat untung karena menjadi pacar Jinan.
Di dunia ini, baru satu orang yang membuat Anne merasakan arti dari penolakan. Siapa lagi? Pasti Veenan Dominic yang sekarang gendong dia ke halte bus.
Anne kembali bersuara. "Tapi kamu bener-bener definisi kutub, kapan sih kamu suka ke aku?"
"Lo pindah kelas demi sekelas sama gue. Kenapa lo gak pernah berhenti ngejar gue?" Veenan menoleh pada Anne, sebentar.
"Karena kalau aku berhenti ngejar kamu. Itu sama aja berhentiin detak jantung aku secara paksa." Jawab Anne.
Veenan yang mendengar tertegun. Langkah kakinya berhenti.
Menunduk, berusaha menahan air
matanya yang ingin tumpah. Veenan merasa sakit mendengar itu. Dirinya menggigit bibirnya baru suruh Anne turun karena memang mereka sudah berada di halte bus.Kecanggungan menyelimuti mereka lebih tepatnya Veenan yang memilih tetap diam. Dia hanya bergerak kala bus berhenti di halte. Masuk duluan tanpa menghiraukan Anne yang ada di belakang.
Susah banget Vee kamu suka ke aku?
Anne bercaka-kaca melihat Veenan, dia mengusap sudut matanya lantas naik ke bus mengambil duduk tepat di sebelah Veenan yang duduk dekat jendela. Veenan menatap ke luar dan barangkali tidak menyadari presensi Anne.