bagian25 (dia)

4.4K 265 74
                                    

Pemuda dengan bentuk badan yang tegap, wajah tampan rupawan dan rahang yang sedikit tegas, berkulit putih, sedang berdiri di balkon rumahnya sambil memandang rembulan yang bersinar terang. Namun lamunannya buyar karena mendengar derap langkah yang mendekat.

"Mengapa kau belum tidur, ini sudah malam" Seorang yang berusia 3 tahun lebih tua dibandingkan pemuda tadi.

"Aku belum mengantuk, tidurlah jika kau ingin tidur"

"Apa yang kau pikirkan? " Pemuda tua itu penasaran dengan apa yang di pikirkan pemuda tampan didepannya ini.

"Tidak, aku tidak memikirkan apa-apa, aku hanya ingin menikmati angin malam saja" Pemuda itu mencoba menjawab pertanyaan yang di berikan oleh pemuda yang lebih tua darinya.

"Huft, kau tak bisa membohongi kakakmu ini Rei, sudah berapa lama kita tinggal bersama, sudah berapa banyak peristiwa yang kita lalui dan kita hadapi bersama, kakak tau Rei, kamu pasti memikirkan sesuatu, apakah itu tentang mereka? "

Ya pemuda itu adalah Rei, pemuda yang dulunya diusir dan dibuang oleh keluarganya saat ia masih remaja, pemuda yang dengan berani melangkahkan kakinya di jalanan tanpa membawa harta yang berharga, pemuda yang berani mengambil resiko yang besar, kini remaja yang dulunya kurus dan memiliki wajah menggemaskan itu berubah menjadi pemuda yang tampan dan memiliki badan yang tegap. Pemuda itu  berubah 180 derajat.

"Maaf kan Rei kak, jika itu menyakiti mu"
Rei menatap sang kakak yang berada didepannya dengan penuh rasa bersalah.

Ya, dia orang yang merawat Rei selama ini, pemuda yang dulunya merupakan remaja kaya yatim piatu, ia di tinggalkan kedua orang tuanya karena musuh keluarga mereka. Dia merupakan remaja yang dingin, datar, dan tak tersentuh, namun sifat itu perlahan mulai mencair saat ia menemukan kehangatan dan cahaya penyemangat dari Rei. Dia adalah Algar Gerza.

"Tenang la Rei, jangan kau minta maaf, kakak mengerti, jika kau siap dan kau butuh tempat untuk cerita, datanglah pada kakak Rei, kakak akan mendengarkan semuanya, kalau begitu istirahatlah Rei, kakak akan kembali ke ruang kerja, goodnight my bro" Atlar berbalik hendak pergi menuju ke ruang kerjanya, namun langkahnya terhenti karena perkataan sang adik.

"Kenapa kak? "
"Kenapa Rei masih merasakan sakitnya"
"Kenapa Rei masih belum bisa melupakan mereka, padahal ini sudah 17  tahun Rei pergi dari mereka"
"Kenapa kak, kenapa disaat Rei ingin melupakan mereka, rasa rindu itu kembali hadir kak, mengapa kak, Rei ingin melupakan mereka kak, tapi tidak bisa"
Rei sudah tak kuat menahan jutaan pertanyaan yang ada di kepalanya.
Tanpa membalikan badannya Algar menjawab apa yang di keluarkan adiknya.

"Mengapa kau ingin melupakan mereka Rei, apa ada suatu hal yang tidak kau ceritakan kepada ku?"

"Rei-- Rei malu kak, dulu disaat Rei kembali bersama mereka, dan Rei kembali bersekolah, disitulah Rei mulai menerima mereka perlahan, pada saat itulah ada hal yang Rei ucapkan dalam hati dan ingatan Rei" Mata Rei mulai berkaca-kaca.

"Hal apa yang kau ucapkan Rei? " Algar membalikkan badannya dan menatap mata Rei yang yang tersirat kerinduan, kebencian, penyesalan, rasa sakit, dan rasa yang tak bisa ia katakan.

"Pada saat itu Rei berjanji jika Rei akan bersekolah dengan serius dan mendapatkan nilai yang  baik dan lulus sekolah sebagai murid terbaik, agar pada saat itu Rei ingin orang tua Rei bangga dengan Rei seolah mereka mengatakan itu anak kami, itu anak kebanggan kami, kami bangga memilikinya, itu yang Rei harapkan kak, namun angan hanyalah sebatas angan, yang tak akan menjadi nyata, semua itu hanyalah khayalan semata, nyatanya anak ini anak yang membuat malu keluarganya, anak yang tak diinginkan kehadirannya, anak yang menjadi beban keluarganya"

"Hei Rei, dengarkan kakak, kamu anak yang pintar, kamu anak yang membanggakan keluargamu Rei, hanya saja pada saat itu mereka buta akan kebenarannya, mereka menutup mata dan telinga mereka, hingga tanpa mereka sadari hal tersebut membuat mereka kehilangan cahaya indah kehidupan mereka, kamu berhak bahagia Rei, kakak bangga sama kamu, tahukah kamu Rei disaat kakak memasangkan mu dasi saat kamu menjadi ceo pertama kali, kakak merasa sangat bangga sekali, kakak tidak percaya dulu bocah kecil menggemaskan  yang kurus dan lusuh tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan kekar, namun ada yang tak berubah dari remaja itu Rei "

"Apa itu kak? Apa yang tidak berubah dari remaja yang kini sudah dewasa itu"

Algar menatap Rei dengan tulus dan penuh kasih sayang, senyumannys terbit dibibir nya.

"Hatinya, hatinya yang tak pernah berubah Rei, hatinya yang membuat ia semakin bersinar, hatinya yang lembut dan baik itu tak pernah berubah sampai sekarang, karena hatinya itulah ia rela mengorbankan diri dan perasaannya demi kebahagiaan orang lain, karena hatinyalah yang membuat ia disayang oleh banyak orang " Algar mengusap pelan rambut Rei dan melanjutkan omongannya.

"Walaupun remaja itu kini sudah dewasa dan tumbuh menjadi pemuda yang tampan, namun hatinya tetap taj berubah, itulah kelebihan yang dimiliki kamu Rei"

"Yakinlah Rei badai yang sekarang menghantam mu akan redah secara perlahan" Algar memeluk erat Rei, sambil menepuk pelan punggung Rei. Walaupun Rei sudah tumbuh menjadi dewasa, Rei tetaplah pemuda yang rapuh dan butuh tempat sandaran.

"Terimakasih kak, sudah mau menjadi sandaran dan keluarga untuk Rei, walaupun Rei masih belum mengerti apa arti keluarga yang sesungguhnya, tetapi Rei sangat berterimakasih untuk semua"

"Terimakasih kak, sudah mau menjadi sandaran dan keluarga untuk Rei, walaupun Rei masih belum mengerti apa arti keluarga yang sesungguhnya, tetapi Rei sangat berterimakasih untuk semua"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo semua, author minta  maaf ya karena author slow update, author juga minta maaf jika part ini ceritanya kurang bagus. Author ucapkan terimakasih banyak yang sudah membaca cerita author ini, sampai jumpa di part selanjutnya, bye 👋👋.

Jangan lupa vote, komen, dan follow nya ya☺☺

ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang