#1 - Gown

788 40 3
                                    

🎨Tema: Modiste, Tailor, Cinta

.
.
.

"Wah, gaunnya bagus banget. Ini siapa yang pesan?" Aku iseng menghampiri si Bos. Mengamatinya yang sedang sedang mengerjakan satu buah gaun yang cantik banget. Baru setengah jadi sepertinya, tapi kelihatan bakal bagus banget hasilnya.

"Bukan. Ini iseng aja. Kalau hasilnya bagus, bakal jadi hadiah buat orang." Dia tersenyum.

Isengnya bisa bagus gitu, ya? Bikin iri, tapi kagum juga.

Emang sih, Bos ini pastinya desainer yang berjiwa Modiste garis keras. Dia juga yang ngajarin aku apa pun tentang merancang busana perempuan waktu magang kemarin. Maka dari itu, gak heran kalau isengnya dia bisa menghasilkan karya sebagus itu.

"Bos, lain kali ajarin dong. Waktu aku eksekusi gaun kadang suka ngelantur. Padahal di sketsa udah keren abis."

Dia tertawa. "Iya. Banyakin latihan aja, ya? Nanti bakal aku bantu, deh."

Senang banget liat Bos ceria begini. Adem banget rasanya dunia.

.
.
.

"Eh, udah pernah lihat ceweknya Bos, belum? Cakep banget, ih. Sampe insecure aku."

Aku mengernyit. "Kenapa, sih? Emang secantik apa?"

Waktu temanku menunjukkan posting-an IG seseorang bersama Bos, aku sedikit tertegun. Ini beneran Bos sama ceweknya, ya?

"Iya, ya? Cantik banget."

Beneran insecure sih, kalau gini.

"Kamu gak apa-apa, 'kan?" Temanku memandang khawatir.

"Nggak? Kenapa?"

"Kamu suka sama Bos, 'kan?" ucapnya dengan nada yang teramat pelan.

Aku terdiam. Meneguk ludah pun agaknya sukar.

Kalau diingat, benar memang. Aku menyukai Bos.

Agak gak tahu diri, ya?

Bos adalah alasan aku bekerja di tempat ini.

Dulunya, aku hanya seorang pelanggan yang suka beli kain ke toko Bos. Itu pula disuruh Mama waktu kelas 1 dan 2 SMA. Awalnya aku melihat Bos itu biasa aja. Kayak tukang jahit biasa. Mana mukanya malas plus sering ngantuk gitu.

Yah, meski pun kesan pertamaku tentang Bos itu cowok ganteng dan ramah banget, tetap aja dulu gak kepikiran buat suka sama dia.

Beranjak lulus SMA, aku bingung mau ngapain. Sekitar 2 tahun aku menganggur di rumah. Kerja, gak punya koneksi. Kuliah, bingung jurusan apa.

Sampai suatu saat, ketika aku hampir muak banget jadi pengangguran dan beban keluarga, Mama akhirnya suruh aku buat beli kain lagi ke toko penjahit yang suka ngantuk itu.

Aku kaget karena tokonya besar. Sekarang gak jualan kain aja. Dia buka butik dan setelah kutanya-tanya hasil tangan sendiri.

Bos juga glow up. Makin cakep aja. Gak ngantuk lagi mukanya. Setelah itu, aku pun bertanya tentang lowongan kerja atau kursus jahit. Terus aku juga cerita kalau selama ini aku nganggur.

Modal belas kasihan Bos, akhirnya aku diterima magang dan berakhir jadi pegawai tetapnya.

Semua berkat Bos.

Jadi, agak nyesek sih pas tahu Bos punya cewek.

"Wih, Bos. Mau kemana, nih? Kencan, ya? Cie-cie." Aku dan teman-teman pada heboh.

Bos cuman cengengesan sambil senyum malu-malu.

"Udah-udah. Lanjutin kerjaan kalian. Gak selesai, aku potong gaji kalian bulan ini," ancamnya main-main sambil berlalu pergi.

Couturier [YunGi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang