BUKU RAHASIA

161 22 4
                                    

Lisa masuk ke kamarnya lagi setelah memastikan Yoongi pergi dari Villa-nya. Dia berjalan ke lemari di sudut ruangan, menggeser kursi di dekat sana agar bisa menggapai sebuah koper yang ada di atas lemari itu.

Kemudian Lisa duduk di ranjang, mulai mengeluarkan benda-benda di dalam koper itu. Ada beberapa lembar foto perusahaan dan juga mobil-mobil sport. Namun, dia hanya mengambil satu buku yang agak tebal yang juga ada di koper itu.

'Tak-tik jitu', judul yang Lisa tulis untuk buku itu. Seperti judulnya, buku itu berisi strategi untuk menguasai perusahaan Alucio Central Motor yang ingin direbut oleh pihak keluarga tirinya. "Sudah kuduga, cara ini tidak berhasil," gumam Lisa sambil mencoret satu taktik yang terakhir kali ia tulis. Taktik yang ada di buku itu adalah taktik yang pernah dia mimpikan sebelumnya. Dia percaya itu adalah De javu, tapi malah hanya menjadi bunga tidur yang tak terjadi.

"Seminggu ini aku bermimpi ...." Lisa berpikir sejenak, mengingat-ingat satu strategi yang ia mimpikan perihal perusahaannya. "Ah iya, aku harus membajak bagian impor barang." Dia langsung menulis pemikiran itu.

"Jadi pagi besok, aku harus ke kantor untuk merusuhi bagian importir." Kali ini Lisa menulisnya di ponsel agar tidak lupa. "Selesai!" Dia meletakkan kembali buku itu ke kopernya dan mengembalikannya ke atas lemari. Sengja dia menyembunyikan itu agar tak ada stupun yang mengetahuinya. Yoongi sekalipun, tetap tidak diijinkannya untuk tahu tak-tiknya itu. Dia masih belum sepenuhnya percaya pada Yoongi, apalagi dia sering memimpikan hal buruk tentang Yoongi.

Kemudian Lisa berjalan mengambil TV berukuran 21 inci di kamarnya. Sambil mengangkat benda persegi itu, Lisa berpindah ke taman dengan tangan yang berbekal tongkat baseball juga. Ia lemparkan begitu saja TV-nya ke rumput. Lalu dia menghancurkan TV yang bahkan belum pernah ditontonnya dengan sekuat tenaga.

***

Plak!!!
"Apa maksudmu?! Bisa-bisanya Kau melakukan pekerjan menjijikkan seperti itu!" murka Yoongi sembari menampar keras pipi Chaeyong.

Chaeyong hanya bisa menunduk sambil terus menangis. "Aku ... butuh uang, Yoongi ...."

Yoongi menghela napas mencoba mengontrol amarahnya.

"Ibuku butuh dana besar untuk operasi," lanjut Chaeyong.

"Aku sudah bilang, setelah aku selesai dengan wanita itu aku akan mendapat gaji yang besar!"

"Berapa lama lagi?"

Yoongi tak bisa menjawab. Melihat masalah Lisa yang begitu rumit, ia tak bisa menjamin waktu cepat untuk menyelesaikannya. Apalagi untuk menolaknya begitu saja, karena ada beban amanat dari ibu Lisa.

"Kalau bukan karena uang dari pelangganku, ibuku bisa mati Yoongi."

Kini Yoongi yang merasa bersalah. Dia hanya bisa menjanjikan uang untuk biaya pengobatan calon mertuanya itu. Tapi perjanjian yang ia tandatangani itu, baru memberikan bayaran setelah Lisa dan Yoongi menikah nanti. Tapi dia sangat sakit melihat gadisnya yang tak pernah ia sentuh tapi sudah tidak suci lagi oleh ulah pria lain. "Kurang berapa?"

"300 juta," jawab Chaeyong.

"Aku akan berusaha mencarinya, untukmu." Amarah Yoongi telah reda. Dia memberikan pelukan hangat pada kekasihnya itu.

"Kalau bisa, kau pinjam dulu pada Lisa. Dia sering meminta bantuanku untuk menarik uang banyak dari ATM-nya."

"Akan kucoba," ragu Yoongi. Sebenarnya ada perasaan tidak enak saat harus memanfaatkan Lisa. Apalagi dia tidak tahu bisa mengembalikan uang itu dengan cara apa. Tapi di sisi lain, dia sangat butuh. Haruskah dia menggunakan cara kotor?

***

"Astaga, apa ini?" kaget Yoongi melihat pecahan TV yang berserakan di taman. Dia khawatir ada sesuatu yang terjadi pada Lisa. Segera dia berlari ke kamar Lisa. Ternyata Lisa sedang tertidur. Tapi bukan di ranjang melainkan di karpet bulu yang berada tak jauh dari Lisa.

"Nona Lisa! Kau tidak apa?!" Yoongi semakin panik melihat ada goresan-goresan luka kecil di wajah Lisa. Tidak terlalu dalam memang, tapi terlihat seperti bekas goresan kaca.

"Kau siapa?" tanya Lisa masih setengah sadar.

"Apa yang terjadi, Nona? Apa ada pencuri?"

Wajah ngantuk Lisa lama-lama berubah sembari seluruh nyawanya merasuk lagi ke tubuhnya. Dengan mata melototnya, dia memberikan pukulan keras pada Yoongi. "Kau pencurinya! Kau sudah mengambil uang-uangku!"

"Nona! Aku baru saja pulang! Kau yang memberiku libur, kan?!" Yoongi berusaha menangkap tangan cepat Lisa yang menyerangnya. Pukulan si tukang tidur ini lama-lama terasa sakit juga rupanya.

"Yoongi? Astaga! Maafkan aku," sadar Lisa. Berhentinya dia itu, karena pikirannya yang mengingat kalau tidak selalu mimpinya itu De javu. "Maafkan aku ...." sesalnya dengan perasaan takut. Masih tercetak jelas diingatannya, wajah marah Yoongi yang mengerikan.

"Mimpi lagi?" Yoongi serasa ditangkap basah. Belum lama dia berpikir untuk menggunakan cara kotor agar bisa mendapatkan uang dalam waktu cepat. Sekarang, Lisa sudah memimpikan dia yang mencuri uangnya. Dan baru kali ini dia percaya kalau De javu yang dialami Lisa, bukan kebohongan.

"Ya, begitulah," pasrah Lisa berharap Yoongi mau memakluminya.

"Oh iya. TV-mu kenapa bisa berserakan di taman? Apa yang terjadi saat aku tidak ada? Dan ...." Yoongi menjeda kalimatnya lalu membelai goresan-goresan kecil di kedua pipi Lisa. "Ini kenapa?"

Lisa mematung, bingung harus menjawab apa.

"Nona?"

"Aw!" Lisa pura-pura memegang kepalanya seolah merasakan sakit luar biasa di sana.

"Jangan dipaksa, Nona." Yoongi memegang bahu Lisa, khawatir dia terjungkal karena pusing yang menyerangnya tiba-tiba.

"Aku lupa apa yang terjadi semalam. Tapi tenang saja, aku baik-baik saja," bohong Lisa.

"Kalau begini aku tidak usah diliburkan, Nona. Aku khawatir padamu."

"Tidak! Kau harus libur satu hari!" tolak Lisa.

Yoongi mengernyit. "Kenapa aku harus libur?"

"Pokoknya harus! Jangan membantah peraturan itu!"

"Baik, Nona." Walau sangat curiga, Yoongi tetap mengiyakannya.

"Cepat siap-siap. Aku mau ke kantor sekarang." Lisa bangkit lalu berjalan ke kamar mandi.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Yoongi berjalan keluar rumah kembali ke taman.

Sambil membereskan pecahan TV itu, dia mengira-ngira kejanggalan ini. "Tidak mungkin ada pencuri yang bisa menggapai tempat terpencil ini. Apalagi tembok dan pagarnya saja setinggi itu." Ya, tembok pembatas juga pagarnya sangat tinggi dengan kawat berduri di atasnya. Bagaimana orang bisa masuk?

Tiba-tiba, Yoongi teringat Lisa yang kemarin membeli tongkat baseball yang juga dia temukan di antara pecahan TV ini. Dan jelas-jelas juga, dia melihat goresan kecil di wajah Lisa. "Apa goresan itu, akibat terkena pecahan ini ya?" duganya.

Terlihat pecahannya sangat kecil, seperti sang pemukul, memukulnya sekeras mungkin dan berkali-kali tentunya. Sangat masuk akal, pecahan-pecahan kecil itu terlempar sampai menimbulkan goresan ke kulit. "Lisa, yang melakukannya? Tapi untuk apa?" Terus Yoongi menguras pikirannya untu menemukan jawabannya. "Oh iya, CCTV!"

💤💤💤

Lisa? Are you oke? 😿

Jangan lupa Voment EA 😽😽😻

My Sleeping Queen (SUGA X LISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang