(11)

26 2 3
                                    

Lester menyusuri lorong sekolah yang ramai. Banyak siswa yang berkumpul di luar kelas karena mungkin merasa bosan. Dari banyaknya orang disana, ada seseorang menarik perhatian.

Seorang gadis yang tampak sedang berusaha mengintip ke dalam kelas. Langkahnya membawanya mendekat kepada si gadis. Ia tersenyum kecil sebelum menepuk pundak gadis itu. Sesuai prediksi, gadis itu tampak terkejut dan menurut Lester, reaksinya sangat lucu.

"Sedang apa kau?"

Aura, gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus menjelaskannya pada Lester.

"Em... aku sedang mencari seseorang."

Sudah Lester duga. Pasti seseorang yang Aura cari adalah Razzel. Sepertinya keduanya sudah sempat bertemu.

"Mencari Razzel ya? Dari sini kau tinggal berjalan lurus dan akan menemukan kelas 12 Mipa 4 di dekat persimpangan sana."

"Ah... terima kasih. Aku akan segera kesana."

Lester menerbitkan senyuman manis. "Senang bisa membantumu, aku permisi dulu."

"Baiklah, sampai jumpa."

Lester kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda sementara Aura langsung bergegas menuju ruang kelas 12 Mipa 4 sesuai dengan arahan Lester tadi.

Aura sangat bersyukur bertemu dengan Lester disaat yang tepat. Dan untunglah Lester tau siapa yang sedang ia cari. Ngomong ngomong, darimana Lester mengetahui orang yang sedang ia cari?

Apa mungkin Lester adalah temannya Isabell dan Isabell sendirilah yang memberitaunya? Ah... itu tidak penting sekarang. Yang jelas sekarang ia tau dimana kakaknya berada.

Beberapa langkah lagi Aura sampai di kelas yang ia tuju, namun sesuatu yang melesat dengan kencang membawanya pergi entah kemana, menghilang begitu saja dari tempat itu.

Seketika Aura menempati dirinya di sebuah tempat asing. Kepalanya terasa sangat pusing hingga membuatnya sedikit tak dapat melihat dengan jelas.

Seseorang mengikat kaki kirinya dengan sebuah rantai. Kemudian seseorang itu berjongkok tepat di hadapannya. Ia tersenyum miring.

"Hei, apa kau ingat aku?"

Suara gadis terdengar sedikit tak asing, seperti pernah ia dengar entah kapan. Lambat laun pengelihatannya dapat menangkap jelas objek di depannya.

Seorang gadis berambut pirang dengan mata ungu yang berkilau. Dia adalah gadis yang mencekiknya tempo hari lalu di lorong.

Merasa dirinya sedang terancam, Aura mencoba memberontak dengan berusaha melepaskan ikatan rantai di kaki kirinya. Namun sayang, usahanya tak membuahkan hasil apapun kecuali rasa lelah.

Flavia, si gadis berambut pirang itu terkekeh pelan. "Kau ini lucu sekali. Bahkan manusia bodoh juga tau jika rantai tak dapat di lepaskan dengan tangan kosong."

Jantung Aura berdetak dengan kencang tak karuan, ia sangat takut. Flavia memberikannya kesan tak menyenangkan saat terakhir kali mereka bertemu.

Flavia mengusap rambut Aura. "Jantungmu berdetak dengan kencang, apa kau baik baik saja? Hehehe... kau takut aku melakukan sesuatu yang buruk padamukan? Kau tak perlu cemas, selama kau tidak berbuat macam macam dan Aldrich masih tidak membiarku melakukan sesuatu, kau akan selamat. Maka dari itu, jadilah anak baik yang penurut."

Vampire itu kemudian bangkit kemudian melangkah keluar dari ruangan itu tak lupa mengunci pintunya dari luar.

Tangis Aura pecah, entah apa yang akan terjadi padanya nanti. Sebenarnya apa yang mereka inginkan darinya? Shean sudah cukup membuat hidupnya tidak tenang dan sekarang ia malah di culik oleh makhluk sejenis dengannya!

Vampire [End]✓ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang