01. Gawat, Jenderal Datang!

9.7K 620 150
                                    

“GALA, GENTA! KABAR BURUK!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“GALA, GENTA! KABAR BURUK!”

Satu seruan menggema di segala penjuru mansion, membuat semua orang dalam hunian mewah itu kalang kabut. Pelakunya adalah Galen Senapati—Remaja laki-laki berusia tujuh belas tahun dengan perawakan mungil dan hidung bangir. Dia adalah anak pertama dari seorang Jenderal TNI Dirga Senapati.

Tungkai remaja itu dipacu cepat menapaki belasan anak tangga, sesekali ia berdecak kala nama yang disebutkan tak kunjung menampakan eksistensinya. Tak sampai satu menit, Galen telah tiba di lantai dua, tubuh tegapnya berdiri tepat di depan pintu bertuliskan ‘Babang Tamvan’. Tangan putih beruratnya dengan sigap menggedor pintu secara brutal, ujarannya semakin disentak dan diagungkan keras.

“GALA. GENTA. KALIAN BERDUA TIDUR APA MATI SIH?! BANGUN BURUAN, TUAN JENDERAL DIRGA OTW PULANG!”

Mendengar kata ‘Jenderal Dirga’ dua manusia di dalam kamar sontak terkejut, enyah sudah rasa kantuk keduanya, raga yang tadinya bercumbu manis di atas kasur kini tengah terpaku dengan raut nelangsa.

“Anjir Gen, cat rambut pink gue baru bisa hilang besok pagi...” ucap salah satunya, pasrah.

“Perut sexy gue juga belum kencan sama alat-alat gym dari dua minggu yang lalu, Gal...” Insan berkulit tan membalas kontan, bahkan balasannya lebih pedih dari ucapan manusia sebelumnya.

Gala Senapati dan Genta Senapati. Keduanya merupakan adik dari Galen—lebih tepatnya mereka saudara kembar tidak identik yang masing-masing hanya berjarak enam menit. Gala mempunyai tubuh ideal, kulitnya yang putih serta senyumnya yang menawan sukses menjadikan Gala sebagai idola dan incaran para gadis dan ibu-ibu komplek. Sedangkan Genta, ia mempunyai kulit yang sedikit gelap dibandingkan Ayah dan ketiga saudaranya, tak hanya itu, Genta juga memiliki proporsi tubuh yang lebih berisi serta pipi tembam. Namun jangan salah, Genta adalah sosok humoris dan ahli dalam mencairkan suasana.

“GALA! GENTA! BUKA ATAU GUE DOBRAK!”

Galen sudah habis kesabaran, ia berteriak untuk ke tiga kalinya, bahkan kali ini lebih keras disertai ancaman.

“IYA LEN, BENTAR NAPA SI, TERIAK-TERIAK AJA LO!” ujar Genta lantang, baru setelah itu ia memutar kenop, lalu membuka pintu dan mempersilakan Galen masuk.

“SUMPAH YA KALIAN LAMA—”

Kalimat Galen terputus akibat sumpalan kaus kaki yang dijejalkan paksa oleh Gala, “Berisik banget si lo, pendek.”

“FAK YU JAMET!” umpat Galen setelah memuntahkan gumpalan kaus kaki itu, lantas kembali membalas dengan niat menakut-nakuti Gala dan Genta. “Buruan siap–siap Gal, Gen. Lima belas menit lagi Ayah pulang, dan kalau dia lihat keadaan lo berdua kaya jamet begini, gue yakin khodam Jenderal Ayah bakal keluar lagi—bahkan lebih ganas! HAHAHA!”

Genta yang tadinya berdiri di samping Galen kini meluruh di lantai, wajahnya memelas, tangan gembilnya mengusik rambut tak karuan. Dia benar-benar frustasi. “Gimana caranya gue buat roti sobek dalam waktu lima belas menit, Len. Itu nggak mungkin, huaaa...” Genta berteriak layaknya anak kecil yang sedang dipergoki memakan permen dalam keadaan sakit gigi oleh ayahnya.

Bentala & Jenderal [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang