KEMATIAN (16)

0 0 0
                                    

{16}

~~~

Kedatangan Zekal di tengah pertarungan membuat Riyana terkekeh pelan, sepertinya usahanya selama 4 tahun terakhir bersama dengan Thios benar-benar terbukti sekarang.

Tatapannya yang mengintimindasi membuat Zekal diam mematung, entah kenapa tampilan Riyana agak berbeda dari biasanya.

Riyana tersenyum tipis melihat situasi di sekitarnya, tatapanya mengarah ke pergelangan tangannya untuk melihat jam yang bertenger cantik disana.

"Sisa 15 menit lagi, gue harus cepet"

Riyana berjalan ke arah Zekal yang masih berdiri diam, tatapannya menatap kosong pada Riyana yang berlumuran darah.

Tepat saat Riyana berada di samping Zekal ia langsung berbisik singkat setelahnya ia pun berlalu pergi menggunakan motor sportnya.

"Rencana? Sama siapa? "Bingung Zekal, ia tidak tahu harus melakukan apa, otaknya sedang blank karena beberapa insiden sebelum ia kemari.

Drkkk....

Tatapan Zekal tertuju pada ponselnya yang bergetar.

"Thios? Tumben tuh bocah nelpon gue" sinis Zekal meski begitu ia masih mengangkat telpon pria keturunan Yunani itu.

"Apa?! "Ujar Zekal sarkastik.

"Gue udah hubungin Erland ke lokasi tinggal lo yang nyusul sekarang"

"Kemana bego? Lo pikir gue bisa baca pikiran hah?! "Bentak Zekal amat teramat kesal.

"Villa, Derell nyerang Villa sekarang"

Zekal melotot mendengarnya, ia tidak menyangka penyerangan akan berlangsung secepat itu.

"Shit, misi? "Tanya Zekal berubah serius.

"Bawa Urzal sama Leon ke Villa sekarang , kalian bertugas menjaga Villa sampai Riyana mencapai kesepakatan"

"Oke, markas nggak di serangkan? "Tanya Zekal merasa cemas.

"Devian, gue mau bicara sama dia"

"Bangke, gue nanya bego! "Kesal Zekal.

"...."

Zekal menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, ia harus bersabar jika berhadapan dengan Thios, bagaimanapun pria itu adalah atasannya.

Dengan rasa enggan ia menghampiri Devian yang memegangi lengannya yang terkena tembakan.

Zekal melempar ponselnya pada Devian yang menangkapnya dengan santai.

"Gue duluan, lo urus tuh orang sinting" ujar Zekal menepuk pundak Devian yang mengangguk pelan.

Zekal berlalu pergi untuk segera menyusul Erland ke Villa, ia juga tidak lupa untuk menghubungi Charlote untuk menanyakan situasi di markas tapi sangat di sayangkan sambungan khusus ke markas tampak tidak berfungsi.

Sedangkan Devian dia menerima ponselnya dan berbicara santai dengan sosok di balik telpon.

"Hallo" ujar Devian memulai.

"Ke Villa sekarang, pake jalur DGR"

Tutttt....

Sambungan telpon mati begitu saja, Devian menatap ponsel milik Zekal dengan pandangan sulit di artikan.

"Kok gue pernah denger suaranya yak? "

Devian menggaruk jakungna yang terasa gatal, kebiasaan Devian adalah saat pria itu sedang berfikir keras ia akan menggaruk jakungnya.

The Story Of RiyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang