{3}
~~~
Hari masih begitu gelap tapi Riyana memutuskan untuk bangun lebih awal dan kini tengah bersiap-siap meninggalkan rumahnya entah dia ingin kemana yang pasti dia akan keluar untuk bersenang senang.
Sesekali Riyana tampak memperhatikan arloji di tangannya setelah itu kembali menatap tampilan dirinya di cermin dengan tatapan yang sulit di artikan.
Merasa telah rapi Riyana melirik ke arah Arya yang tengah tertidur lelap disana, senyuman manis terukir diwajah cantiknya Riyana.
Arya adalah orang paling ia cintai melebihi apapun, dia tidak dapat menolak keinginan anak itu selama keinginannya masih dapat Riyana tolerir baginya itu bukanlah masalah untuknya asal Arya senang dan bahagia itu cukup untuknya.
"Kakak pamit dulu, kakak mau jernihin pikiran, Arya yang baik di rumah yah, jangan nakal terus jangan nyusahin nama papa nanti kakak baliknya cepetan kok" bisik Riyana sambil mengelus pelan puncak kepala Arya pelan.
Ia pun beranjak keluar dari kamar sambil menatap ke arah ponselnya, mengecek apakah tidak ada misi untuknya hari ini jika tidak Riyana akan pergi ke markas untuk sekedar menghabiskan waktu disana.
Devian yang hendak turun untuk mengambil air dikagetkan dengan sosok Riyana yang tengah berjalan menuju ruang tamu dengan ponsel di tangannya.
Ruangan dimana Devian dan Riyana berada sama sekali tidak terlihat cahaya disana, lalu bagaimana Devian tahu itu Riyana?
Gampang saja itu karena cahaya dari ponsel Riyana yang memantul ke wajahnya sehingga Devian yakin itu sahabatnya melainkan bukan mahluk lain yang lagi iseng.
"Woy, mau kemana lu?! "Teriak Devian sambil menghampiri Riyana yang langsung menghentikan acara bermain ponselnya.
"Bukan urusan lo" sinis Riyana, sungguh dia tidak minat untuk mengajak siapapun untuk berbicara dengannya.
"Masih jam 4 ini, lo rapi bener mau kencan lo? "Selidik Devian, ia mencari saklar lampu untuk dinyalakan.
"Mending lo diem deh, orang rumah pada bangun entar gara-gara lo "tegur Riyana.
"Ck, jawab dulu Yana" kesal Devian.
"Ke markas" jawab Riyana seadanya, dia tengah badmood sekarang.
"Nah gitu dong dari tadi, jawabnya yang cepet napa" ujar Devian mengangguk anggukan kepalanya senang.
"Udah itu doangkan? Gue cabut dulu" ujar Riyana setelahnya berjalan pergi begitu saja.
Devian baru saja akan mengejar tapi malah dihentikan oleh Riyana.
"Siap-siap sana gue tunggu di depen rumah" ujar Riyana.
Devian yang mendengar itu langsung memutar arah menuju kamarnya, bagaimanapun jika Riyana mengatakan akan menunggu seseorang yang dia tunggu terlalu lama itu sama saja bohong karena Riyana akan pergi tidak peduli dengan orang yang ia tunggu.
Tepatnya ada batas waktunya.
Riyana tengah menunggu Devian di depan rumahnya sambil memanaskan motor sportnya.
Setelah selesai memanaskannya ia pun bermain ponsel sejenak untuk masuk ke insta-nya sekedar mengecek apa pria itu masih bermain sosmed atau tidak.
"Cih udah nggak aktif ternyata padahal gue mau ngajak nyelesai in misi bareng" ujar Riyana menutup aplikasinya dengan perasaan yang dongkol.
Riyana mengeluarkan sebuah permen karet lalu mengunyahnya, sesekali ia menatap ke arah rumahnya.
"Ini si Devian kemana sih? Lama bener udah kek cewek ajah ganti banjunya" oceh Riyana menatap kearah pekarangan rumahnya mencari keberadaan Devian yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Riyana
Mystery / ThrillerHarapan untuk hidup seorang diri, membawa dirinya ke dalam suatu lubang kegelapan tiada batas. Bagi seorang Riyana Elista hanya ada satu kata yang selalu mengambarkan dirinya di dalam komunitasnya. 'Pantang mundur sebelum mati! ' Itulah Riyana, se...