(02)

63 10 2
                                    

Awalnya Aura merasa semuanya akan berjalan lancar seperti biasanya namun pemikirannya akan hal itu hilang seketika setelah melihat seseorang yang ia lihat di cermin tempo hari lalu berada satu kelompok dengannya.

Bagaimana bisa Aura tenang jika sosok yang selalu menghantui pikirannya setiap malam berada didekatnya?

Apalagi Aura merasa jika sosok itu selalu menatapnya dengan lekat dari kejauhan. Seperti sekarang, Aura dapat melihat dari ujung matanya jika sosok itu tengah memperhatikannya. Rasanya benar benar tidak nyaman diperhatikan seperti itu.

"Ra, itu si Shean kenapa ya sering banget liatin kamu kayak gitu? Kalian saling kenalkah sebelumnya? Mungkin dia temen masa kecil kamu yang udah lama gak ketemu dan udah merasa canggun."

Rupanya Lenna juga menyadari sosok yang diketahui bernama Shean itu sering sekali memperhatikan Aura. Si gadis berambut pendek itu menggeleng, seingatnya dahulu ia tidak mempunyai teman, hanya kakak laki lakinya yang selalu menemaninya bermain.

"Nggak tau, aku nggak punya teman kayak dia dari kecil."

"Kok aneh ya dia kayak gitu? Tapi emang dia aneh sih, tadi waktu aku ajak masuk barisan juga dia bersikap sangat dingin kayak jelmaan es batu."

"Nggak tau deh, aku nggak mau ngebahas dia."

Acara masa pengenalan lingkungan sekolah masih terus berlanjut. Semua siswa dan siswi dibawa masuk ke dalam ruang kelas sesuai kelompoknya masing masing.

Kelompok Aura mendapat kelas dilatai tiga lebih tepatnya di ujung kiri lorong. Agak sedikit menyeramkan karena letaknya sedikit jauh dari kelas lain dan berada tepat di sebelah lab IPA.

Karena Aura berada di belakang barisan, ia terpaksa harus mendapat bangku belakang pula. Sebenarnya tidak terlalu berada di belakang karena ada satu bangku lagi di belakangnya.

Mungkin hari ini dewi Fortuna sedang tidak berada bersamanya sampai sampai kesialan selalu datang menimpanya. Shean si pemuda berkulit pucat itu menempati bangku paling belakang tepat di belakang Aura. Sekarang gadis itu bisa sangat jelas merasakan tatapan mengintimidasi dari Shean.

Aura mencoba berinteraksi dengan Lenna yang berada tepat di sebelah kananya namun terhenti karena panitia OSIS memulai sesi berikutnya yaitu perkenalan.

Panitia OSIS meminta satu persatu peserta masa pengenalan lingkungan sekolah untuk maju ke depan dan memperkenalkan dirinya masing-masing.

Satu persatu para peserta maju dan memperkenalkan dirinya masing-masing hingga tiba saatnya giliran Aura.

Gadis itu maju ke depan dan tanpa sengaja netranya dan netra Shean saling bertemu. Saat itu juga Aura menelan salivanya susah payah karena ketakutan.

"H-halo semuanya, perkenalkan namaku Aura Jovanka. Senang bisa bertemu dengan kalian."

Aura langsung kembali ke bangkunya setelah dipersilahkan untuk kembali duduk. Saling menatap dengan Shean adalah sebuah keberanian yang seharusnya tidak perlu dilakukan.

Tubuhnya terus menerus merasa merinding, entah ada apa dengan Shean sebenarnya. Kenapa dia selalu menatapnya seperti itu Rasanya Aura ingin mengajukan permintaannya untuk pindah ke kelompok lain yang jelas tidak bersama Shean.

Kini giliran Shean untuk maju, ketika ia melangkahkan kakinya ke depan, pemuda itu sempat diri berhenti sejenak tepat disebelah Aura dan tersenyum menyeringai sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkahnya.

Saat berada didepan tatapan Shean tertuju pada Aura yang berusaha mengalihkan pandangannya.

"Shean Alfarazel."

Vampire [End]✓ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang