bagian22 (kembali terulang)

5.8K 404 131
                                    

Kini Rei sudah berada di tempat yang ingin dia tuju. Tempat yang dimana membuat ia merasa nyaman dan menjadi tempat untuk dia curhat. Kini Rei berada di taman yang indah yang terdapat danau dengan aliran air yang tenang. Tempat yang dimana Rei jadikan sebagai saksi semua cerita kehidupan Rei.

Rei termenung memandang kosong danau didepannya. Terlihat jelas di matanya jika ia lelah dan terluka.

Rei menghela napas lelah.
"Ya Allah apakah jalan yang Rei ambil ini benar atau salah, tolong berikan Rei jalan yang benar, serta berikan Rei pundak yang kuat untuk memopang semua ujian dan permasalahan yang engkau berikan, Rei serahkan semuanya kepada-Mu, karena engkaulah yang maha kuasa" Doa Rei dan permohonan Rei, tanpa ia sadari airmata yang sedari tadi ia tahan mulai menetes.

"Huh, indah sekali hidup ini, bahagia sekali hidup ini hingga Rei ingin tertawa dalam derasnya air hujan" Rei terkekeh.

"Oma, nenek apakah kalian melihat Rei, apakah kalian disana ingin menjemput Rei sekarang, jika memang benar, tolong jemput Rei sekarang Rei Terima oma, nenek, Rei lelah Rei ingin istirahat"

"Oma, nenek jika Rei pergi dan ikut dengan kalian apakah semua akan bahagia atau tidak? " Ucap Rei dengan mata yang sendu dan isak tangis yang mulai terdengar

"Apakah Rei boleh minta oma dengan nenek untuk jemput Rei sekarang, Rei capek oma, nenek, Rei lelah, tolong, tolong jemput Rei" Ucap Rei dengan isak tangis yang semakin membesar

Rei yang tak sanggup lagi untuk bercerita hanya mampu menunduk dan menangis dengan isak tangis yang keras, sehingga siapapun yang mendengar isak tangisnya pun ikut merasakan sakit.

Saat sedang menangis tiba-tiba datang seseorang yang menepuk pelan pundak Rei. Rei yang merasakan tepukan di pundaknya pun segera mengelap air matanya dan menatap orang yang menepuknya tadi. Rei terkejut, melihat seseorang yang sudah duduk di sebelahnya.

"Bang Eros" Kaget Rei ketika melihat abang sepupu nya yang berada di sebelahnya, ya orang tersebut ialah Eros Zain Amston, sepupu ke 4 Rei.

"Kamu kenapa Rei, mengapa kamu menangis? " Tanya Eros yang khawatir akan keadaan sepupunya.

"Rei tidak apa abang, kenapa abng bisa disini? " Tanya Rei yang bingung mengapa abangnya ini bisa di sini.

"Abang tadi lagi jalan-jalan tapi pas ngeliat ada taman ini abang singgah, saat abang ingin mencari tempat duduk abang lihat kamu Rei, jadi abang tegur saja" Ucap Eros berbohong.

Benar Eros sedang berbohong. Ia ke taman karena dia maupun seluruh keluarganya khawatir dengan keadaan si bungsu ketika mendapat laporan dari sang supir yang mengantar Rei tadi mengatakan jika Rei meminta untuk diantar ke taman dengan keadaan menangis. Eros yang mendengar itupun langsung pergi menyusul Rei dengan motor mahalnya.

"Siapa yang mengganggu mu Rei, bilang sama abang? "

"Tidak ada yang mengganggu Rei bang, Rei hanya lelah saja" Ucap Rei dengan senyuman tulus dan lembut.

"Abang tidak suka di bohongi Rei, abang bilang sekali lagi kamu kenapa? " Terlihat Eros yang mulai emosi. Namun sebisa mungkin ia menahannya.

"Rei enggak papa abang" Emosi Rei pun mulai tersulut.

"ENGGAK PAPA KAMU BILANG, LIHATLAH REI MATA MU MASIH MERAH DAN MEMBENGKAK, JEJAK AIR MATA MU MASIH ADA DI PIPI MU ITU, DAN LIHATLAH TAMPILAN MU YANG KACAU INI, INI YANG KAU BILANG BAIK-BAIK SAJA HAH, SAMPAI KAPAN KAU MAU TERUS BERBOHONG REI SAMPAI KAPAN, JAWAB ABANG REI SAMPAI KAPAN KAMU BERBOHONG SAMPAI KAMU MATI IYA?, JAWAB ABANG REI JANGAN DIAM SAJA" sentak Eros tanpa sadar apa yang di ucapkannya.

Deg
Rei terkejut dengan bentakan dari abang sepupunya yang dari ia kecil tak pernah memarahinya apalagi membentaknya. Rei pun terpancing emosinya dan langsung berdiri dari kursi taman yang ia duduki.

ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang